11

1.7K 158 0
                                    

Grace dibuat bingung dengan sikap Rachel yang tiba tiba menjauh darinya. Jawaban singkat, dingin, dan acuh adalah mimpi buruk Grace yang menjadi kenyataan. Seperti saat ini mereka menonton olimpiade hari pertama. Sejak bangun tidur tidak ada interaksi diantara mereka. Bahkan di perjalananpun teman temannya menyadari keanehan diantara Grace dan Rachel. Hingga siang ini keduanya betah tidak berbicara satu sama lain. 

Rachel terlihat gerah karena cuaca yang panas, ia memilih untuk keluar ruangan untuk mencari angin. Grace mengikuti kemana perginya Rachel, ia berinisiatif membawakan minuman dingin. Setelah Grace membelinya, ia duduk di sebelah Rachel tanpa permisi.

"Buat lo,"

"Aku gak haus," tolak Rachel sambil memalingkan wajah.

Grace tak mau memaksa, kini mereka duduk di bangku dengan menatap kosong jalanan di depannya. Mereka tenggelam dalam pikiran masing masing tanpa mau bertukar pemikiran. Padahal banyak sekali pertanyaan yang mereka ramaikan di benak masing-masing.

Rachel dengan perasaan daniel nya, dan Grace dengan rasa bersalahnya. Keduanya tidak tau harus bersikap seperti apa karena semuanya menjadi abu abu sejak Grace mencium Rachel.

Grace menatap lekat wajah Rachel dari samping, dengan rasa bersalah yang membuncah di dadanya. Ingin rasanya ia berlutut dan memohon agar Rachel tidak bersikap dingin padanya. Namun itu hanya terkurung rapat, ia enggan untuk mengungkapkannya.

***

Malam sebelum Rachel dan Grace lomba, Grace mendapat telfon dari sang mama.

"Mama dan papa mengandalkanmu, sayang. Jaga tidurmu yang cukup untuk besok,"

"Ucapan mama seolah meragukan kemampuanku, ada apa ?"

"Astaga anak ini, tentu saja. Tidak ada yang tau kejadian apa yang terjadi besok, kemampuan lombamu 99% tapi ingat 1% kegagalan tetap saja kegagalan, wajar jika mama meragukanmu. Realistis,"

Grace menghela nafas, "Ya,"

"Dengar ! Walau bekerja sama dengan orang lain, tetap saja mama maunya kamu menjadi bintangnya. Mama dengar partner lombamu juara kelas kedua,"

"Hmm. Grace ngantuk, mau tidur sekarang." kata Grace ingin secepatnya mematikan telfon.

Grace merebahkan punggungnya, ia melihat Rachel masih membaca buku. Rajin sekali, pikir Grace. Entah kenapa ia memikirkan perkataan sang mama. Sudah beberapa jam Rachel berkutat dengan buku ditangannya, Grace yang jengah dan khawatir mulai bergerak mendekati Rachel.

Grace menarik buku ditangan Rachel tiba tiba. Ia menutupnya dan meletakkan di meja, hal itu mengundang emosi Rachel. Rachel menatap tajam pada manusia di depannya yang menyilangkan tangan angkuh.

"Udah malem, ayo tidur !" ujarnya.

"Apaan sih ! Tidur aja sendiri, ganggu banget." kesal Rachel berhasil membuat Grace menampilkan tatapan misterius.

"Gue bilang tidur ! Lo butuh istirahat buat besok pagi," kata Grace dingin menusuk relung.

Perkataan Grace benar, besok adalah hari mereka. Jam dinding telah menunjukkan pukul 23.56, namun Rachel belum ingin tidur. Alasan lainnya adalah ia tidak ingin tidur dengan Grace.

"Gak usah sok ngatur. Atur aja diri kamu sendiri," balas Rachel jengah dan berdiri hendak keluar kamar.

Grace menarik tangan Rachel dan mendorongnya ke dinding dengan keras seolah ia berada di puncak amarah. Seringai misterius dan tatapan sulit diartikan membuat bulu kuduk Rachel bangun.

"Stttt,,,, Sejak awal dirimu sudah memulainya, jangan mengatakan hal itu lagi. Lo tau ? Gue gak suka mendengarnya. Jangan pernah ngatur gue !" ujar Grace memberi tekanan pada lengan Rachel.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang