Sean membuka pintu rumah itu perlahan, dalam hati ia berdoa agar sutar tidak ada dirumah.
"Kamu datang juga akhirnya."
Shit
Ini tidak sesuai harapan Sean, ia ingin menghindari sutar karena uang bulanan dari Lucas dan mawar sudah habis.
"Mana uang kamu, saya mau ke bar malam ini." Kata sutar yang masih duduk di singgasananya.
Sean mendekat kearah sutar, "papa, maaf hari ini Sean nggak bisa kasih uang. Tapi Sean bawa bahan makanan kok, papa tenang aja Sean bakal masak."
Ucap Sean mengangkat sedikit paper bag yang ada di tangan sebelah kanannya.
Mendengar ucapan anaknya sutar naik darah, sudah cukup ia kehilangan mood semalam karena kalah berjudi.
"Apa kamu bilang?" Bentak sutar.
"Maaf pa, uang bulanan Sean masih 2 hari lagi mama transfer."ucap Sean menunduk.
"Cuih."sutar meludah kesampingkannya.
Ia berdiri dan berjalan menuju lemari mengambil tongkat golf yang sudah biasa menyapa punggung sean.
"Pa maafin Sean."ucap Sean menyatukan kedua tangannya memohon.
Sutar memukul-mukul tongkat golf itu di tangannya, "saya akan kasih keringanan jika sekarang kamu telpon mawar buat minta duit."
Sean menggeleng, ia tidak mau meminta uang kepada mawar jika bukan mawar sendiri yang memberinya. Sean cukup tahu diri, ia merasa malu jika mawar tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
"Anak sialan."ucap Sutar mendorong tubuh Sean hingga terpental kelantai.
Sean meringis kesakitan. namun belum selesai mengeluh, tongkat golf itu sudah melayang berkali-kali di punggungnya.
Meskipun ini sudah biasa, tetap saja Sean tidak pernah terbiasa dengan rasa sakitnya.
"Papa sakit hikss."suara Sean dsngan Isak tangisnya menggema di rumah kedap suara tersebut.
"Anak nggak tau di Untung, gara-gara kamu pacar saya meninggal saat melahirkan kamu. Untuk apa kamu saya pertahankan jika tidak berguna sama sekali."
Sean mengigit bibirnya menahan sakit di area punggungnya, baju putih Sean sudah berubah menjadi merah karena bercak darah yang keluar dari punggungnya.
"Saya bakal bongkar siapa kamu sebenarnya di keluarga kamu, setidaknya saya tidak bakal menderita sendiri."sutar terus memukul punggung Sean.
Tiba-tiba pintu depan berbunyi keras karena dobrakan seorang anak muda,
Anak muda itu dengan sigap mengambil alih tubuh Sean yang sudah melemas.
"Kamu siapa ha? Main masuk sembarang di rumah saya."bentak sutar kepada anak itu.
"Saya yang seharusnya nanya ke om, om pikir perbuatan om bisa di terima dengan baik jika saya melihatnya."
"Jangan ikut campur, ini urusan keluarga saya."
"Ohh jadi om ini bapak kandungnya Sean?" anak itu menjeda ucapannya.
Ia menjilat bibirnya dan memperbaiki rambutnya sebelum berbicara."pantas Tante mawar minta pisah, kelakuan om kayak binatang."
"Bangsat, anak kurang ajar."
Sutar melayangkan tongkat golf kepada anak itu, namun dengan sekuat tenaga Sean bangun melindunginya.Tongkat golf itu berhasil mendarat di kepala belakang Sean dengan keras, membuat dunia gelap segera menyelimuti Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Pelarian (Tahap Revisi);
Fanfiction[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ◉TAHAP REVISI◉ hidup Galaksi benar-benar terusik ketika mengetahui orang yang selama ia rundung akan menjadi adik tirinya sebenarnya ia tidak mempermasalahkan ayahnya menikah lagi, terlebih orang yang akan dinikahinya...