17

1.7K 176 8
                                    

Jan lupa vote 😡
Awas aja kalo gak vote, author ngambek setahun nih












































"Gimana kemarin jangkriknya ?" tanya Reno tertawa.

Grace mengacungkan jempolnya, "Good game,"

"Gue kemarin liat lo sama nyokap di persidangan," ujar Reno.

"Hmm,,, buruk."

Reno menghela nafas, ketakutannya mulai berdatangan. "Lo gak apa apa ?"

Grace menatap Reno lekat. "Enggak," jawabnya jujur.

"Mama tau kalo gue merencanakan semuanya, dan mungkin mama mencium keberadaan lo."

Perkataan Grace mampu membuat Reno lemas seketika.

"Dan mama juga udah tau apa yang Hazna perbuat ke gue. Masalah Instagram & uang, bahkan dia tahu kalo kemarin kita merencanakannya." Jelas Grace membuat Reno pusing. 

Grace menatap Reno dengan rasa bersalah, "Sorry, Ren." 

Reno hanya diam, ia tidak bisa berfikir jernih. Sekarang dirinya terancam, namun ia sudah memperkirakan akan situasi seperti ini sebelum bertindak kemarin. Tapi mengapa semuanya nampak rumit dan membuatnya pusing. 

"Gue gak tau harus ngapain,Gre." lirih Reno. 

Grace juga sebenarnya takut menghadapi mamanya, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Reno bernasib buruk karenanya. "Lo akan baik baik saja, Ren." 

"Untuk sementara gue bakal off dari kalian, untuk meyakinkan mama jika lo gak terlibat." keputusan Grace tersebut membuat Reno menggeleng lemah. 

"Gre-"

"Gue gak mau bahayain lo dan temen temen disini. Gue bakal balik, tapi nanti kalo keadaannya udah balik seperti semula. Meskipun nanti papa yang bertindak, gue gak akan diem aja biarin lo celaka, Ren." ujar Grace meyakinkan Reno. Sejujurnya Grace sangat tidak rela jika terjadi sesuatu pada Reno.

***


Derap kaki dipercepat menyusuri lorong sekolahan. Semakin lama derap langkah itu berubah menjadi larian. Kedua kaki tersebut beradu menimbulkan suara menggema di lorong.

"Hei ! Citra ! Berhenti !" teriak laki laki dibelakangnya.

"Shit ! Dasar berandalan," emosi mereka seubun ubun mengejar Citra.

Saat sampai di pinggir jalan, sebuah pintu mobil terbuka tepat di arah Citra berlari. Sedangkan di dalam mobil, seorang gadis bergaya elegan khasnya duduk sambil membaca buku kesukaannya. Tanpa pikir panjang, Citra masuk dan menutup pintu mobil tersebut.

"Jalan," ucap gadis pembaca buku tersebut tanpa menatap ke samping.

Sementara Citra masih gelisah dan memperhatikan kedua cowok yang mengejarnya.

"Thanks," ucap Citra.

"Uangnya udah gue transfer ke rekening lo," Tatapan lurus terpancar dari mata sipitnya, senyum smirk tipis berbalut arogan dapat Citra rasakan.

Citra yang merasa hutang budi tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada teman satu sekolahannya tersebut.

***


Langit hitam tanpa bintang dan rembulan. Cahaya lampu di salah satu kamar masih menyala. Carla mendorong pintu kamar Grace, diletakkannya telapak tangan pada kening Grace.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang