Traumatized ⚠️

1.7K 123 6
                                    

[ Noted ]

"If you don't love yourself
You can't love no one else, no
How can you love if you don't love yourself ?"

!!!!!!!!!!




























Bertahan adalah pilihan untuk semua orang, namun tidak semua orang selalu memilih bertahan. Seseorang memilih untuk menyerah jika ia telah lelah dengan keadaan. Tiada lagi bahu untuk bersandar, tiada lagi rumah yang ia percayai sebagai rumah, tiada lagi yang perlu ia pertahankan dan ia perjuangkan ketika semuanya telah terasa percuma.

Lingkar kerumitan kembali berputar, keputusasaan menggerogoti jiwa Grace. Semua orang ingin menjadi dirinya, namun dia tidak ingin menjalani hidupnya. Bisikan itu selalu datang ditengah malam memeluk erat dirinya ketika tidak ada orang yang bisa diijinkan hadir oleh mereka. "Menyerahlah,"

Deru angin lembut menerbangkan beberapa helai rambutnya diatas gedung berlantai 5. Ia merasakan tubuhnya ringan ketika ia berdiri diujung gedung ini. Ia memejamkan mata menghirup aroma kehidupannya di ketinggian gedung. Menenangkan.

Ia mendongak menatap langit yang cerah seolah tak mengijinkannya untuk melompat. Ia tersenyum miris, batinnya berkata, "Hai, langit ! Aku gak kuat lagi untuk menatapmu, dan aku menyerah untuk meraihmu. Can I ?"

Ia telah menyerah, kakinya terasa lebih ringan dan membawanya jatuh ke bawah.

"Grace !"

Dia datang. Grace melotot tak percaya, ia tidak mengira jika Rachel ikut melompat hanya untuk menahan tangannya. Ia menatap Rachel lekat yang sedang menahan mereka di besi pembatas lantai atas gedung.

"Chel, lepasin gue." lirihnya. Grace bahkan tidak menggenggam tangan Rachel, seolah ia ingin ini segera berakhir dengan caranya.

Rachel tidak hanya menggenggam lengan Grace, ia mencengkeramnya. Air mata membasahi pipinya, jantungnya berpacu dengan kecepatan tidak wajar. Ketakutan itu datang lagi, rasa sakit kembali menyeruak di dadanya. Ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi dan menimpa pada Grace. Cukup, cukup kemarin ia melakukan kesalahan hingga membuat Aster pergi. Ia tidak mau kehilangan Grace.

Rachel terisak dalam tangisnya, ia sangat takut kehilangan Grace. Ia trauma dengan ini, seolah dejavu ketika ia melihat kejadian satu tahun yang lalu. Grace yang menatap Rachel kini tidak bisa berfikir ketika melihat ketakutan Rachel.

"Gre !"

"Chel !"

Dua orang laki laki segera meraih tangan Rachel dan membantu mereka untuk naik. David meraih tangan Grace dan membantunya naik, sedangkan Radit membantu Rachel dengan cemas. Tatapan Grace kosong, ia memikirkan Rachel yang kini sedang menangis.

"Rachel, lo gak apa apa ?" Radit penuh perhatian mengkhawatirkan Rachel yang sangat gila.

Namun Rachel justru menerjang Grace dan memeluknya erat. Ia menangis terisak di sana, menyiratkan betapa takutnya dia jika Grace pergi dengan cara itu.

"Jangan pergi kayak gitu. Jangan menyerah, kamu masih punya aku disini !" ucapnya ditengah tangisan yang sangat menyayat hati Grace.

Ia membalas memeluk Rachel untuk menenangkan. Sejujurnya ia tidak memikirkan jika akan menjadi seperti ini. Ia menjadi lebih lemah melihat Rachel menangis seperti ini. Ia tidak tau harus apa untuk keluar dari suasana yang tidak ia harapkan ini.

"G-gue. G-gue cuma bercanda kok, Chel." ucapan tak punya hati itu lolos begitu saja.

Rachel melepaskan pelukannya dengan tangisnya yang masih terisak. Di tatapnya Grace dengan marah, luka, tak percaya, dan kecewa. Semuanya menjadi satu. Tangannya yang bergetar bergerak menampar Grace.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang