"si gala kenapa dah, dari tadi lesuh amat." Bisik Ryan ke Arhan.
Arhan hanya mengangkat bahunya karena tidak tahu apa yang terjadi dengan Galaksi, sebenarnya ia juga penasaran. Tapi mungkin Galaksi sedang tidak ingin di ganggu untuk saat ini.
"Lo kenapa woii, nggak biasanya Lo kayak gini."tanya Ryan langsung ke Galaksi, karena si Arhan serba tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Galaksi hanya berdecak membalas pertanyaan Ryan, saat ini pikirannya sedang berkecamuk.
Tangisan Sean yang ia dengar semalam terus berputar dan bergema di telinganya, Galaksi merasa telah menjadi orang yang paling buruk dimuka bumi.
Berkali-kali ia merutuki dirinya yang tidak pernah berfikir dalam bertindak. mungkin jika di ukur, ini adalah kesalahan terbesar seumur hidup. Bagaimana tidak, ia sudah berhasil menghancurkan mental seseorang yang tidak lain adalah adik tirinya sendiri.
Diposisi saat ini dia tidak tahu harus berbuat apa, ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan semuanya.
Tadi pagi, ia masih melihat Sean di perlakukan seperti biasa. Ingin hati menolong adik tirinya namun gengsi nya terlalu mendominasi.
Galaksi berdiri dari kursi dan pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
"Eh mau kemana Lo?"ucap Ryan bergerak mengikuti Galaksi,
Namun Arhan menahan pergelangan tangan Ryan dan menggelengkan kepala melarang Ryan untuk mengikuti Galaksi.
"Biarin Gala sendiri dulu."
"Tapi kan...
"Udah, mending Lo bantuin gue nyelesain laporan ini."
Akhirnya Ryan menyerah, mungkin sesekali ia tidak harus mencampuri urusan sahabatnya.
🚌🚌🚌
"
Devina gue datang." Ucap Galaksi didepan makam yang tertulis nama Devina Permata.
"Sorry, gue udah lama nggak ziarah kesini."Galaksi menjeda ucapannya, menelan ludah beberapa kali.
"Akhir-akhir ini banyak yang terjadi di hidup gue Vi.
Gue masih sama kok vi, perasaan gue sama Lo nggak berubah sedikitpun.
Gue masih Galaksi yang dulu, Galaksi yang selalu jadiin Lo alasan buat jadi anak baik.
Tapi gue udah buat kesalahan Vi, gue nggak tau yang gue lakuin bisa jadi kayak gini.
Lo pasti udah tau kalau gue sekarang ada adik tiri, sebenarnya...
"Gala."suara lembut itu masuk ke Indra pendengaran Galaksi.
Saat Galaksi mencoba mencari siapa yang memanggilnya tiba-tiba ia berada di tempat yang serba putih.
Bulu-bulunya meremang karena takut, apa sekarang ia di alam lain ya. Ini nggak masuk logika, tadi ia berada di makam Devina dan sekarang berada di tempat ini.
"Gala..." Suara itu datang lagi,
Suara familiar ditelinga Galaksi membuat jantungnya berdegup kencang.
Tidak lama suara langkah kaki datang mendekat kearahnya,
Betapa terkejutnya Galaksi dengan apa yang ia lihat saat ini. Seseorang yang sangat ia cintai berada didepan matanya.
Bagaimana bisa? Devina sudah meninggal sejak 2 tahun lalu, namun ini benar seperti nyata.
Ia berusaha tidak mencubit pipinya, karena jika ini mimpi ia tidak mau kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Pelarian (Tahap Revisi);
Fanfiction[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ◉TAHAP REVISI◉ hidup Galaksi benar-benar terusik ketika mengetahui orang yang selama ia rundung akan menjadi adik tirinya sebenarnya ia tidak mempermasalahkan ayahnya menikah lagi, terlebih orang yang akan dinikahinya...