i love my son;

1.8K 243 27
                                    

Sebelum lanjut aku mau minta tolong◉‿◉

Tapi nggak maksa sih, buat yang mau aja.

Aku minta tolong buat bantuin promosi cerita ini, Terserah mau dimana. Di WhatsApp, Facebook, Instagram, telegram atau di tiktok.

Kalau di tiktok nggak papa kalau nggak fyp, yang penting kalian udah mau bantu⊂(◉‿◉)つ

Makasih ya sebelumnya, semoga hari kalian menyenangkan⊂(•‿•⊂ )*.✧





........

Sesekali netra Lucas dan Sean berpapasan, tapi keduanya sekilas menghindar. Bukan perihal apa, hanya saja mereka masing sangat lumrah dengan keadaan seperti ini.

Kemarin Lucas masih merasa biasa-biasa saja, karena Sean belum memberi respon sama sekali. Namun berbeda dengan hari ini, dimana Sean mulai menerima suara dan menanggapi.

Lucas hanya bisa stay dengan senyum canggung yang ia tidak tahu apakah senyumnya mempesona atau malah menyeramkan.

"Ehmm."Lucas mencoba menghalau keheningan di ruangan itu.

"Mau jalan-jalan nggak?"tanya Lucas kepada Sean.

Ia bukanlah orang yang bisa mencari topik dalam situasi canggung Seperti ini, lain halnya jika ia bersama Galaksi. Bisa dikatakan orang tua dan anak itu sudah satu server, sedangkan Sean memiliki sifat dasar yang dingin sehingga Lucas masih menyesuaikan diri untuk menetralkan sifat anak bungsunya.

"Emang boleh?"tanya Sean pelan.

"Kenapa nggak boleh, tunggu Bentar papa ambil kursi roda."ucap bergegas meninggalkan ruangan.

Beberapa menit kemudian Lucas masuk dengan mendorong kursi roda didepannya.

"Ayok, sekarang kita jalan-jalan."

Lucas membantu Sean berpindah ke kursi roda dengan hati-hati, mengingat bekas jahitan operasi Sean belum kering.

"Ada yang sakit nggak?"tanya Lucas khawatir ketika Sean sudah duduk tenang di atas kursi roda.

Sean hanya menggeleng sekolah karena memang tidak ada yang sakit, meskipun ada sedikit nyeri di bekas jahitannya tapi masih bisa ia tahan.

Lucas mulai mendorong kursi roda Sean keluar, Untungnya saat ini rumah sakit terbilang sepi. Sehingga Lucas leluasa mendorong Sean kemana saja.

"Kita mau kemana pa?"tanya Sean.

"Ehmm."Lucas berfikir dengan menyipitkan matanya. "Ke taman aja, lebih dekat."

Sean tidak merespon karena setuju, Membiarkan Lucas menuntun arah menuju taman.

Setibanya di taman, lebih Lucas memilih duduk di kursi taman dan Sean berada disebelahnya masih di kursi roda.

Cuaca sore itu sangat bersahabat, dimana matahari tidak lagi bersinar terlalu terik. Kedua insan itu membiarkan mereka hanya dalam ketenangan sesaat, meskipun tempat itu ramai dengan para pasien yang lain. Lucas meluruhkan semua bebannya selama ini untuk sementara, urusan kantor serta permasalahan Sean sudah membuatnya sadar bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang punya batas lelah. Sementara Sean, tersenyum tenang melihat banyak pasien anak-anak yang masih bisa tertawa meskipun dalam kondisi yang sangat memprihatikan.

Sean sadar, semua manusia punya takaran senang serta sedihnya masing-masing. Mungkin selama ini ia telah mengambil semua plot sedih yang ada dalam hidupnya dan sekarang hanya tersisa sken yang bahagia.

Ia takut berharap, tapi ia tidak akan membiarkan dirinya hanyut dalam rasa dendam yang akan membakar dirinya sendiri.

"Pa,"panggil Sean yang sekarang sedang menatap Lucas.

Laut Pelarian (Tahap Revisi);Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang