Neutron (END)

805 48 8
                                    

Satu tahun kemudian...

Tak pernah terbesit dalam pikiran Grace bahwa ia akan kehilangan Rachel. Anak yang tumbuh sedemikian hebatnya berkat didikan wanita hebat Demonov Carla harus dihadapkan dengan kenyataan pahit norma dunia.

"Rachel tidak ingin menemuimu. Dan aku tidak mengijinkanmu menemui anakku lagi ! Pergi dari sini !"

Hardikan kasar dari sosok ayah Rachel mencabik-cabik keteguhan hatinya. Meskipun demikian, ia tak menyerah dan berlutut memperjuangkan cintanya dengan bodoh. Seolah menentang norma yang berlaku.

"Om, Grace mohon. Ijinkan Grace bicara pada Rachel sebentar, Grace janji ini yang terakhir kali, Om." pintanya.

Kedua insan saling mencintai kini menangis dalam diam tak kuasa melawan. Di tangga rumahnya, Rachel berdiri lemah menyorot rasa bersalah yang dalam. Ia menatap sang ibu dengan sangat memohon.

"Bu, Rachel gak sanggup. Rachel gak bisa melakukan ini," Rachel dipaksa turun oleh sang ibu.

"Lakukanlah seperti yang dikatakan ayah. Ini demi kebaikanmu," hanya itu yang mampu terucap dari mulut sang ibu ketika mengetahui anak tunggalnya seorang lesbian.

Rachel menunduk menghindari tatapan sang ayah maupun Grace. Jantungnya berdetak begitu cepatnya. Beribu maaf ia ucapkan untuk sang pujaan hati. Ingin rasanya ia bersimpuh dan membawa Grace berdiri bersama memperjuangkan cintanya. Namun, ia tak berdaya, ia tak mampu melakukannya.

Isak tangisnya kain terdengar seolah begitu menyayat hati ketika Grace masih mampu menampilkan senyum andalannya. Senyum itu hanya untuk Rachel yang sedang menangis.

"Rachel, apa yang terjadi ? Katakan jika tidak benar-"

Dalam isak tangisnya, ia dengan tega mengatakan, "Pergilah ! Kita sudah berakhir,"

Bak dirajam belati, tajam menghantam jantungnya, Grace menggeleng kuat. Ia semakin lemah dibuat tak berdaya dengan perkataan Rachel. Ia tak mau berakhir seperti ini. Seolah kebahagiaan yang mereka kecap selama ini adalah ilusi semata. Semuanya hancur karena Rachel menganggapnya telah berakhir.

"Tidak ! Rachel, aku mohon kita tidak berakhir. Aku tidak bisa tanpamu, Rachel."

Tak kuasa melihat Grace yang teramat sakit karena dirinya, Rachel meninggalkan tempat dan mengurung diri di kamar. Ia menangis sejadi jadinya. Sesak didadanya tak berangsur berkurang seiring tangis histerisnya. Begitu sakitnya melepas paksa hubungan yang begitu nyata.

Pintu ditutup rapat menyisakan Grace yang masih menolak kenyataan menyakitkan itu. Malam ini dirinya dibuat tak berharga di depan Rachel dan keluarganya. Hancur. Itulah yang Grace rasakan, dicampakan dengan mudah oleh pasangannya.

Gadis yang lahir dari rahim wanita logic smart kini tak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Ia mengendarai motor kesayangannya dengan kecepatan tinggi seolah pertahanannya hancur. Tak dapat ia bendung rasa perih di hatinya. Hancur berkeping keping dipaksa mundur oleh orang yang selama ini dicintainya.

Hitam jalanan berpadu apik dengan langit malam tanpa bintang dan rembulan. Isak tangis beradu riuh dengan deru yang dihasilkan oleh motornya. Bersyukurlah jalanan sepi tanpa kendaraan antah berantah.

Sakit didadanya membawa dirinya ke ujung jalanan ke tepian pantai. Deru ombak terdengar merdu berpadu teriakan histeris Grace. Bak orang kesetanan ia meluapkan sesak di dadanya. Kalimat itu terus terngiang di kepala Grace.

Ia berlutut tak kuasa berdiri diatas kakinya sendiri menghadapi patah hati yang teramat menyakitkan. Pipinya telah basah oleh darah bening, tak tersisa kulit pipi keringnya. Beberapa kali ia memukul mukul dadanya. Begitu memilukan takdir merenggut kebahagiaan mutlaknya.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang