Arhan;

1.2K 154 12
                                    

"Sean."panggil mawar ketika melihat Sean yang sudah rapi dengan pakaiannya.

"Iya ma."jawab Sean mendekati mawar.

Mawar menghela nafas sambil tersenyum, meskipun ia dan Sean adalah ibu dan anak tapi hubungan mereka tidak pernah sedekat yang lainnya.

"Kata bibi belakang ini kamu sering keluar."

Skakmat.

Sean menjadi salah tingkah, ia tidak berfikir mawar akan memperhatikannya.

"Se-ssean pergi ke perpustakaan ma, soalnya banyak tugas analisis."jawab Sean sedikit berbohong, meskipun sesekali ia kepustakaan  bersama Haerim.

Mawar kembali menjeda dengan tersenyum, "mama cuman khawatir kamu kemana-mana naik bus, kamu nggak kepikiran beli mobil?"tanya mawar pada anaknya.

Mawar sudah sangat gemas ingin membelinya mobil untuk anaknya, tapi Sean sendiri yang selalu menolak apapun yang mawar ingin berikan kepada dirinya.

"Ahh nggak usah ma, Sean lebih suka di bus. Di bus lebih rame, kalau di mobil sepi."jawab Sean memberi alasan yang logis kepada mawar.

Mawar mengangguk memahami. "Yaudah terserah kamu aja, tapi kalau ada yang kamu perlukan tinggal telpon mama ya."

"Iya ma, mmm anu. Sean harus pergi sekarang."Sean menyalami mawar dan mencium pipinya.

"Kamu hati-hati ya."kata mawar.

Mawar tersenyum melihat punggung Sean yang semakin menjauh, anak yang ia rawat selama ini sudah tumbuh begitu besar.

🚌🚌🚌

"Rin, aku nggak bisa belajar bareng hari ini."ucap Sean ditelepon membuat pipi Haerim merona.

Walaupun Haerim tahu Sean selalu memakai aku kamu kesemua orang, tetap saja Haerim selalu baper mendengar suara lembut sean.

"Iya nggak papa, lain kali aja. Gue juga mau bawa yungyung buat cek kesehatan."jawab Haerim.

"Yungyung?"tanya Sean penasaran, apakah yungyung adik Haerim atau siapanya.

"Bayi aku."

Mendengar ucapan Haerim hati Sean Melayu. meskipun Sean awam dsngan cinta, ia paham jika perasaan terhadap Haerim berbeda dengan yang lain.

"Jadi kamu udah nikah?" Tanya Sean dengan berat hati.

"Eeh enggaklah, gue masih muda ya kali nikah."

"Tapi tadi kamu bilang...

"Yungyung itu anak anjing, Sean emang nggak boleh di becandain." Ucap Haerim bete.

"Aku lega dengarnya."ucap Sean tanpa sadar.

"Hah? Maksud kamu?" Tanya Haerim tidak paham.

Sean tersadar dengan ucapannya yang sudah lepas kendali.

"E-enggak. ah iya Rin, aku harus pergi sekarang." Pamit Sean.

"Iya kamu hati-hati ya." Ucap Haerim.

Ketika Sambungan terputus, Haerim tidak bisa menyembunyikan detak jantungnya yang menggila.

Laut Pelarian (Tahap Revisi);Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang