Bilangan Oktan

1.2K 118 3
                                    

Vote & comment duls 👍


Happy reading
.
.
.





Grace menemui Rachel setelah berhari hari tidak ada kabar sejak menjadi panitia acara graduation. Dikelas Grace selalu menghindari Rachel tanpa alasan yang jelas, sehingga membuat Rachel bertanya tanya maksud perilaku Grace tersebut.

"Gre, kenapa mengabaikanku seperti ini ? Aku ada salah ?" Rachel datang langsung dengan pertanyaan to the point. Ia segera menemui Grace di perpustakaan setelah mendapat balasan pesan sekian lamanya.

Grace menatap Rachel lekat tanpa ekspresi, hatinya berat untuk hari ini. Ia berjalan mendekati Rachel, ia memeluk Rachel seolah mengisyaratkan ia mencintai Rachel. Dirinya benar benar kacau diluar sepengetahuan Rachel.

"Gre ?"

Grace melepaskan pelukannya, ia menatap Rachel tanpa berekspresi. Sedangkan Rachel menunggu jawaban namun sepertinya Grace tidak berniat membahasnya.

"Gre, ada apa ?" Rasa khawatir selalu ada di hati Rachel ketika diabaikan oleh Grace seperti saat ini. Seolah ia trauma akan sesuatu hal dimasa lalunya.

"Kamu bisa cerita jika ada apa apa. Jangan mengabaikanku berhari hari seperti ini," pintanya dengan tulus. Ia benar benar lelah menghadapi orang bertipe Grace. Sangat menguras tenaganya.

"Let's break," ujar Grace datar.

Seolah dihantam seribu palu, Rachel merasakan sakit bukan main ketika mendengar kalimat itu dengan enteng terlontar dari mulut Grace. Ia menggeleng tak percaya.

"Why ? Kenapa ? Kenapa tiba tiba ?"

Grace menghela nafas, ia membuang wajahnya ke lain arah menghindari tatapan Rachel.

"Aku hanya ingin sendiri dan tidak mau menyakitimu."

Air mata berkumpul di pelupuk mata Rachel, dadanya sesak mendengar pernyataan tersebut. Ia merasa dejavu dengan kejadian beberapa waktu lalu. Ia menggeleng kuat, ia menggenggam tangan Grace.

"Tidak, aku tidak apa apa. Jangan katakan itu." Isak tangis lolos begitu sedihnya seolah ia benar benar tidak ingin mendapatkan kalimat itu dari perempuannya kali ini.

"Kamu bisa cerita kenapa, kamu bisa anggap aku rumah, kamu bisa menceritakan apapun, kamu bisa melakukan apapun kepadaku untuk membuatmu lebih baik. Aku mohon jangan seperti ini. Jangan menahan semua beban sendiri, berbagilah padaku."

Grace tidak bisa menahan matanya yang mulai memerah menahan tangis mendengar perkataan Rachel yang sangat mengerti dirinya. Namun ia tidak bisa. Itu sulit bagi Grace untuk menceritakan hal hal yang belum pasti Rachel terima. Ia tidak bisa menceritakan karena semuanya rumit dan semakin mencekik Grace. Ia tidak mau melibatkan Rachel.

"Hai hai hai, it's okay. I know, beruntung sekali aku memilikimu. Tapi aku tidak bisa melakukannya, maafkan aku." tutur Grace membawa Rachel ke pelukannya.

Rachel menangis sejadi jadinya tidak mau kejadian masa lalunya terjadi pada Grace. Hingga Grace mengusap air mata Rachel dan memberi ketenangan dalam tatapannya.

"Rachel, kamu percaya sama aku kan ?"

"Aku milikmu, dan aku memilikimu, kamu milikku. Kita memiliki satu sama lain, namun aku ingin mengambil jeda di hubungan kita untuk beberapa waktu. Aku harap kamu mengerti keputusanku ini, aku sangat mencintaimu,"

Rachel menatap Grace lekat mencari kebenaran dan keyakinan disetiap katanya. Ia menemukannya, namun ada beberapa luka dan kesedihan di dalam sana. Rachel diyakinkan dengan ciuman lembut penuh perasaan, ia tidak bisa mengelak.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang