Titik potong

1.2K 95 3
                                    

Langkah kaki jenjang milik Grace mengalun anggun memasuki salah satu cafetaria di kotanya. Seorang perempuan dengan wajah mirip Grace tersenyum menyambut kedatangan sang adik tercinta.

"Hai, long time no see adik kecil." sapanya sembari menatap Grace kagum.

"Kenapa gak ke rumah aja sih ? Mama kangen sama lo," balas Grace tidak ramah. Dibalik wajah datarnya sekarang tersimpan banyak keluh kesah dan dendam khas adik pada kakak perempuannya.

"Belum waktunya," jawabnya enteng.

Grace membuang nafas kasarnya. Jeniffer mengernyitkan kening melihat Grace yang memiliki beban berat. Alih alih menanyakan kabar dan keadaan adik satu satunya, Jeniffer justru bertanya, "Enak gak jadi anak tunggal ?"

Tatapan tajam menusuk justru membuat Jeniffer tertawa. Grace mengerang frustasi.

"Pake nanya, gara gara lo minggat dari rumah semua beban dialihkan ke gue." ujar Grace kesal.

"Bagus dong, kan lo jadi satu satunya anak kesayangan mereka." balas Jeniffer tak henti-hentinya membully adiknya.

Grace menundukkan kepalanya, tiba tiba sesak di dadanya menyeruak hingga membuat matanya panas. Ia tak bisa menyembunyikan kerinduannya pada kakak perempuannya.

"Dih, cengeng bet. Gitu kok mau keluar dari rumah," ucap Jeniffer mengejek Grace.

Tangis Grace semakin pecah, air mata lolos dari matanya. Suasana haru biru menyelimuti keduanya, Jennifer yang tidak tegapun membawa Grace ke pelukannya. Membiarkan Grace menangis seperti bayi meluapkan bebannya. Bahkan tanpa Jeniffer sadari ia merasa bersalah telah pergi dari rumah dan meninggalkan adik kecilnya ini.

Beberapa saat kemudian, setelah Grace mulai tenang kembali, Jeniffer membuka obrolan kembali dengan pertanyaan tak terduga.

"Siapa Rachel ?"

"Kepo," balas Grace acuh.

Jeniffer justru semakin menggoda Grace, "Di Kanada lesbian legal loh. Jadi kapan ke sana ?"

Grace ingin rasanya menangis mendengar kalimat tersebut. Jeniffer adalah satu satunya orang waras dan gila di waktu bersamaan. Sejak dulu hanya Jeniffer lah yang tau isi kepala dan isi hati Grace melebihi Clara.

"Stop it !" pekik Grace kesal karena merasa Jeniffer sedang mengejeknya.

"Postingan Instagram lo isinya sama Rachel  mulu, mama gak curiga ?" tanyanya.

"Gak tau, bodoh amat." balas Grace acuh.

"Tutor beasiswa Kanada," ujar Grace menyodorkan tangannya seperti meminta permen.

Jeniffer tersenyum sumringah melihat adiknya berkeinginan kuliah ke luar negeri. Ia membuka tasnya dan memberikan sebuah kartu nama. "Dia lagi nyari murid, full funded selama kuliah, biaya hidup, biaya kuliah, fasilitasnya juga luxury, gaya hidup juga fancy, semuanya ditanggung dia. Cuma ya kudu mutualisme,"

"Keyla Georgia ?" gumam Grace membaca nama tersebut.

"Bayarnya pake apa ?" tanya Grace antusias tertarik pada beasiswa tersebut.

"Hidup," balas Jeniffer singkat.

"Ha ?"

"Bayarnya pake hidup. Jadi dia minta setelah lulus kuliah kita bisa mengelola bisnis dia atau setuju bangun branding atas nama dia. Tapi sebenarnya gak sedangkal itu sih," jawab Jeniffer semakin membuat Grace bingung.

"Jelasin yang bener ishh,"

"Maksud gue setelah lulus kita bakal diarahin ke bisnis dan menjalankan usaha gitu, kalo gue sih ini diamanahi pegang cafe dia. Lumayan ada pengalaman bisnis, terus berhubungan gue ambil desainer ini lagi nego buat terjun dunia desain pakaian pake modal dia,"

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang