9. Deka

2.3K 182 3
                                    

Di parkiran, Grace memperlakukan Rachel dengan sangat lembut dan mengutamakan kenyamanan Rachel. Sampai membuat seorang Rachel terheran dengan perubahan sikap Grace yang menjadi sangat baik. Seperti saat ini, ia rela memasangkan helm ke kepala Rachel.

"Aku bisa sendiri," kata Rachel tidak nyaman karena ada beberapa orang di parkiran yang memperhatikan mereka.

"Diem ihh, gue aja yang masangin. Kalo lo yang masang ntar helm gue rusak." balas Grace seolah lebih mementingkan helmnya.

Rachel menghela nafas pasrah, "Bayi," cibirnya membuat Grace mendelik.

"Dah. Ayo naik," ajak Grace setelah memasangkan helm.

Mereka menikmati perjalanan pulang ke rumah Rachel. Dengan kecepatan sedang, angin menerpa wajah mereka bersamaan rambut yang terkibas bebas oleh angin.

"Gre," panggil Rachel.

"Ya ?" jawab Grace sambil mengendarai motornya.

Rachel lagi lagi tersenyum, ia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Kenapa baik ?" tanya Rachel.

Grace yang awalnya mengernyitkan kening, kini tau arah pembicaraan Rachel. Ia menjawab dengan jujur, "Karena lo milih pulang sama gue daripada sama si Naya,"

"Emang kenapa kalo gue baik kek gini ? Lo maunya dijahatin kek Hazna ?" balas Grace.

Rachel membatasi topik mereka. "Enggak gitu. Ini gak ada hubungannya sama konflik kamu dan Hazna, aku paham posisi kalian. Dan aku suka kok pulang sama kamu, tapi ya gitu ada rasa gak enak dikit karena rumah kita beda arah kalo dari sekolahan. Ngerepotin kamu gak sih aku ?"

Grace tersenyum, dari sini ia bisa menangkap maksud Rachel dengan jelas hanya karena pemilihan kata yang tepat dan sangat sopan. "Jadi gimana ? Rasa suka sama rasa gak enaknya lebih besar mana ?"

Rachel dibuat berfikir karena pertanyaan Grace tersebut. "Emm... banyak sukanya sih,"

"Rachel, nyaman kan ?" tanya Grace tiba tiba.

Rachel menatap pantulan Grace di kaca spion, ia melihat jika Grace khawatir jika ia tidak nyaman bersama dengannya. Rachel adalah orang yang teliti, bahkan pemilihan kalimat Grace tersebut ia perhatikan dengan detail. Ia merasa Grace benar benar bayi karena kalimat itu seolah takut jika Grace tidak membuatnya nyaman.

"Nyaman bangettt," jawab Rachel tulus memeluk pinggang Grace.

.
.
.
.

Grace masuk ke sebuah rumah yang dikenal dengan sebutan basecamp gengnya.

"Reno mana ?" tanya Grace pada salah satu anggota.

"Mandi," jawab orang yang bernama Bara.

Grace masuk mencari Reno, ia menggedor pintu kamar mandinya.

"Reno ! Buruan mandinya, gue mau ngomong. Penting !" kata Grace masih menggedor pintu kamar mandi.

"Gak mau. Gimana kalo mandi bareng aja sambil ngomong hal penting itu ?" suara Reno menjawab Grace dengan tengil.

"Ogah ! Buruan, gue tunggu di depan. Penting ini !" Grace pergi ke depan menunggu Reno.

Saat ia bergabung dengan teman teman yang lain, ia ditawari sebuah bungkus rokok oleh Jihan. "Mau ?"

Grace menggeleng menolak, "Gak. Makasih,"

"Cupu bet,"

Grace melirik tajam ke arah Jihan yang sedang mengeluarkan asap dari mulutnya. "Gak apa apa cupu, daripada punya ortu 5." balas Grace.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang