No kacamata;

2K 228 24
                                    

"Lo nggak butuh apa-apa?" Tanya galaksi memunculkan kepalanya dari balik pintu.

Sean menghela nafas panjang, sudah sekitar sepuluh kali Galaksi terus muncul dari balik pintu dan menanyakan jika Sean butuh sesuatu apa tidak.

Sean sudah keluar dari rumah sakit tadi pagi dan sejak itu pula Galaksi menjadi sangat protektif.

Ia merasa sudah baik dan sehat, hanya saja kadang jika berdiri butuh waktu untuk mengendalikan perasaannya yang seperti melayang.

"Enggak kak, Sean mau tidur jangan ganggu."rengek Sean.

"Dari tadi lo bilang mau tidur, tapi nggak jadi-jadi."balas Galaksi.

"Ya gimana mau tidur, dari tadi kak gala nggak berenti gangguin Sean."Sean mengacak rambutnya frustasi.

"Iya juga ya, yaudah gue kebawah dulu. Kalau ada apa-apa telpon gue." Ucap Galaksi menutup pintu kamar Sean.

Sean mencari posisi nyaman, ketika ia menemukan posisi yang nyaman tenggorokannya terasa haus.

"Aishh." Keluhnya lalu bangkit dari tidur.

Melihat air di gelas itu sudah kosong membuat Sean bernafas lelah, mau tidak mau ia harus turun kebawah karena tidak ingin menyusahkan galaksi.

Sean mulai berjalan perlahan, walau sedikit oleng ia melangkah dengan pasti.

Setelah mengambil paket yang di antar kan kurir, Galaksi bergegas naik. Takut-takut jika Sean membutuhkan sesuatu.

Ia masuk dan menekan tombol lift, ketika lift sudah terbuka ia melangkah keluar tanpa menatap kedepan. Galaksi hanya fokus pada paketnya.

Galaksi menyadari seseorang berdiri di depannya, ketika ia mengangkat wajah...

Nafas Galaksi tertahan, karena jarak wajahnya dan orang di depannya hanya terhitung berapa Senti.

Orang itu mundur lebih dulu, "maaf kak." Kata orang itu yang tidak lain adalah Sean.

Galaksi masih cengo dengan apa yang ia lihat, mengapa ia baru sadar jika Sean sudah membuka kacamata sejak kejadian itu.

Galaksi mengakui wajah Sean sangat tampan tanpa kacamata besar itu, semua harus wajah Sean begitu teratur dan jelas.

"Kak?" Sean melambai-lambai kan tangannya di depan wajah Galaksi.

"Ahh sori."

Galaksi baru sadar apa yang Sean lakukan berdiri disini.

"Ngapain Lo keluar kamar?"

"Itu, Sean haus."jawab sean.

Galaksi menghela nafas, " kenapa nggak minta tolong sama maid."

"Sean nggak mau nyusahin."

"Ayok masuk kamar biar gue yang nyuruh maid buat ambilin Lo air."

Galaksi menarik tangan Sean kedalam kamar, jika biasa Galaksi menarik tangan Sean untuk di perlakukan kasar. Kali ini tidak ada tarikan dengan emosi lagi, semua ia lakukan dengan sepenuh hati.

Galaksi masih menatap wajah Sean sehabis minum tadi, Sean yang terus ditatap merasa risih karena di perhatikan sejak tadi.

"Kak? Ada yang salah ya sama muka Sean?" Kata Sean mengambil handphone untuk bercermin.

Galaksi tersadar dan memundurkan tubuhnya yang condong ke depan.

"Sean."

"Iya kak?"

"Lo rabun dekat apa jauh?"

Tanya galaksi yang membuat Sean diam sejenak, Galaksi Masih menunggu jawaban Sean sampai Sean menghela nafas panjang.

Laut Pelarian (Tahap Revisi);Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang