9. Tacenda

5.6K 412 51
                                    

Ketika banyak pasangan memilih waktu liburnya untuk pergi atau sekadar jalan-jalan cari angin berdua, berbeda dengan dua insan yang kini sedang duduk bersampingan di ranjang hotel mereka. Walau cuaca yang cukup dingin di luar sana, tetapi tidak menghambat berpuluh-puluh atau bahkan ratusan pasangan kekasih saling berbagi canda tawa di luar sana.

Lain hal dengan mereka berdua yang malah berkutat dengan kesibukan masing-masing. Soonyoung dengan ponselnya dan Jihoon yang terus mengoceh soal lagu apa yang harus ia bawakan di konser Bumzu nanti mengingat ia menjadi salah satu bintang tamunya.

"Kau sudah menentukan lagu yang akan kau bawakan?" tanya Jihoon yang kini duduk dengan posisi kaki sila di atas kasur mereka.

"Sudah," jawab Soonyoung singkat.

"Soonyoung–ah, bagaimana kalau aku menyanyikan lagu simple saja saat di konser Bumzu hyung nanti?"

"Boleh saja, Sayang..."

"Atau downpour?"

"Iya, iya."

Dari tadi Soonyoung membalas seluruh perkataan Jihoon seadanya. Pria itu hanya fokus pada ponselnya. Entah apa yang sedang ia lakukan saat ini, tapi itu benar-benar membuat Jihoon jengkel.

"Ih, sebenarnya kau mendengarkan aku atau tidak?" Terdengar Jihoon seperti merengek, tetapi juga kesal dengan Soonyoung yang terus mengabaikannya.

"Aku dengarkan, Sayang..." balasnya, tetapi masih dengan ponsel yang ia pegang dan mengetik beberapa pesan yang entah untuk siapa.

"Tapi, kau seperti—"

"Jihoonie, maafkan aku. Aku harus menemui Chan. Dia meminta bantuanku untuk membeli beberapa potong kaos. Aku tinggal dulu, ya..." Kalian tahu, selepas itu Soonyoung meninggalkan Jihoon yang masih tidak percaya kalau Soonyoung lebih memilih Chan dari pada dirinya.

Bermodalkan sebuah kecupan yang ia tinggalkan di bibir Jihoon, Soonyoung tanpa pikir panjang langsung meninggalkan kekasihnya. Pun ia mengabaikan kalau Jihoon yanh sedang dalam fase sensitifnya karena waktu istirahatnya yang tidak teratur.

Bibir lelaki kelahiran November itu menekuk ke bawah dengan pandangan yang rasa-rasanya seperti berkabut. Setetes air mata menetes di pipinya dan dengan segera ia hapus dengan punggung tangannya.

Lelaki itu memilih meringkuk di kasurnya dan membungkus dirinya dengan selimut. "Sebal!" raungnya seraya menendang-nendang dengan kesalnya—walaupun yang ia tendang hanya angin.

Padahal seharusnya ia senang karena ia akan kembali ke negaranya malam nanti, tapi mendadak suasana hatinya memburuk gara-gara Kwon Soonyoung seorang.

Pokoknya Jihoon mau mogok bicara!

***

"Jihoonie masih belum mau bicara padaku?" tanya Soonyoung yang kini duduk di belakangnya dalam van yang akan membawanya ke apartemen mereka.

Petang itu, ketika mereka sampai di Korea dam bisa menghirup udara tanah kelahirannya, Soonyoung dibuat pusing tujuh keliling karena kekasihnya itu belum mau bicara. Lelaki berbaju hitam dengan beanie hitam itu mengelus surai hitam halus milik kekasihnya dari belakang. Sementara si mungil masih teguh dengan pendiriannya yang ingin mendiamkan Soonyoung.

"Jihoonie kalau tidak bicara aku tidak akan mengerti..." tutur Soonyoung pelan yang juga tidak diindahkan oleh lelaki di depannya yang masih asyik dengan ponselnya.

Lama-lama juga sebenarnya Soonyoung lelah menghadapi Jihoon yang diam begini. Ia bingung harus apa mengingat dia tidak tahu alasan Jihoon marah dan juga ia tidak tahu Jihoon mau apa. Jika ditanya hanya akan menjawab seadanya atau bahkan tidak dihiraukan.

SoonHoon Collection IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang