19. She fell first but she fell harder

1.8K 149 3
                                    

Barisan rapi dari siswa siswi yang memakai seragam sekolah khas SMA Aswatama, memanjakan mata siapapun yang menontonnya. Upacara bendera di lapangan bak bandar udara terasa melelahkan bagi sebagian siswa. Di sebuah kelas terlihat berantakan akibat kurang tertibnya kelas tersebut.

"Ya elah, Dit. Cemen banget mau confess ke Rachel tinggal bilang aja." ujar Leo mengompori si ketua gengnya.

Grace dan Rachel yang berada di satu baris merasa terganggu. Rachel tak berniat untuk menertibkan kedua orang di belakangnya yang mulai dorong mendorong.

Wajah pucat dan kelelahan tersirat diantara canda tawanya. Tiba tiba tubuhnya ambruk di samping Rachel berdiri hanya karena didorong ringan oleh Leo. Siapa menyangka laki laki yang terkenal biang kerok kelas kehilangan keseimbangan dengan mudah sambil meringis memegangi perutnya.

"Eh, Dit !" Leo dan temannya panik membantu Radit berdiri kembali. Hal tersebut membuat suasana kelasnya ribut.

"Radit lo gak apa apa ?" tanya Rachel ikut kaget tiba tiba mendapati Radit ambruk di lapangan.

Saat hendak membantu, Grace menahan kedua lengan Rachel. Tatapannya penuh dengan kecemburuan melihat Rachel yang khawatir pada Radit. "Lo pindah depan aja." ucap Grace posesif. Ia menarik Rachel untuk bertukar tempat dengannya.

Rachel yang awalnya tidak tega pada Radit kini hanya menurut pada sikap tiba tiba dari Grace. Mengingat sedang berlangsungnya upacara, teman teman satu kelasnya kembali tertib setelah mendapat tatapan tajam dari sang ketua kelas.

Radit dan teman temannya kini tertib mengikuti upacara hingga selesai. Walaupun sekilas Radit sedang menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Upacara telah selesai, Rachel mencoba bertanya pada Radit dengan penasaran.

"Radit, lo gak apa apa ?" suara lembut itu menghidupkan kembali api cemburu pada orang dibelakang Rachel. Tangannya mengepal kuat dan tatapannya menyorot tidak suka. Itu semua tertutup rapat dengan keahlian badut Grace.

"Tubuh gue rasanya remuk, karena-" Radit berhenti melanjutkan kalimatnya saat menyadari Grace di samping Rachel.

Walaupun keduanya tidak ada kejelasan hubungan, namun Grace tetap menutup mata dan selalu berada di dekat Rachel. Bahkan kejadian terakhir kali di gudang sekolah tidak lagi diingat oleh Grace. Seolah tidak terjadi apa apa diantara mereka. Namun bagi Rachel itu sangat membuatnya sesak hingga ingin menjauh dari Grace. Hatinya telah menjerit kesakitan sejak lama karena perilaku tidak mengenakkan, tapi entah mengapa bersama Grace sangat candu dan terasa menginginkan lebih.

Tiba tiba Radit meralat ucapannya, "Umh, gue gak apa apa, Chel."

"Lain kali kalo gak kuat berdiri di barisan, langsung ke PMR aja." kata Grace menasehati.

Radit memutar malas bola matanya. Jentaka melihat keangkuhan di depan mata.

"Rachel, gue rasa ada hal yang perlu gue bicarain sama Grace. Bisa tolong tinggalin kita ?" ucap Radit tiba tiba. Tidak dapat dipungkiri jika tutur katanya sangat sopan saat berbicara pada Rachel.

Rachel awalnya ragu jika keduanya terlihat santai dan tidak berdebat lagi, tetapi ia merasa karena Grace lebih cerdas dalam emosional. Hingga mampu bersikap damai saat bersama Radit. Rachel tersenyum tipis melirik Grace. Ia meninggalkan Grace dan Radit di lorong.

Tiba tiba tangannya ditarik beberapa orang untuk ikut bersembunyi sambil menguping pembicaraan Grace dan Radit. Siapa lagi jika bukan Berlin, Anisa, Seva dan David. Mereka membungkam mulut Rachel agar tidak menimbulkan suara.

"Rachel, lo harus tau kalo Grace beneran cemburu sama kedekatan lo & Radit." ucap Berlin tiba tiba.

Kini Rachel hanya pasrah dengan ulah teman temannya. Walaupun penuh tanda tanya mengapa mereka bisa tau sesuatu antara dirinya dan Grace, Rachel juga penasaran apakah benar selama ini Grace cemburu.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang