30. The End of Quarantine Days

2.1K 235 36
                                    

Setelah hari-hari yang panjang mereka melakukan karantina mandiri di kamar masing-masing, pada akhirnya hari ini mereka bisa kembali bebas. Terhitung sepuluh hari mereka tidak saling bertemu tatap muka dengan satu sama lain.

Aneh rasanya karena mereka biasa bersama. Yang mereka rasakan pertama kali adalah bingung dan seperti kehilangan. Bayangkan saja setiap hari biasa rombongan, sekarang tiba-tiba diminta sendiri-sendiri secara mendadak. Untung saja teknologi sudah canggih, jadi walaupun mereka saling terpisahkan masih bisa bertemu.

Walaupun sensasinya berbeda.

Salah satu member yang merasakan bagaimana menyiksanya karantina adalah Kwon Soonyoung. Kebiasaannya asal nyosor pada sang kekasih tercinta itu harus ditahannya selama sepuluh hari lamanya.

Bayangkan.

Bayangkan betapa menyiksanya; kira-kira begitu batin Soonyoung. Yang biasanya main peluk dan cium tidak tahu tempat yang sampai membuat Jihoon sedikit kewalahan itu harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia harus menjalani karantina mandiri selama sepuluh hari itu benar-benar menyiksa batin.

Bayangkan, sepuluh hari harus sendiri tanpa pelukan dan ciuman dari seorang Lee Jihoon. Sudah gila dunia!

Dunia Soonyoung maksudnya.

Walaupun mereka masih satu apartemen, tapi tetap saja mereka masih belum boleh berdekatan satu sama lain. Itu aturan yang tidak boleh dilanggar—walaupun kadang Soonyoung memelas depan pintu kamarnya dengan wajah sendunya yang tertutup masker sambil menyatukan kedua tangannya depan dada, memohon pada Jihoon setiap dia keluar kamar untuk mengambil sesuatu atau perlu ke kamar mandi.

Selalu seperti itu. Dari jauh Soonyoung memohon untuk mendekat atau setidaknya memegang tangan Jihoon saja. Namun, Jihoon selalu menolak dan berakhir menertawakannya yang sangat ingin mendekat padanya. Jihoon sebenernya tidak masalah untuk karantina yang artinya harus diam di rumah atau di kamar sebab dia memang tidak suka keluar rumah jadi dia menikmati saja waktunya karantina itu.

Lagipula semua pekerjaannya masih bisa dilakukan via online sebab hanya membutuhkan komputer. Ya, walaupun beberapa instrumen musik yang diperlukan ada di studionya, tetapi rekan-rekan kerjanya masih bisa membantunya untuk memperbaiki semua itu.

Sekarang—setelah sepuluh hari lamanya—Soonyoung sudah dapat mendekat, memeluk, dan mencium kekasihnya lagi. Senang sekali perasaannya, sampai-sampai dia hampir melakukan selebrasi di kamar ketika tahu kalau karantina mandirinya sudah selesai yang mana artinya dia dapat berlari lagi pada Jihoon—si pemilik hatinya.

Mana kuat Soonyoung dengan semua cobaan ini. Ditambah Jihoon yang benar-benar menggemaskan ketika melakukan zoom meeting dengan yang lain.

Jihoon yang sedang ada di dapur mengambil air minum itu dikejutkan oleh sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya dan kecupan-kecupan kecil yang mendarat di tengkuknya.

"Aku sangat merindukanmu." Cuitan pelan dari suara yang begitu familiar di telinganya itu membuatnya tersenyum.

Jangan beritahu Soonyoug kalau Jihoon juga sangat merindukannya.

"Aku tahu!" candanya, "Kau 'kan memang tidak bisa jauh sedikit dariku," sambung Jihoon.

Soonyoung membalikkan tubuh Jihoon guna menatap manik hitam legam yang sangat dirindukannya. "Memang," katanya sambil mengecup pipi kanan Jihoon.

"Belum ada lima menit kita bertemu dan kau sudah main cium?"

"Habisnya aku merindukanmu, Jihoonie!"

Jihoon hanya bisa tertawa pelan melihat wajah memelas Soonyoung yang sekarang mengusap lengan dan wajah Jihoon secara bergantian. Seperti sedang menyapa keberadaan si mungil kesayangannya dengan menyentuhnya.

"Padahal kita masih satu atap, Kwon Soonyoung!" Satu pukulan sayang dijatuhkannya di bahu Soonyoung.

"Satu atap, tapi tidak bisa peluk cium juga buat apa," katanya sambil mencebikkan bibirnya.

Kali ini Jihoon menghela napas mendengar jawaban dari Soonyoung. "Dalam kepalamu ini isinya hanya hanya peluk cium saja, ya?"

"Untuk sekarang, iya." Pria itu menjawab sambil menganggukkan kepalanya, lalu membawa Jihoon ke kamarnya. "Makanya aku mau cium sekarang."

Dan tanpa aba-aba lagi Soonyoung langsung kembali menyosor ke arah bibir ranum Jihoon yang sangat dirindukannya. Sementara itu, Jihoon yang terkejut hanya bisa meremat kaos Soonyoung di bagian bahunya. Lelaki yang sudah mulai memagut bibir bawah Jihoon itu bahkan menekan kepala si submisif untuk semakin memperdalam ciuman mereka.

Menurut Jihoon, ini adalah salah satu ciuman paling gila yang pernah dilakukan oleh Soonyoung. Ritme yang digunakannya benar-benar tidak seperti biasanya. Jihoon seperti ingin dimakan hidup-hidup.

Soonyoung benar-benar dengan terburu-buru memagut bibir lawannya. Sementara Jihoon sendiri dibuat kewalahan oleh Soonyoung yang sangat terburu-buru ini. Entah sudah berapa kali mereka berganti posisi dengan memiringkan kepala ke kanan atau ke kiri.

Sesekali Soonyoung memberikan Jihoon ruang untuk bernapas walaupun hanya beberapa detik saja sampai akhirnya Soonyoung kembali meraup bibir tipis yang sudah sedikit merekah itu.

Dengan sekuat tenaga, Jihoon mendorong bahu Soonyoung dan mengeluh dalam tautan mereka. Dan itu berhasil.

Bibir Jihoon yang sudah terlihat merekah dan mengkilap itu menjadi satu-satunya benda yang menarik atensi Soonyoung. Ketika ia kembali mencoba untuk menyatukan bibir mereka lagi, Jihoon langsung menahan bahunya.

"Soonyoung, kau gila!" kesalnya, "Kau seperti kesetanan!"

Buru-buru Jihoon langsung membekap mulutnya. Takut-takut Soonyoung akan menyerangnya lagi. Sejujurnya juga Jihoon sedikit takut kalau Soonyoung sudah terlihat kalap begini. Biasanya Soonyoung selalu bisa membuat Jihoon nyaman dan menuntunnya pada surga dunia dengan penuh kelembutan, bukan seperti tadi. Terburu-buru dan berantakan.

Soonyoung sepertinya tersadar dari apa yang telah ia lakukan. Jihoon yang saat ini ada di hadapannya dan bersandar di pintu itu terlihat sedikit ketakutan akibat hal yang tak terduga itu.

"Astaga, apa aku melukaimu?" Sambil menyentuh-nyentuh kecil jari-jari Jihoon yang masih betah membekap mulutnya. "Aku minta maaf," tuturnya.

Jihoon masih menatapnya tanpa berbicara apa pun. Lelaki itu masih menampilkan sorot mata kecurigaannya terhadap Soonyoung.

"Aku tidak akan seperti itu lagi, aku janji," final Soonyoung untuk membujuk si mungil membuka bekapan mulutnya.

Dengan was-was Jihoon membuka bekapan di mulutnya masih menatap curiga pada Soonyoung.

"Jangan menatapku seperti itu, Sayang. Janji aku tidak akan melakukannya lagi."

"Cih, bagaimana pun aku haru tetap berhati-hati. Kau seperti ingin memakanku hidup-hidup asal kau tahu!"

Dibawanya Jihoon ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepalanya dengan beberapa kecupan singkat. "Maaf aku telah membuatmu tidak nyaman."

"Memang!" Walaupun jawaban yang dilontarkannya begitu pedas, tapi tangan-tangan Jihoon sudah melingkar di tubuh Soonyoung dan wajahnya bahkan sudah menyandar di bahu Soonyoung.

"Apa kau terluka?"

Jihoon menatap ke arah Soonyoung yang sudah sedikit menundukkan kepalanya sambil menyisir helaian rambut milik Jihoon menggunakan jari jemarinya.

Jihoon menggelengkan kepalanya. "Hanya terkejut. Kau tidak biasanya seperti itu," balasnya.

"Maaf karena sudah membuatmu terkejut." Dikecupnya kening Jihoon dan kembali memeluknya dengan erat.

"Bagaimana kalau kita tidur lagi?"

Jihoon yang mendengar penuturan Soonyoung itu menatapnya sebentar lantas ia tersenyum dan mengecup Soonyoung tepat di bibirnya.

"Ayo."


catetan: Kasian banget yang karantina enggak bisa peluk cium sepuluh hari.

Jangan lupa tinggalkan jejak yaaaa

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang