Lelaki bertubuh mungil bernama Lee Jihoon itu kini tengah terduduk dengan wajah sedikit panik. Napasnya memburu dengan kaki yang sedari tadi tidak berhenti bergerak. Jangan lupakan tangannya yang saling mengepal. Berulang kali lelaki itu menaikkan kerah bajunya yang ia pakai guna menutup sebuah tanda di lehernya.
Suara pintu terbuka membuat Jihoon terperenjat dan langsung berdiri. Lelaki itu menatap was-wasa ke arah lelaki tampan yang kini memakai kemeja juga, tapi lelaki bernama Soonyoung itu telah menggulung lengan kemejanya yang panjang sebatas siku. Melihat kekasihnya yang menatap aneh ke arahnya itu menuai kerutan di dahinya.
"Kenapa memasang ekspresi itu?" tanya Soonyoung tak acuh. Lelaki itu segera memeriksa ke arah komputer yang masih menyala. "Sudah sampai mana kau mengerjakan lagunya? Aku akan membuat beberapa gerakan terlebih dahulu. Bisa aku minta salinan lagu ini?" tanya Soonyoung seraya berkacak pinggang.
"S–sedikit lagi," jawabnya terbata-bata.
"Kau ini kenapa?" Dibawanya Jihoon ke dalam pelukan lelaki yang kini sudah berdiri berhadapan dengan Jihoon. "Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Kau tahu, aku siap mendengar seluruh keluh kesahmu."
Diusapnya surai coklat Jihoon begitu lembut. Lelaki itu meraih wajah pias kekasihnya untuk ia kecup di pipi dan dahinya. "Ada apa, hm?" tanyanya seraya mendekatkan bibirnya pada bibir ranum milik Jihoon. Dikecupnya pelan bibir sang kekasih untuk memberi isyarat bahwa ia akan selalu ada untuk kekasih mungilnya.
Dipandangnya wajah sang kekasih hingga pandanganya jatuh pada sebuah luka memar di leher sang kekasih. Jihoon itu memiliki kulit putih bersih, jika ada luka sedikit saja pasti akan terlihat. Maka dari itu Soonyoung sering dimarahi jikalau meninggalkan tanda di leher kekasihnya.
Mata sipit dari ketua performance team itu memicing. Ia sedikit menelengkan kepala Jihoon untuk memastikan apa yang dia lihat. Soonyoung menatap tajam ke arah Jihoon yang kini tengah berusaha menahan rasa gugup dan takutnya.
"Siapa yang melakukannya?"
"M–maksudmu?"
"Siapa yang memberi tanda pada lehermu, Lee Jihoon–ssi?!"
"I–ini bukan seperti yang kau lihat, Soonyoung–ah. A–aku bisa jelaskan," kilahnya.
Soonyoung mengurut pangkal hidungnya. Tiba-tiba saja ia merasakan pusing di bagian kepalanya. "Jelaskan," katanya seraya menghela napas dan menutup matanya.
"Ini, ini... i–ini hanya luka akibat, a–akibat..." Jihoon menghentikan perkataannya guna berpikir sejenak. "Ah, akibat terbentur! Ya, terbentur," sambungnya dengan menyertai senyum kikuk di wajahnya.
"Kau pikir aku bodoh?" kecam Soonyoung dengan tatapan menusuk. "Jangan bermain-main denganku, Jihoon–ssi."
"Aku serius," tutur Jihoon seraya menundukan kepalanya.
"Aku pun serius, siapa yang membuat tanda itu? Katakan."
"I–ini luka," cicit Jihoon seraya menatap takut-takut ke arah Soonyoung.
"Astaga..." keluh Soonyoung seraya mengusap wajahnya yang banjir keringat dingin. Lelaki itu menendang keras kursi putar yang biasa Jihoon duduki hingga membentur tembok.
"A–aku percaya padamu, Jihoon–ah..." lirih Soonyoung dengan suara yang bergetar. Lelaki berulang kali mengatur napasnya dan mendongakan kepalanya guna menahan air mata yang akan terjatuh.
"Terserah," katanya lagi. "Terserah padamu." Lelaki itu membalikkan badannya lantas pergi tanpa menengok ke arah Jihoon yang kini tertunduk tak berani menatap Soonyoung. Dapat Jihoon dengar juga sebuah dentuman keras akibat pintu yang ditutup dengan begitu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SoonHoon Collection II
FanfictionCoretan gaje author part 2 yang penikmat kemanisan dari couple yang satu ini ✨ Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada...