17. Woozi's Studio

4.5K 368 61
                                    

"Kebiasaan."

Helaan napas terdengar memenuhi ruangan yang sangat sunyi. Gelengan kepala pun ia tuaikan ketika melihat sesosok lelaki yang kini tengah tertidur pulas di atas sofa dengan topi yang menutupi wajahnya.

"Giliran sakit badan saja aku yang diminta pijatkan," keluh orang itu lagi.

Lelaki yang berstatus sebagai kekasih sahnya itu mendudukkan dirinya di lantai guna menyejajarkan wajah mereka setelah sebelumnya ia menyimpan topi yang menutupi wajah manis kekasihnya itu ke meja.

"Hei, bangun." Tepukan lembut ia sertakan ketika memanggil sang kekasih. "Jangan tidur di sini, nanti badanmu sakit," sambungnya.

Tak sampai lima menit, lelaki yang semula tenggelam dalam pulau kapuk itu mengerang akibat tepukan yang berlabuh di pipinya. Posisinya yang semula terlentang itu pun berganti arah sehingga wajah mereka benar-benar berhadapan.

"Soonyoung..." katanya dengan suara serak ketika dengan susah payah membuka matanya dari kantuk yang belum juga menghilang. "Aku baru tidur satu jam," keluhnya dengan bibir yang menekuk.

"Aku tahu, tapi tidak baik kalau terus-terusan tidur di sofa. Siapa yang sering mengeluh sakit badan padaku setelah tidur di sofa, hm?"

Mendengar perkataan Soonyoung itu malah semakin membuat Jihoon menekuk bibirnya. "Aku mengantuk habisnya," kata Jihoon.

"Siapa yang suruh begadang kemarin?"

"Aku harus menyelesaikan laguku, Soonyoung," kilah lelaki itu dengan nada jengkel karena merasa disalahkan. "Kalau laguku tidak selesai nanti kita—"

"Sudah, tidak usah beralasan." Satu sentilan mendarat di kening Jihoon yang membuatnya mengaduh kesakitan. "Kau boleh terobsesi pada musik, tapi jangan sampai lupa istirahat," petuahnya.

Jihoon yang masih menukuk bibirnya seraya mengusap keningnya itu hanya bisa mengangguk dengan perasaan kesal yang menyelimutinya. Bangun-bangun malah dimarahi; begitu kira-kira isi hatinya.

"Ayo, aku antar pulang."

"Tidak mau. Mau tidur di sini saja!" rajuk lelaki itu yang kini sudah terduduk di sofa dengan tangan yang ia silangkan di depan dada. "Pokoknya aku marah padamu!" katanya lagi.

Soonyoung hanya bisa terkikik geli melihat tingkah kekanak-kanakan kekasihnya ini. Jihoon memang suka begini kalau dia marah sambil mengantuk, tapi kadang juga menyeramkan.

"Di sini tidurnya tidak nyaman. Kau pasti akan tidur di sofa—"

"Tidak!"

"Lalu, kau mau tidur di mana memangnya?"

"Itu," tunjuk Jihoon ke arah tumpukan kasur lipat beserta bantal-bantalnya yang ia simpan di ujung ruangan.

"Kapan kau membelinya?" tanya Soonyoung sambil menggelar kasur tersebut di lantai agar mereka bisa tidur bersama.

"Baru-baru ini," jawab Jihoon sambil melihat ke arah kekasihnya yang sibuk menata kasur tersebut.

Kasurnya sudah siap dipakai. Soonyoung pun berkacak pinggang seraya berdiri menghadap Jihoon. "Tapi, bukan berarti aku membolehkanmu untuk tidur terus di studio. Kau paham?"

"Iya, aku tahu," jawab Jihoon tak acuh sambil merebahkan dirinya di kasur lipat itu.

"Geser sedikit." Mendengar Soonyoung yang akan bergabung dengannya, lelaki berparas manis itu tersenyum lebar sambil menggeser tubuhnya. Tak lupa pula ia sedikit mengangkat kepalanya guna memudahkan Soonyoung menyelipkan lengannya untuk bantalan kepala Jihoon.

Jihoon sangat berbeda sekali. Ketika ia tidur di sofa tadi, dia bisa menghabiskan satu sofa tersebut dikuasai oleh dirinya seorang. Namun, giliran tidur berdua dengan Soonyoung akan beda cerita. Jihoon akan meringkuk seperti bayi dalam pelukan lelakinya, terlihat sangat mungil dan menggemaskan pokoknya.

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang