3. Tri

2.6K 221 11
                                    

Tok tok tok

Suara pintu rumah diketuk oleh seseorang. Rachel mendengarnya, ia membuka pintu dan melihat siapa yang datang malam malam. Malam Minggu memang ramai, namun aturan rumah haruslah ditaati. Seperti saat ini jam dinding menunjukkan pukul sembilan, pintu rumah Rachel sudah tertutup rapat.

"David ?"

David menyengir kuda, "Sorry, Chel. Gue baru balikin catatan lo malam ini. Gue kelupaan kemarin, terus malam ini gue baru bisa balikin. Soalnya besok gue mau ke Jogja,"

Rachel mengangguk memahami kelalaian David. "Iyaa, sans aja. Btw lo sama siapa ?" tanya Rachel melihat ke arah motor David yang terparkir dan ada sosok cewek di jok belakang.

"Owh, gue sama Naura hehe." jelas David.

"Ekhemm,"

"Ngobrol sama siapa, nak ?"

Mendengar suara berat itu, Rachel membeku, seketika nyalinya menciut. Davidpun merasa sedikit takut dengan suara ayah Rachel.

"Ini temen Rachel balikin buku catatan Rachel, yah." jelas Rachel menunjukkan buku catatannya.

"Malam, Om. Maaf mengganggu waktunya, saya cuma mengembalikan buku catatan Rachel yang saya pinjam beberapa hari yang lalu, Om." kata David sopan.

Tatapan mengintimidasi terasa menganggu, David segera berpamitan.

"Kalo gitu saya pamit dulu, Om. Permisi !"

"Gue duluan ya, Chel !" kata David pergi dengan bergidik ngeri dengan aura ayah Rachel.

Naura yang menyadari keanehan David bertanya, "Kamu kenapa, yang ?"

"Ayah Rachel auranya serem," jawab David sekenanya.

"Dah yok,"

.
.
.
.

Sementara di rumah Rachel, Rachel mendapat sidang dadakan.

"Ayah, David cuma nganterin buku catatan Rachel. Gak ada apa apa," kata Rachel memberi penjelasan.

"Kenapa harus malam ? Memangnya waktu di kelas tidak bisa ? Menganggu orang saja,"

Rachel menghela nafas, "Iya, ayah. David lupa tadi dikelas. Dia balikin malam ini karena dia ada acara besok,"

Sosok ayah itu terlihat garang dan angkuh. Ia menyilangkan tangannya dan berkata, "Ayah gak suka kamu deket sama cowok."

"Fokus saja sama sekolah kamu, inget tujuan kamu disekolahkan. Jangan ngecewain ayah & ibu !"

Rachel mengangguk tanpa melihat ayahnya, sering kali ia mendengar kalimat serupa. "Iyaa, yah," jawabnya lesu.

***

Hari seleksi antar kelas sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Grace dan Rachel kini sibuk mengerjakan soal olimpiade tahun lalu dengan penuh ketelitian. Terdapat sepuluh orang yang mengikuti seleksi di mata pelajaran matematika.

"Lo pasti bisa, Chel. Semangat !"

Rachel menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ia mendengar suara dirinya sendiri di kepala. Tidak ada salahnya menyemangati diri sendiri. Itulah Rachel, selalu berusaha positif thinking dan positif vibe dalam keadaan apapun. Seperti keadaan saat ini contohnya, mengerjakan soal matematika tentu bukan hal yang mudah, sangat perlu kejernihan pikiran dan keseimbangan hati. Hanya ada satu hal yang dapat mengacaukan saat belajar matematika, patah hati.

Rachel tersenyum sumringah saat ia dapat menemukan nilai X. Inilah Rachel, si pecinta hitung hitungan.

"Okay, karena waktunya sudah habis silakan meletakkan alat tulis dan pastikan tertera nama kalian di lembar jawab ! Panitia akan mengambil lembar jawab kalian, jadi silahkan meninggalkan ruangan."

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang