Bad Dream

636 43 1
                                    

Hari ini ibu kandung Rachel telah diperbolehkan untuk pulang, Grace berinisiatif mengantar mereka. Di dalam mobil, suasana hangat menyelimuti. Kepribadian baik Grace ditangkap dengan baik oleh ibunya Rachel. Sepanjang jalan, Rachel menatap dalam Grace dan ibunya yang terlihat akrab. Senyum bahagianya tak kunjung luntur.

"Nak Gre, terima kasih ya sudah baik mengantar kita." ucap sang ibu.

Grace tersenyum tulus, "Sama sama, Tante. O iya di dalam ada beberapa alat kesehatan untuk memudahkan Rachel atau kak Eka memeriksa kesehatan Tante," ucap Grace.

Pintu di buka, dan benar saja. Disana telah ada alat alat kesehatan yang mudah penggunaannya seperti alat tensi, obat obatan urgent, hingga sandal rematik. Semuanya tidak menduga akan sebanyak itu yang Grace berikan.

"Wah, ini banyak sekali. Malah merepotkan kamu, Gre. Aduh jadi tidak enak," kata kak Eka.

"Tidak apa apa, Kak. Gre gak merasa diberatkan kok, toh Rachel juga teman dekat Grace." balas Grace sopan.

Rachel menghela nafas dan menatap Grace. Ia mencegahpun sudah terlambat, dan jikapun bisa pasti manusia keras kepala itu tidak akan mengalah jika menyangkut kebutuhan Rachel dan keluarganya. Di lain sisi, ibu Rachel menatap lekat putrinya dan Grace secara bergantian.

"Baiklah, terimakasih ya Gre." ucap kak Eka.

"Ayo, Bu. Ibu harus istirahat," katanya sambil menuntun ke kamar.

Setelah berbaring di tempat tidur, tangan Eka di tahan oleh sang ibu. "Ada apa Bu ?"

"Tolong panggil Rachel ke kamar ya. Ibu ingin bicara berdua dengannya," ucapnya.

"Baik, Bu. Akan aku panggilkan, sepertinya dia belum ke pantai bersama Grace." balas kak Eka lalu beranjak keluar untuk memanggil Rachel.

"Ada apa Bu ?" tanya Rachel ketika sudah duduk di samping sang ibu.

Tatapannya berubah penasaran karena ibunya menatapnya khawatir. "Nak..."

"Sebenarnya siapa Nak Grace ?" tanya sang ibu tak dimengerti oleh Rachel.

Dengan tetap sopan ia menjawab, "Dia teman dekat Rachel Bu."

Sang ibu menggeleng, menolak kebohongan putrinya. "Jujur dengan ibu, kebaikannya dan tatapanmu kepadanya menyiratkan hal lain."

"Tidak, ibu. Kebaikannya tulus, dia tidak seperti yang ibu khawatirkan. Dia anaknya baik," bantah Rachel.

"Bukan itu maksud ibu. Apakah benar hanya sebatas teman ? Ibu bisa lihat tatapannya saat melihatmu, dan kamu..."

"Apakah kamu menyukainya ?" pertanyaan tersebut tidak Rachel duga duga. Ia terkejut mendengarnya, ia bingung harus menjawab apa.

Rachel menundukkan kepalanya, ia tak mampu menatap ibunya. Ia telah mengecewakan ibu kandungnya, ibu yang melahirkannya. Rachel menggeleng, dengan suara bergetar ia meminta maaf. "Maaf, Bu."

"Nak, tidak ada yang salah denganmu. Namun ibu khawatir jika ini akan membuatmu kesulitan di kemudian hari. Orang tuamu dan orang tuanya tidak akan setuju. Terlebih jika dia adalah orang berada," pernyataan itu begitu menampar Rachel.

"R-Rachel minta maaf, Bu. Ini salah Rachel. Rachel telah mengecewakan ibu."

"Namun, Rachel dan Gre tidak bisa jika harus menjauh. Rachel tidak bisa Bu," ucap Rachel sejujurnya.

Keduanya menangis. Sang ibu yang kecewa tak mampu melarang pilihan putrinya. Ia hanya mampu menasehati dan memberikan penjelasan bahwa yang dilakukan tidaklah seharusnya dilakukan sebagai dua orang gadis.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang