Gen China;

1.6K 181 11
                                    

"seannnn."

"Seaann."

"Lo dimana anjirr."

Teriak Galaksi mencari sean diseluruh penjuru rumah.

"Heh kamu kira ini di hutan hah."bentak Lucas jengah mendengar suara anak sulung yang seperti kaleng  yang berisi batu.

"Papa."kata Galaksi mendekati Lucas.

"Apa?"balas Lucas tidak santai.

"Dih ngengas."

Lucas hanya membalas dengan pura-pura tidak mendengar.

"Papa."Galaksi tetap kekeuh mengganggu ayahnya.

Lucas menyerah, karena jika tidak segera meladeni Galaksi maka drama anaknya ini akan semakin menjadi.

"Ada apa?"

"Sean dimana, di kamarnya kok nggak ada?."

Lucas memilih menyeruput kopinya terlebih dahulu sebelum menjawab.

"Sean kejar tadi."

"Kemana?"

"Entah."

"Kemana?"

"Nggak tau."

"Aishh papa."

"Papa nggak tau Sean kemana, dia pergi dari subuh-subuh tadi."

Apa jangan-jangan di mercusuar ya. Batin Galaksi.

"Bocah itu kalau keluar udah nggak pernah pamit." Kata Galaksi sambil mengambil toples keripik yang ada di pangkuan Lucas.

"Dih, emang kamu suaminya pake pamit segala."cibir Lucas.

"Aki-aki nggak boleh ikut campur." Balas Galaksi mengejek.

Lucas hanya menahan emosi, lagi-lagi ia teringat dengan sikapnya yang dahulu sama persis dengan anaknya. Memang benar, jika buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya.

"Galaksi pamit, dah."

"Eh mau kemana kamu, ini jadwal kamu bersihin kolam."teriak Lucas pada anaknya yang sudah berlari keluar.

"Papa wakilin aja."

"Cih, anak durhaka itu."

🚌🚌🚌

Saat orang-orang sedang menikmati liburan, mawar yang sebagai dokter tidak merasakan hal itu.

Hari ini ada banyak pasien yang kecelakaan membuat ia harus berdiam lebih lama di rumah sakit ini.

"Suster, tolong cek pasien yang ada dikamar 77."pinta mawar pada salah satu suster yang berada di dekat ruangan.

"Baik dok."suster itu menunduk lalu segera pergi kekamar yang dimaksud mawar.

Mawar masih berdiri didepan ruangannya mengecek berkas-berkas yang sempat tertunda karena pergi ke Bali bersama Lucas kemarin.

"Kamu masih sibuk seperti biasanya sayang."

Suara itu berbisik di telinga mawar, membuat nafas orang itu terasa dilehernya.

Ia spontan menghindar.

"Bedebah."maki mawar ketika melihat siapa yang berani melakukan pelecehan itu terhadapnya.

"Aaa lihatlah, kamu sudah tidak semanis dulu."keluh orang itu.

"Mau apa kamu muncul di hadapanku lagi!"mawar berusaha mengontrol emosinya agar tidak berteriak.

Laut Pelarian (Tahap Revisi);Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang