Tes
Sean membuka matanya ketika menyadari ada bau anyir darah di hidungnya.
Pelan-pelan ia bangkit dari kasur agar tidak membangunkan Galaksi yang sedang tertidur pulas.
Dengan cepat ia berlari kekamar mandi dengan menutup hidung agar darahnya tidak jatuh kelantai.
Sean terus membasuh hidungnya dengan air di wastafel, banyak sekali darah yang keluar membuat wajahnya yang memang pucat bertambah pucat.
Akhirnya darah itu berhenti mengalir, ia mematikan keran dan mengibas-kibaskan tangannya.
Sean memperhatikan wajahnya di cermin melihat kondisinya yang bisa dikatakan buruk, tangannya terulur ke kepala belakangan mencoba menekan bekas pukulan sutar kemarin. Dan benar saja saat di tekan Seperti ada sengatan listrik yang menjalar di seluruh tubuhnya.
Sean paham akan dunia kedokteran, karena memang ia berasal dari jurusan kedokteran serta ia juga anak dari seorang dokter.
Ia tahu bahwa kepalanya sedang tidak baik-baik saja, tapi dalam salah ini Sean paham jika ini tidak terlalu berbahaya jika tidak mendapat benturan yang kedua kalinya.
Karena darah yang menggumpal di kepala akan berakibat fatal jika terjadi benturan lagi, dan resiko minimnya hanya akan terjadi struke.
Sean berjalan pelan menuju kasur, banyak darah yang keluar tadi membuat tubuhnya sangat lemas. Ia membaringkan tubuhnya di samping Galaksi dan membiarkan lelap membawanya berlabu.
🚌🚌🚌
Suara ketukan pintu dari Ilene terus menggema di kamar Sean, pasalnya dua kakak beradik itu belum ada tanda-tanda untuk bangun.
Galaksi menggeliat dan membalas Ilene dengan berteriak mengatakan ia sudah bangun.
Galaksi menutup mata kembali karena masih sangat mengantuk, tiba-tiba matanya terbuka.
Mengapa Sean sepulas itu sampai suara Ilene yang sangat keras tidak mengganggunya sama sekali, ia memperhatikan wajah Sean dan menyadari wajah Sean yang pucat.
"Seean."Galaksi mencoba mengguncang tubuh Sean.
Tapi tidak ada respon dari Sean membuat Galaksi panik, " seee."
"Seean."
Guncangan Galaksi semakin brutal.
"Kak Gala, Sean pusing jangan di ganggu." Suara serak Sean mampu menenangkan fikiran Galaksi.
Dengan gerakan cepat Galaksi memeluk tubuh Sean.
"Gue kira Lo mati."ucap Galaksi masih panik.
"5 menit lagi Sean bangun."ucap Sean tanpa membuka mata.
Galaksi pun menyetujui itu, ia juga masih menggantuk. Ia masih dalam posisi memeluk tubuh Sean, tidak terbayang difikirannya jika menemukan tubuh adiknya yang terbujur kaku.
"Sean."
"Hmmm."Sean bergumam.
"Awas Lo mati duluan, gue nggak akan pernah iklas."
Sean yang mendengar ucapan Galaksi mengerutkan dahinya dan bergerak membalas pelukan Galaksi.
"Iyaa, Sean nggak akan mati duluan."ucap Sean menenangkan Galaksi, karena percums jika tidak mengiyakan mau kakaknya yang modelannya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Pelarian (Tahap Revisi);
Fanfiction[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ◉TAHAP REVISI◉ hidup Galaksi benar-benar terusik ketika mengetahui orang yang selama ia rundung akan menjadi adik tirinya sebenarnya ia tidak mempermasalahkan ayahnya menikah lagi, terlebih orang yang akan dinikahinya...