waktu;

1.5K 232 37
                                    

Pemain Irama terkadang membuat kesalahan nada tanpa ia sadari, ia akan terus bermain sampai ada seseorang yang akan menegurnya bahwa ia telah membuat kesalahan.

Begitu pula manusia yang berjalan di kehidupan, terkadang ia berfikir bahwa apa yang ia perbuat sudah benar. Tapi itu belum tentu terlihat benar di pandangan orang yang lain, karena sejatinya setiap manusia punya presensinya masing-masing untuk menilai sesuatu.

Galaksi sama sekali tidak berniat untuk menyakiti hati Sean. Namun siapa yang tahu perkataan kecil Galaksi bisa berdampak besar pada hati Sean yang memang sudah hancur.

Sean terus bergumam kata lelah di pelukan Galaksi. Ia sama sekali tidak menolak, karena tubuhnya sangat lemas akibat banyaknya darah yang keluar dari pergelangan tangannya.

Untung saja Dokter Danu datang tepat waktu dan syukurlah bekas goresan Sean tidak sampai merobek nadinya.

"Tolong jaga Sean sebaik mungkin."Kata Dokter Danu menepuk pundak Sean, kemudian ia beralih menatap sendu Sean yang masih menenggelamkan kepalanya di perut galaksi.

"Kalau ada apa-apa cepat Panggil saya, saya permisi dulu."

Seperginya Dokter Danu, seisi ruangan hanya diisi tangisan kecil Sean yang terus mengalun. Tidak ada yang dapat di lakukan Galaksi selain menepuk-nepuk punggung adiknya karena ia takut salah bicara lagi.

"Se-an ca--pek."ucap Sean terbata-bata karena ucapannya tenggelam dalam tangisan.

"Ayok nangis, keluarin semuanya. Keluarin semua sesak yang ada di dalam hati Lo."

Mendengar ucapan Galaksi, tangisan Sean semakin kencang. Begitu pula pengangan tangan Sean pada baju Galaksi yang semakin mengeras, ini yang ia butuhkan.

Galaksi terus membiarkan Sean hanyut dalam airmatanya sendiri. "Sean ta-kut."

Mendengar ucapan Sean, hati Galaksi seperti ada yang mengikatnya. Sesak, itu yang ia rasakan. Efek dari perbuatannya sangat besar di psikis Sean, ia hanya berharap waktu tidak terlambat untuk memperbaiki semua memori buruk yang ada dikepala Sean.

"Jangan gomong gitu, kita semua ada untuk Lo. Gue, papa, mama, Arhan, Oma, Ilene, sama yang lain bakal jagain Lo."

Sean menggeleng, tidak ingin menaruh harapan lagi, Ia sudah belajar untuk tidak menaruh harapan kepada siapapun. karena jika jatuh yang kesekian kalinya, ia takut tidak ada obatnya.

"Kasih kesempatan gue sama papa buat nebus semua kesalahan kita, Lo maukan maafin gue sama papa?"

Sean memberi jeda ucapan Galaksi, ia menarik dirinya dari dekapan tubuh Galaksi. Ia tahu jika kakanya sudah keram karena terlalu lama berdiri.

"Sean mau tidur."ucapnya kemudian berbaring membelakangi Galaksi.

Sedangkan Galaksi hanya bisa tersenyum pasrah, karena tidak semudah itu untuk mendapatkan maaf dari Sean. Mungkin suatu saat ia akan mendapatkan maaf itu, tapi kali ini Sean hanya butuh waktu untuk mengiklaskan semua yang telah terlewati.

🚌🚌🚌

Galaksi sudah menceritakan semua yang terjadi pada Sean Sore tadi. Lucas dan mawar benar-benar kaget di buatnya, tidak hanya mereka Arhan juga begitu.

Sebenarnya Arhan ingin sekali membawa lari Sean dari sumber rasa sakitnya, tapi kali ini ia tidak punya kuasa sama sekali. Karena di bandingkan mereka, Arhan bukanlah siapa-siapa.

Malam ini giliran Arhan yang berjaga di ruangan Sean, sebenarnya ini jadwal Lucas. Tapi Galaksi melarang, takutnya Sean akan berbuat macam-macam jika Lucas yang Menjaganya. Mereka memutuskan akan menunggu Sean tenang terlebih dahulu, baru mereka mendekat perlahan.

Laut Pelarian (Tahap Revisi);Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang