(f•g(x))

1.6K 104 4
                                    

"Gre, ini kesempatan emas untuk kamu. Sebagai ketua OSIS tahun ini, sekolah mengamanahkan pada kamu dan Rachel terkait progja. Harapannya kamu dan tim OSIS bisa berinovasi," ucap Bu Mira tersenyum manis.

Grace mengangguk. Ia tak tersenyum ramah atau menatap Bu Mira. Hal tersebut mengundang perhatian Bu Mira.

"Are you okay, Grace ? Wajahmu nampak gelisah, kamu bisa berbagi beban dengan ibu." ucapnya bak malaikat.

Grace menggeleng lemah. "Tidak, Bu. Saya baik baik saja, terima kasih."

"Untuk progjanya mungkin saya butuh beberapa hari untuk berdiskusi dengan teman teman." katanya.

Bu Mira tersenyum dengan sifat tertutup siswi andalan sekolahannya. "Baiklah," ia menepuk bahu Grace sebelum pergi.

Sementara di kelas, Rachel nampak gelisah dan menangis setelah mendapat kabar dari rumah. Diraihnya tas dan berdiri hendak meninggalkan kelas. Grace menahan tangan Rachel di depan pintu.

"Bel udah bunyi, mau kemana ?" tanya Grace dingin. Ia hanya mempedulikan teman teman kelasnya karena ia bertanggungjawab atas kelas.

Rachel mencoba melepaskan tangannya, "Aku ada urusan urgent," ucapnya sekenanya sambil mengusap air matanya.

Suasana hati Rachel semakin kacau saat mengingat malam itu. Namun perasaan sedih dan khawatirnya lebih daripada itu semua saat ini. Grace yang keras kepala tak melihat tatapan gelisah dan sedih Rachel. Ia justru, "Ck, sok penting banget. Udahlah kalo gak ada alasan yang jelas, gue berhak melarang lo keluar kelas. Kelas akan segera dimulai,"

Rachel yang dibuat jengah kembali tersulut emosi akibat keras kepala manusia di depannya yang selalu ingin mengontrolnya. "Gak semua perlu dijelasin, percuma ngomong jelasin ke manusia keras kepala yang gak mau ngalah. Buang buang waktu !" ucap Rachel dengan tatapan menusuk.

Selama pelajaran berlangsung tidak ada yang menyadari apa yang terjadi pada Rachel. Termasuk Grace yang hanya fokus pada materi, baginya ia harus mempersiapkan diri untuk ujian tengah semester. Namun salah satu diantara mereka, Seva mengirim pesan kepada Rachel untuk menanyakan kenapa ia pergi dari kelas.

Diakhir kelas, Seva menunjukkan chatnya dengan Rachel untuk memberi kejelasan pada teman temannya. Grace terdiam ditempat saat mengetahui alasan Rachel. Secuil rasa menyesal menyelimuti hatinya.

"Aduh, kok jadi sedih gini ya." komentar Berlin.

"Segitu sayangnya sama bibinya yang di Bali," ucap Citra menimpali saat tau Rachel dan kedua orang tuanya mementingkan saudara yang sakit.

"Aneh," celetuk Grace tiba tiba menggunakan logikanya yang mengatakan tidak masuk akal.

"Aneh gimana ?" pekik Anisa heran.

"Emang kalian sedekat itu sama bibi kalian ?" ucap Grace sambil menyilangkan tangannya.

Citra memutar malas bola matanya, "Yang gak punya bibi gak diajak berempati," celetuknya ketus.

Citra melewati Grace dengan tak sengaja menyenggol tubuhnya. Hal tersebut membuat Grace menahan kesalnya. Ia masih berusaha menahan tubuhnya yang terhuyung dengan tatapan melirik tajam ke arah pintu.

Aksi tersebut justru membuat teman temannya kikuk dan gusar karena hawa kekesalan terpancar dari Grace. Sampai akhirnya Seva berkata, "Umh, cabut dulu ya. Btw semangat ujian Senin besok ya kalian,"

Mereka kembali ke aktifitas masing masing dan pulang. Termasuk Grace yang memilih pulang tak mengindahkan keinginan untuk menemui Rachel.

***

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang