35. Ringkasan Sebuah Kisah

1.6K 156 9
                                    

Langit gelap gulita malam itu tampaknya datang membawa sejuta senyum bahagia. Beriringan dengan gemercik haru dalam dada. Sampai dibuat kelu lidahnya. Hanya senyum yang bisa terlukis indah pada ranum kemerahan milik si empu.

Guratan indah itu terus terpancar dari seseorang yang baru saja mendapatkan hadiah besar. Sebuah pencapain luar biasa di usia muda yang tak akan pernah ia lupakan sepanjang masa. Pun setiap langkah, keringat, bahkan tangis tidak akan dilupakannya demi meraih sebuah penghargaan besar tersebut.

Rasanya luar biasa.

Letupan kegembiraan mengantarkannya pada kehangatan malam. Tidak sendiri tentunya, ditemani dengan si tambatan hati. Berdua berbagi selimut yang sama di atas sofa ruangan bernuansa merah muda.

Kehangatan itu bukan hanya berasal dari kegembiraan yang dirasa, tetapi juga dari si penari hebat timnya yang rela berbagi ruang untuk berdua. Dua atma itu saling mendekap untuk menyalurkan rasa yang tidak bisa terucap.

Keheningan yang menggelimuni mereka terasa begitu istimewa karena dalam kepala turut kembali terbayang nada gempita yang hadir menyapa indera pendengarannya. Rasa takjub itu lagi-lagi kembali menyapa dirinya.

Hingga menyiratkan senyum paling indah.

"Kau senang sekali?" Lelaki yang lebih tua mulai buka suara. Si vokalis mengangguk pelan, masih dengan senyum terindah di mata si tambatan hati.

"Tahu tidak, kalau kau tersenyum indah seperti ini, rasa-rasanya aku sudah bisa memiliki jagat raya." Kalimat yang meluncur dari bibir Soonyoung membuat Jihoon terkekeh pelan sambil bergumam, "Dasar."

Keduanya berbagi senyum dengan binar manik yang saling terikat dan saling menyiratkan setiap rasa dari relung hati. Raga yang saling mendekap membuat atmosfer semakin hangat.

"Kau tahu, aku kira bintang tidak pernah mendengarkanku bercerita ketika aku melemparkan asa ke langit sana."

Kembali si pemilik nama panggung Hoshi itu kembali memecah keheningan. Kali ini dibalas dengan raut bingung dari si belahan jiwa. "Iya, aku kira dia tidak mendengarkan aku, tapi ternyata mereka mendengarkannya. Kurasa juga mereka yang membantuku untuk menyampaikan harap-harapku pada langit sana," paparnya kembali.

"Harapan seperti apa yang kau lontarkan?"

Pria itu tersenyum, menuaikan satu kecupan di kening yang lebih muda sebelum melanjutkan.

"Aku bercerita pada bintang bahwa aku berharap pada langit untuk memberikan kekasihku kebahagiaan. Senyumnya indah, aku berasa memiliki seluruh jagat raya kalau dia sudah tersenyum."

Senyum itu kembali terukir manis di bibir tipis Jihoon. Ucapan tulus dari sang kekasih membuatnya dapat merasakan kegembiraan yang tiada duanya. Kini ia mulai membelai wajah halus Soonyoung untuk kemudian memberikan kecupan pelan di ujung bibirnya.

"Ada lagi yang aku panjatkan."

"Apa soal aku juga?"

Lelaki itu mengangguk. "Iya, soal dirimu juga."

"Apa itu?"

"Aku berharap kalau kau selalu bersinar. Walaupun seperti tadi, kau berdiri di atas sana dan aku melihat dari bawah, aku tidak masalah selama itu bisa mengguratkan senyum paling menawan di bibirmu dan membawa sejuta kebahagiaan untukmu."

Entah Jihoon harus berucap berapa kali kalau ia sangat bersyukur kalau pria inilah yang menjadi pemilik hatinya. Ketulusan yang disuguhkan olehnya sering sekali membuat Jihoon merasa istimewa.

"Setelah perjuangan kerasmu, kau pantas mendapatkan ini semua. Penghargaan dan kebahagiaan ini. Aku sangat bangga padamu," ujar Soonyoung.

Belaian yang Jihoon berikan membawa si pria untuk mengecup telapak tangannya. "Terus melangkah bersama denganku, Soonyoung-ah." Si lelaki yang baru saja diberikan kecupan itu menatap manik hitam yang menyuguhkan keteduhan padanya.

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang