23. Kisah Dini Hari

2.7K 284 69
                                    

Erangan pelan keluar dari bibir tipis lelaki yang kini tengah berbaring di atas ranjangnya itu. Guling kanan, guling kiri. Tidak ada posisi yang pas untuk bisa membuatnya tidur dengan nyenyak, hingga akhirnya ia mengerang pasrah. Bukan tanpa sebab ia seperti itu, melainkan karena punggungnya sedang dilanda sakit yang begitu mengganggu. Jihoon—nama lelaki itu—terlihat pasrah dengan wajah mengantuknya. Bibirnya menekuk ke bawah dengan erangan yang kembali keluar dari belah tipis bibirnya.

Tak sanggup menahan sakitnya, lelaki itu mendudukkan dirinya di atas ranjangnya sembari mengusap punggungnya. Desisan pun muncul. Sakit; begitulah batinnya. Pandangannya jatuh ke arah jam yang menjadi satu-satunya suara yang terdengar di kamarnya.

Pukul dua dini hari.

Helaan napas tak terelakkan. Kembali ia pasrah, menyerah dengan rasa sakit yang menjalar di punggungnya. Saking tidak kuatnya, ia pun bangkit dari kasur empuknya itu sembari mengusap punggungnya perlahan dan berjalan menuju kamar seseorang guna meminta bantuan untuk meredakan sakit di punggungnya sekaligus membantunya untuk tidur.

Satu orang yang pastinya langsung terbesit dalam pikirannya. Siapa lagi kalau bukan pemuda yang memiliki mata yang serupa jarum jam yang menunjuk pada angka sepuluh lewat sepuluh menit itu. Kekasihnya, Kwon Soonyoung.

Tadinya ia ingin membiarkan Soonyoung untuk istirahat karena hari ini dia bekerja cukup lelah dan saat pulang tadi wajahnya terlihat letih sekali, makanya Jihoon tidak banyak bersuara perihal badannya yang sakit itu. Melihat Soonyoung dengan wajah letihnya membuat Jihoon tidak tega dan membiarkan lelaki itu istirahat. Namun, rasa sakit di bagian punggungnya ia semakin menjadi. Dengan berat hati—sambil menahan rasa sakit juga—Jihoon berjalan menghampiri lelaki yang terlihat sangat pulas dalam tidurnya.

"Soonyoung–ah ...." Suara pelan itu melantun dengan begitu lirih yang langsung tertangkap oleh indera pendengaran Soonyoung. Lelaki itu langsung membuka matanya perlahan dan mengarahkan pandangannya ke sumber suara.

Samar-samar ia menemukan sang kekasih dengan bibir yang menekuk ke bawah itu berdiri di sampingnya sambil mengusap-usap punggungnya.

"Kenapa, Sayang?" Sebuah pertanyaan terlontar dengan suara serak khas orang bangun tidur dari mulut Soonyoung. Sementata yang ditanya langsung mendudukkan dirinya di ranjang tempat kekasihnya berada.

Melihat Jihoon yang tidak biasanya merengut kesal bercampur sendu itu membuat Soonyoung langsung bangkit dari tidurnya. Dalam pikirannya sudah memberikan sinyal bahwa Jihoon datang ke sini pasti ada apa-apa, maka dari itu ia memilih untuk meminta izin dahulu pada Jihoon untuk membasuh wajahnya sebentar agar ia bisa fokus mendengarkan segala ucapan yang kekasihnya katakan.

"Maaf aku mengganggumu malam-malam," tutur Jihoon ketika Soonyoung selesai membasuh wajahnya.

Walaupun lelah masih melekat di wajahnya, tapi Soonyoung berusaha untuk tersenyum dengan lembut karena sepertinya memang ada sesuatu yang tidak bisa kekasih mungilnya itu untuk tangani sendiri hingga ia membangunkan Soonyoung, maka Soonyoung sendiri memaklumi hal itu.

"Sayang, tidak apa-apa," jawab Soonyoung lembut sambil mendudukkan dirinya di sebelah Jihoon yang kini menatapnya dengan tatapan nelangsa. Melihat raut wajah yang diperlihatkan Jihoon itu Soonyoung pun mengerutkan dahinya sambil menarik pinggang kekasihnya untuk mengikis jarak di antara mereka.

"Kenapa, hm?"

Tanpa aba-aba Jihoon tiba-tiba saja mengeluarkan erangan kesakitan sambil melingkarkan tangannya di ceruk leher Soonyoung. Jangan lupakan juga wajahnya yang kini bersembunyi di balik hangatnua ceruk leher Soonyoung. Tentu saja hal ini membuat Soonyoung bingung sebab jarang sekali Jihoon begini. Kalau sudah manja biasanya memang ada apa-apa.

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang