31. Tawaran Pemotretan Majalah

1.9K 224 45
                                    

"Hoshi—ssi."

Sosok pemilik nama yang merasa dipanggil itu menoleh ke arah sumber suara. Ia menemukan manajernya tengah memegang secarik kertas dengan ponsel hitamnya yang juga berada di genggamannya. "Kenapa, Hyung?"

"Itu ... apakah aku bisa meminta tolong?"

Soonyoung langsung menganggukkan kepalanya. "Eum, tentu saja. Selagi aku bisa membantu, aku akan membantumu. Bantuan apa?"

Lelaki yang bekerja sebagai manajer dari SEVENTEEN itu mengusap tengkuknya dengan ekspresi wajah yang sedikit kaku. "Itu, bagaimana aku menjelaskannya, ya ...."

"Ah, hyung kau ini seperti pada siapa saja." Ditepuknya lengan pria yang lebih tua darinya sembari mengguratkan senyumannya guna menurunkan ketegangan di antara mereka. "Gimana, gimana?"

Lelaki yang lebih tua itu walaupun masih dengan gurat senyumannya yang kaku, ia berusaha untuk mengemukakan apa yang sedang membuat pikirannya terbebani. "Jadi, Jihoon—ssi mendapatkan lagi tawaran untuk pemotretan majalah. Aku sudah bicara dengannya tadi dan—"

"Dan dia menolak?"

Sang manajer mengangguk pelan sambil terkekeh canggung. "Iya," jawabnya.

"Sudah kuduga," katanya berbangga diri yang mengetahui respons Jihoon. "Lalu, kau ingin meminta bantuanku untuk membujuknya, benar?"

"Hehehe ...." Manajer itu terkekeh pelan mengetahui si artis bisa menebak maksud dan tujuannya. "Iya, itu maksudnya."

"Baiklah kalau begitu akan aku coba."

Selepas sang manajer mengucapkan beribu-ribu terima kasih, Soonyoung langsung meluncur ke studio Jihoon. Ia menyembulkan kepalanya ketika sudah membuka pintu studio Jihoon. Soonyoung menemukan Jihoon sedang bermain dengan ponselnya di sofa. "Sayang," sapanya.

"Kenapa? Sini masuk," pinta si pemilik studio.

Setelah mendudukkan dirinya di atas sofa, Soonyoung tidak langsung berbicara maksud dan tujuannya datang ke sana, melainkan hanya duduk diam dan menatap Jihoon yang masih fokus dengan ponselnya. Sampai-sampai Jihoon bingung sendiri kenapa Soonyoung yang biasanya cerewet itu jadi hanya diam saja. Ditambah lagi dia diam sambil menatap Jihoon, tentu saja itu membuat Jihoon agak risi dan berakhir mengalihkan atensinya pada Soonyoung.

"Kau tidak biasanya malah diam dan menatapku saja. Biasanya juga langsung to the point."

Iya, Soonyoung biasa langsung to the point alias suka langsung membicarakan apa yang dia inginkan. Ini berlaku di semua konteks, termasuk ingin bercinta. Kadang malah langsung main cium atau main tindih saja, makanya Jihoon merasakan adanya keanehan dalam diri Soonyoung saat ini.

"Sedang sibuk tidak?"

Makin saja Jihoon dibuat bingung. "Sejak kapan kau bertanya padaku sibuk atau tidak? Biasanya juga main tarik, main cium, main tindih. Kau kemasukan setankah?"

Soonyoung yang sekarang memasang senyuman di bibirnya itu makin membuat Jihoon seram sendiri. "Tidak kok," jawabnya masih dengan senyuman aneh itu—menurut Jihoon.

Tanpa basa-basi Jihoon langsung membuang ponselnya ke sisi sofa dan menepak keras kening Soonyoung dengan menggunakan telapak tangannya, lalu menahan kepala Soonyoung. "Siapa di dalam? Ke mana kau bawa pergi Soonyoung!?" pekik Jihoon yang disertai dengan gaduh dari Soonyoung yang mengaduh sakit akibat kena pukulan Jihoon.

"Ini aku Soonyoung. Kekasih Lee Jihoon yang paling tampan di dunia!" pekik Soonyoung tak kalah nyaring dari pekikan Jihoon.

Sakit bekas pukulan Jihoon mendadak hilang begitu saja ketika si oknum pemukulan itu mengeluarkan ekspresi jijiknya sambil menggidikkan bahunya. "Paling tampan di dunia!?" Jihoon kembali bergidik sambil mengusap-usap lengannya, sedangkan Soonyoung dibuat tertawa terbahak-bahak melihat respons Jihoon.

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang