1. Mono

8.3K 313 4
                                    

Belajar kimia di jam pelajaran pertama sangatlah membosankan, terlihat dari siswa kelas X MIPA 2 yang menguap bahkan ada yang tertidur. Tetapi tidak semua siswa membenci pelajaran membosankan itu, Grace adalah salah satu siswi yang menguasai mata pelajaran tersebut.

"Raise your hand if you want to answer ,"

Beberapa penghuni kelas diam tak berkutik setelah diberi soal. Rasa malas menyelimuti namun mereka tetap berusaha mencari jawaban soal di papan tulis. Dua siswi di bangku yang berbeda mengerjakan dengan serius penuh ketelitian.

Keduanya meletakkan bolpoin secara bersamaan. Lalu mengangkat tangan diwaktu yang sama. Mereka saling percaya diri dengan jawaban kimianya.

"Rachel, berapa jawabanmu ?" guru tersebut mempersilahkan Rachel menjawab terlebih dahulu. Grace menurunkan tangannya.

"+92," jawab Rachel.

Grace mengangkat tangannya lagi.

"Grace ?"

"-92," jawab Grace yakin.

Rachel mengernyit dan meneliti kembali hitungannya.

"Di soal diketahui reaksi pembentukan, tetapi yang ditanyakan adalah reaksi penguraian, harusnya tanda reaksi entalpi dibalik. Lo melupakan hal itu," jelas Grace memberi koreksi untuk Rachel tanpa menatapnya. Dia menjelaskan sambil memainkan bolpoin di jarinya.

"Yup, jawaban Grace benar. Lebih teliti lagi, Rachel." ucap guru kimia tersebut.

Rachel menunduk lesu, ia menghela nafas lelah. Ia melirik ke arah Grace yang memperhatikan penjelasan ulang di papan tulis. Baru berjalan satu semester, persaingan antara dia dan Grace sangat ketat. Namun anehnya mereka belum pernah terlihat berinteraksi berdua seperti teman teman yang lain.

.
.
.
.

"Achel, jadi pulang bareng aku ?"

Rachel berhenti memasukkan buku ke tas, ia menengok ke pintu kelas. Seorang perempuan berkacamata dengan tatapan excited berjalan mendekat ke bangku Rachel.

"Wait," jawabnya seadanya.

Tanpa Rachel sadari, seseorang di ruang yang sama sedang memperhatikan setiap inci wajah dan gerakannya. Memperhatikan dengan detail bagaimana ia berfokus merapikan buku buku tebal dan rambut panjang menjadi pusat tatapannya. Jarinya mengetuk ngetuk meja seolah sedang menghitung detik untuk melakukan sesuatu.

Saat Rachel selesai menutup tasnya,

Srekkk

Suara kursi bergerak membuat Rachel menatap arah tersebut. Ia terpaku melihatnya, orang tersebut berjalan anggun nan angkuh melewati bangku Rachel. Dagu yang selalu terangkat dan tatapan biasa namun terlihat mengintimidasi membuat Rachel penasaran dengan sosok itu. Rachel menatap punggungnya sampai depan pintu kelas, ia merasa orang tersebut menarik salah satu sudut bibir. Tiba tiba Rachel tidak tenang, ada yang salah dengan jantungnya.

"Achel ?"

"Achel dengerin aku cerita gak sih ?" suara teman di depannya membuat kesadaran Rachel kembali.

Ia lupa jika ada temannya yang menunggu. "Iyaa, Nay. Maaf, aku gak merhatiin cerita kamu."

"Huh," suara nafas dibuang kasar membuat Rachel tersenyum gemas.

"Kok Naya jadi ngambek ? Aku kan udah minta maaf," kata Rachel beranjak berdiri sambil menarik kunci motor di tangan Naya.

Naya yang awalnya cemberut berubah sumringah kembali melihat senyum manis milik Rachel. Ia merangkul lengan Rachel dan berjalan menuju parkiran.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang