Darurat;

1.2K 179 52
                                    

"gimana kerja Sean mba."tanya Arhan pada wanita yang berusia sekitar 30 tahun, sambil memperhatikan Sean yang sedang melayani pelanggan.

"Sean mah nggak boleh diragukan lagi mas. Pas Sean kerja disini banyak pelanggan yang sering bolak balik demi ketemu dia."jawab wanita itu yang bernama Novi, Ia adalah manager cave yang dikelolah Arhan.

"Kok bisa mba?"tanya Arhan dengan raut keheranan.

"Itupun saya nggak tau mas, padahal selama ini Sean kalau kerja selalu pakai topi ama masker."jawab wanita itu lagi.

"Aura Sean mungkin ya mba."balas Arhan bercanda.

"Kalau menurut saya karena bau parfum Sean."

Arhan mengangguk setuju, karena siapapun yang mencium aroma Sean pasti akan merasa tenang.

"Sean."panggil Arhan.

Sean yang kebetulan sedang free dan mendengar namanya dipanggil langsung menuju kearah Arhan.

"Ada apa kak?"

"Kalau capek istirahat dulu."

Sean mengangguk patuh, tidak bisa dipungkiri jika dirinya sangat kesusahan berkerja dengan satu ginjal. Karena banyak tenaga yang terkuras walau hanya bergerak sedikit.

Arhan menatap sendu punggung Sean yang semakin menjauh, "kalau gitu Arhan balik dulu ya mba, nanti kesini lagi jemput Sean."pamit Arhan.

"Iya mas, hati-hati."

"Kalau ada apa-apa telepon ya mba."ucap Arhan sebelum meninggal cavenya.

🚌🚌🚌

Lucas tersadar ketika melihat jam yang melingkar di tangannya, kerjaannya yang semakin banyak sering membuat dirinya lupa waktu tentang mengisi perut.

Ia akhirnya memutuskan untuk singgah di tempat makan terdekat.

Kebetulan sekali ia lewat dijalan ini, sudah lama ia ingin mampir kesini. Karena cave yang ia singgahi adalah cave yang di urus oleh anak sahabatnya.

"Beruntung banget si Arlen punya anak kayak Arhan, la gue?" Ucap Lucas berjalan masuk sambil meratapi nasibnya.

...

Cave Arhan

Bunyi lonceng yang terdengar menandakan ada pelanggan yang masuk.

"Sean gue titip ya, kebelet pipis gue."ucap Dian salah satu waiters di cave itu.

"Oke kak."jawab Sean tetap berjalan membawa nampan berisi minuman.

Sean sadar ada benang di topinya yang membuat dirinya fokus ke benang tersebut sampai tidak sengaja semua minuman yang ada di nampan itu jatuh karena ia menabrak seseorang.

Kejadian ini seperti dejavu, dulu ia juga pernah menabrak Galaksi ketika sedang membawa minuman.

"Maaf pak, saya nggak sengaja."ucap Sean segera mengumpulkan gelas-gelas yang berserakan dilantai, untung saja tidak ada gelas yang pecah.

Seusai memungut gelas Sean langsung berdiri. Ia menahan nafasnya ketika tahu siapa orang yang baru saja ia tabrak.

"Tenang Sean, papa nggak bakal kenal." Sean mencoba menenangkan dirinya karena orang yang berada didepannya adalah Lucas.

"Maaf atas kelalaian saya."ucap Sean Sekali lagi.

Lucas sama sekali tidak bergeming. dan benar saja, ini diluar ekspektasi Sean. Gerakan tangan Lucas sangat cepat, membuat Sean tidak bisa menghindar saat Lucas membuka masker yang ia gunakan.

Laut Pelarian (Tahap Revisi);Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang