Cerita

25 8 0
                                    

"Jadi, kamu fikir pak Liano marah padamu atau pada Jeykey mu?"
Eska bertanya kesal. Setelah cerita panjang lebar dari Geanna, dia akhirnya mengerti namun wajah murung Geanna tentang masalah kemarin membuat Eska tidak mengerti sama sekali.

"Marah pada ku dan Jeykey."

"Kenapa? Hanya karena Jeykey pergi berdua dengan calon istrinya?" Tanya Eska dengan emosi. Siapa yang akan menerima jika alasan Geanna adalah karna jalan-jalan?

Geanna mendengus. "Tentu saja karena aku terlambat memberi kabar" protes Geanna. Ini jujur yang sangat jujur, Geanna saat ini sangat takut pada pak Liano. Lelaki itu mungkin akan memutilasi dirinya.

Oh Tuhan. Seharusnya Geanna ingat memberi kabar, kemarin.

"Aku berani bertaruh, pak Liano tidak semarah itu."

"Lebih mungkin pernikahan akan di batalkan"

"Aku tidak tau jika hubungan kalian serapuh itu"

Geanna memberi tatapan lemahnya. "Sangat rapuh" setuju dengan pernyataan Eska.

"Apa Jeykey mu tidak memberi penolakan? Apa dia menerima semua keputusan yang orang tuanya buat?"

"Setelah Unha, aku rasa Jeykey tidak di beri kebebasan dalam membuat keputusan"

Mereka berdua menghela nafas secara bersamaan. Geanna membawa Eska dalam masalah barunya. Dia memang nakal namun baru kali ini Geanna takut akan konsekuensinya.

Wajah Liano kemarin malam, masih terngiang di ingatannya.

Ah. Geanna merinding.

"Jika sampai pernikahanmu batal, ayo kita pergi berlibur ke New Zealand" ajak Eska. Mungkin dengan begitu Geanna akan melupakan masalah ini. Selain menahan malu untuk Unha, Geanna harus menahan diri ketika bertemu pak Liano, jika sampai pernikahannya batal.

"Itu terdengar seperti aku yang memang mengharapkan semua ini" balas Geanna singkat. Wajahnya murung.

"Aku belum bertanya" Eska mengarahkan wajahnya pada Geanna yang sibuk menyedot es matcha nya yang sudah habis "Apa kamu punya perasaan pada Jeykey mu itu?"

Geanna tersedak. "Kenapa kamu bertanya hal itu?" Tanya Geanna kesal. Dia meletakkan botol minumnya lalu mengibas-ngibaskan tangannya. Hari ini lumayan panas, ya?

Sedangkan Eska memasang ekspresi jijik. Dia tau, sangat tau semua tentang gadis gila ini, jadi ketika Geanna berakting seperti orang gila, Eska yakin jawabannya adalah, iya.

Mungkin belum menjangkau rasa cinta tapi setidaknya dia memiliki nya. Itu sudah cukup menyakitkan jika sampai pernikahan mereka batal.

"Jawab aku dengan jujur! Apa kamu menginginkan pernikahan ini?"

Geanna diam lagi untuk beberapa menit. Menginginkan? Sebenarnya ini diawali oleh ketidakberdayaan, tapi Geanna tidak membenci Jeykey.
"Jeykey itu lucu, baik" pandangan Geanna menerawang jauh "Jika dia tertawa lepas, rasanya menyenangkan. Jika dia tersenyum, aku baik-baik saja. Jika dia membulatkan matanya Karna bingung, aku tidak bisa berpaling dan ketika dia merentangkan tangannya agar aku masuk kedalamnya, duniaku berhenti" jelas Geanna dan penjelasan Geanna membuat Eska tersenyum tulus. Jika pernikahan batal maka dia akan membawa gadisnya pergi dari negara ini, janji Eska.

***

"Maaf Karna membuatmu menunggu" nyonya Wyn mendekat kearah Jungkook dengan membawa nampan berisi teh hangat. Wanita itu meletakkan satu gelas di depan Jungkook.

"Tidak masalah, saya yang memutuskan untuk tinggal"

Mereka saling terdiam. Jika di fikir-fikir ini adalah pertama kalinya mereka berbicara padahal pernikahan sudah tinggal 4 hari lagi.

Jungkook berdehem pelan "Ini pertama kalinya kita berbicara" dia memulai sedangkan nyonya Wyn memberi senyum nya "Saya minta maaf Karna sejak awal tidak langsung berbicara pada, Nyonya_"

"Panggil aku, mama. Kamu pantas memanggilku begitu Karna kamu akan menjadi suami dari putriku" potong Nyonya Wyn.

Jungkook tersenyum. Wajahnya menampilkan raut bahagia. "Terimakasih" ujarnya tulus. Begitu tulus hingga Jungkook ingin mengulang lagi kata terimakasih nya lagi dan lagi.

"Sama-sama, sayang" balas nyonya Wyn. Wajah bahagia Jungkook berhasil membuatnya terkekeh geli. Lelaki itu pasti punya hati yang lembut, monolog nyonya Wyn.

Mereka terdiam lagi. Jungkook kembali berdehem. Gugup. Rasanya Jungkook tidak bisa mengontrol degup jantungnya. "Keluarga saya sudah melamar Geanna untuk saya" lanjut Jungkook, kali ini dia tampak serius. "Ma, saya ingin melamar Geanna secara pribadi" lanjutnya. Ada sedikit rasa ragu ketika memanggil wanita di depannya dengan panggilan 'Ma'

Nyonya Wyn melebarkan senyumnya. Awalnya dia tidak berfikir putrinya akan mengalami hal ini, Karna sejak dulu Nyonya Wyn mendambakan calon menantu yang memang mengenal putrinya dengan baik. Lelaki itu mungkin akan melamar Geanna di depan menara Eiffel lalu berbicara dengannya kemudian. Mungkin akan ada wajah gugup sambil mengatakan beberapa permohonan untuk menikahi putrinya, itu sangat manis.

Semuanya tidak menjadi kenyataan namun ini jauh lebih baik. Jungkook meminta Geanna padanya secara langsung dan gentle. Dengan wajah pucat dan kegugupan impian nyonya Wyn. Dia bahkan tampak sangat menikmati ketika Jungkook tidak sadar bahwa dia selalu memberikan tatapan nya pada calon suami putrinya itu.

Ini jauh lebih baik, kenapa? Karna awalnya nyonya Wyn tidak berfikir soal mama mertua putrinya namun lihat sekarang! Calon mertua putrinya sangat membanggakan Geanna, jadi ini sangatlah jauh lebih baik.

"Mama sangat senang mendengar ini" air mata jatuh membasahi wajah Nyonya Wyn. "Terimakasih karna sudah menjadikan mama seorang ibu dari anak perempuan" lanjutnya dengan perasaan penuh haru.

Jungkook tersenyum tulus.

"Berjanjilah pada mama, kamu akan membahagiakan Geanna. Memperlakukan dia dengan baik Karna dia sedikit, gila" mereka tertawa Karna setuju dengan kalimat akhir nyonya Wyn.

"Kamu adalah lelaki baik, tolong perhatikan putri mama. Marah padanya jika dia membuat kesalahan yang tidak bisa kamu diamkan, Karna kamu juga berharga, nak. Tapi tolong jangan memukulnya. Jangan buat dia menangis jika suatu saat kamu memiliki hati untuk gadis lain, katakan pada mama jika kamu sudah siap melepas putri mama. Mama akan membuatnya mengerti jika itu terjadi"

Jungkook meremas tangannya kuat. Dia berjanji bahwa, tidak akan ada pukulan, bahkan Jungkook akan berusaha untuk tidak menaikkan volume suaranya pada Geanna.

Dan, menyakiti Geanna dengan gadis lain? Jungkook bahkan tidak pernah berfikir jauh kearah sana. Dia menikah dengan Geanna tanpa perasaan cinta namun Jungkook tidak berfikir dia akan mencintai gadis lain selama Geanna ada di sampingnya.

Tapi sekali lagi Jungkook akan tegaskan, masa depan itu tidak ada yang tau. Jungkook akan berjanji saat ini namun segala cobaan mungkin akan mengubah pandangan calon mertuanya pada dirinya.

"Saya berjanji. Sebagai calon suami Geanna dan sebagai Jungkook yang mama lihat saat ini. Saya akan melakukan semua yang mama inginkan walau saya tidak berniat menaruh hati pada gadis lain selama ada Geanna... Tapi saya juga ingin meminta sesuatu dari mama" Jungkook menegakkan tubuhnya. "Tolong percaya pada saya seperti seorang putra. Saya pantas untuk itu dan saya akan buktikan di kemudian hari, bahwa saya tidak akan merusak kepercayaan mama" jadi Jungkook membuat permintaan untuk rasa takut nya.



























BLIND [JUNGKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang