16.

1.6K 157 3
                                    

Grace memperhatikan Rachel yang sedang menikmati langit senja dari atas bukit.

"Rachel, suka ?" tanya Grace memastikan.

"Bangettt," balas Rachel bahagia.

"Kamu tau darimana tempat sebagus ini ?" tanya Rachel penasaran.

"Dari anak senja," jawab Grace asal. Ia mendekati Rachel.

"Rachel," panggil Grace serius.

"Iyaa ?" Rachel berbalik dan menatap Grace lembut dibawah cahaya senja yang elok.

Ia melihat gurat lelah dan beban di tatapan Grace. Entah kenapa ia lebih suka dengan sosok Grace saat berdua dibandingkan ketika di sekolahan.

"Gue,"

"Gue minta maaf sebelumnya, ini terdengar aneh. Tapi gue juga gak tau kenapa bisa gini, gue suka sama lo, Chel." kata Grace satu tarikan nafas mencoba memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya ia rasakan.

Rachel membeku ditempat, speechless. Ia melihat Grace yang menundukkan kepalanya seolah tidak siap dengan penolakan. Namun ia tidak menginginkan hal ini terjadi sekarang, ia bingung harus bagaimana. Disatu sisi Rachel juga menyukai Grace sejak pertama masuk SMA, tapi di sisi lain ia tidak mau menjalin hubungan. Ia tidak mempermasalahkan penyimpangan ini, straight, homophobic, lesbian dan LGBT. Dimata Rachel sama, tidak ada yang salah bahkan Rachel mungkin salah satu bagian dari mereka.

"Emh, Gre..." Rachel ragu untuk mengatakannya.

***

"....Jatuh ke tangan ananda Hazna Violeta !"

Tok...tok...tok...

Suara ketuk palu menggema di ruang persidangan. Rachel dan teman temannya menyaksikan kedua anak itu berpelukan seorang mengisyaratkan betapa sayangnya Hazna pada sang adik. Walaupun mengetahui jika ayahnya telah meninggal dunia karena jatuh dari tangga, Hazna tetap bersyukur.

Rachel memutar badannya mencari cari Grace, sejak masuk ke ruang persidangan dia dan teman temannya belum melihat Grace. Grace bilang akan telat datang. Sejak pulang dari bukit beberapa hari yang lalu, keduanya menjadi canggung karena Rachel yang tidak memberinya kepastian. Entah apa yang ada dipikiran Rachel waktu itu.

Di bangku belakang, Rachel melihat sosok yang sangat ia kenal, Grace. Saat ia hendak memanggilnya, seseorang datang dengan tergesa gesa menghampiri Grace. Orang itu seumuran dengan ibunya, Rachel menduga itu adalah ibu dari Grace. Wanita karir dengan high heels khas, setelan blazer merah senada dengan sepatu high heels nya dan kacamata hitam bertengger di batang hidungnya yang mancung mirip milik Grace.

Rachel terkejut ketika melihat wanita itu berbisik ditelinga Grace dan menarik kasar tangan Grace seolah ingin sang anak mengikutinya. Rachel nampak tak tega melihat Grace yang meringis kesakitan. Namun kedua orang tersebut telah menghilang di balik pintu dan orang orang yang keluar dari ruang persidangan.

"Kenapa, Chel ?" tanya Berlin.

"Ha ? enggak, aku sepertinya tadi melihat Grace dan seorang wanita sepertinya mama Grace." kata Rachel menjelaskan.

Anisa dan Berlin saling melempar pandangan. "Ha ha ha ha," ketawa garing yang mereka buat mengalihkan Rachel dan Seva.

"Ngaco. Mana mungkin mama Grace ada di sini, ha ha ha..." balas Anisa.

"Iyaa, ngapain juga itu kesini. Ha ha ha..."

"Tapi kalo beneran Grace & mamanya disini, huwaaaaa takut...." ujar Berlin kepanikan membayangkan hal yang tidak tidak.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang