22. November 22, 2020

3K 272 98
                                    

Bagi Jihoon, hari ulang tahun bukanlah suatu hal yang spesial. Akan menjadi spesial apabila dirayakan dengan orang-orang yang berharga baginya. Maka dari itu ia sangat berterima kasih pada Tuhan telah mengirimnya banyak sekali orang-orang baik yang mengelilinginya.

Tak tahu sepanjang apa lagi kata yang bisa terucap untuk menyampaikan rasa syukur ini. Tiap lembar kisah yang telah ia gurat dalam garis kehidupannya itu penuh dengan senyum indah dan tawa renyah dari sosok-sosok yang amat ia banggakan.

Memiliki dua belas orang yang selalu siap menangkapnya ketika ia jatuh, ketika ia diambang keputusasaan membuatnya sangat bersyukur akan semua yang ia dapatkan. Jihoon tidak pernah mengira akan mendapatkan kebahagiaan sebanyak ini dan mendapatkan cinta sebanyak ini.

Seluruh bayangannya mendadak buyar ketika ponsel yang sedang ia pegang memunculkan sebuah notifikasi dari weverse.

"Chingu? Cih," decak Jihoon sebal sambil berjalan ke arah pintu studionya sebab samar-samar ia dengar ada seseorang yang mengetuk pintunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chingu? Cih," decak Jihoon sebal sambil berjalan ke arah pintu studionya sebab samar-samar ia dengar ada seseorang yang mengetuk pintunya.

Yang dapat ia lihat pertama kali adalah cengiran khas yang pria pemiliki kata horanghae itu melekat di bibirnya. Sementara itu, Jihoon mencebikkan bibirnya dengan sorot mata tajamnya menatap ke arah sang kekasih.

"Chingu?" Sengaja Jihoon menekan kata 'chingu' di hadapan Soonyoung guna melampiaskan kekesalannya.

"Memangnya kau sudah siap go public?" Yang tadinya air muka lelaki mungil di depannya itu keras sekeras batu karang, setelah mendengar jawaban dari Soonyoung ia langsung melunakkan raut wajahnya—walaupun bibirnya masih mencebik kesal.

Tanpa aba-aba, Soonyoung tiba-tiba saja menjatuhkan sebuah kecupan singkat di bibir Jihoon yang tentu saja membuat si empu terkejut. Pun satu pukulan ringan mampir di bahu Soonyoung. "Kau gila!? Kalau ada yang lihat bagaimana?" Mata Jihoon bergerak ke kanan dan ke kiri, takut ada yang lihat.

"Eh, tadi marah dipanggil teman, sekarang aku cium malah kelimpungan takut ada yang lihat."

Soonyoung memang jagonya kalau buat Jihoon kesal. Alhasil, lelaki jangkung itu ditarik olehnya. Biar tidak jadi tontonan; begitu pikir Jihoon.

"Eh, dikunci pintunya. Mau apa?"

Sungguh, Soonyoung benar-benar menyebalkan. Mana sekarang dia mencolek dagu Jihoon lagi. Ya, walaupun main-main, tapi ekspresinya itu benar-benar menyebalkan.

Sampai satu kalimat yang terlontar dari bibir Soonyoung yang membuat Jihoon memerah sampai ke telinga.

"Ada pengaman tidak di sini?"

Melihat kekasihnya yang memerah lantaran malu dan marah menjadi satu, akhirnya Soonyoung menyudahi acaranya menggoda sang kekasih. Ditariknya pinggang Jihoon pelan guna mempersempit jarak di antara mereka. Sementara Jihoon sendiri yang wajahnya masih memerah itu ikut-ikut saja ke mana alur yang Soonyoung mainkan saat itu.

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang