Not alone

695 59 3
                                    

"Kak, buruan !" ucap Grace kesal.

Jennifer masih berbicara dengan penyelenggara acara. Sedangkan Grace telah menunggu setengah jam di mobil bersama Eileen yang telah tidur. Saat hendak menuju ke mobil, Jennifer menerima panggilan. Raut wajahnya berubah menjadi serius ketika melihat nama di layar ponselnya.

Grace yang geram, memilih menyusul kakaknya yang sedang menerima telepon. Sayup sayup ia mendengarkan pembicaraan mereka.

"Mah ! Grace udah mau 17 tahun, dia udah berhak punya hidupnya. Dia berhak memilih, dia berhak melakukan apa yang dia mau, dia udah punya hak ngambil keputusan untuk dirinya sendiri. Mama hargai dong pilihan dia,"

"....."

"Dia cuma refreshing di Bali ! Sama Jennifer disini, ada aku. Dia gak sendirian di Bali, mah."

"....."

"Ya itu karena kalian ! Dia nemuin hasil tes DNA papa sama temen sekolah dia, Hazna." teriak Jennifer penuh emosi.

"...."

"Iya, dia udah tau ! Dia udah tau yang sebenarnya keluarganya sekarang. Persis seperti yang Jennifer rasain dulu,"

"....."

"Aku gak nuntut mama atau papa untuk berubah. Gak ada sama sekali ! Karena Jennifer tau itu gak mudah buat mama. Yang Jennifer minta cuma satu sejak dulu, mah.  Jennifer mohon sama mama..... tinggalin papa !"

Grace melotot tak percaya atas ucapan Jennifer tersebut. Bagaimana bisa kakaknya meminta keluarganya menjadi hancur ? pikirnya. Jennifer memutus panggilan sepihak dengan kasar. Ketika ia berbalik, ia terkejut melihat Grace yang terdiam membeku.

"Sejak kapan lo disini ?" tanyanya masih dengan nada kesal. Di hatinya selalu terpatik rasa marah setiap melihat keluarganya, terlebih setelah ia membahas topik menyebalkan barusan.

"Sejak lo berteriak ke orang di panggilan lo," ucap Grace datar. Lagi. Dia memilih mencerna sendiri tanpa ingin bertanya meminta apa yang sebenarnya terjadi dalam percakapan Jennifer dan Carla. Kebiasaan buruk tersebut telah membersamai Grace sejak kecil, hingga ia tumbuh menjadi keras kepala.

"Jadi, lo denger-"

"Udahlah, gak penting. Sekarang ayo ! Kita udah telat." potong Grace.

Jennifer mengikuti kemauan Grace untuk mengunjungi ibu kandung Rachel di rumah sakit. Perjalanan membutuhkan waktu 20 menit dan mereka telah sampai di rumah sakit. Grace sangat bersemangat untuk menunjukkan Jennifer pada Rachel dan keluarganya.

Pintu ruangan dibuka oleh Grace, senyum ramah ia tampilkan. Dengan tangan kanannya yang menarik Jennifer, Grace masuk dan di sambut hangat oleh Rachel.

"Selamat malam," sapa Grace.

"Malam," balas seorang perempuan yang sedang menidurkan anak laki laki.

"Ah kamu beneran ngajak kak Jennifer ya ?" ucap Rachel gembira. Akhirnya ia dapat melihat sosok kakak perempuan ayangnya.

Grace mengangguk, "Iya dong."

"Kak Jen, kenalin. Dia Rachel," kata Grace memperkenalkan Rachel.

Rachel menjabat tangan Jennifer dengan ramah, "Rachel kak, temen sekelasnya Grace."

Jennifer hanya mengulum senyuman mendengar pengakuan Rachel yang berhasil membuat mood Grace turun. Jennifer berhasil menebak karakter Rachel hanya dari raut wajah dan gerak geriknya. Ia hanya membalas seadanya dan mengikuti sandiwara yang dibuat oleh sang adik.

"Aku Jennifer, senang bertemu denganmu. Grace bilang kamu sangat penasaran dengan kakak perempuannya," balas Jennifer.

Rachel tidak menyangka jika Jennifer bisa seramah ini, ia mengira Jennifer mirip Grace saat ia pertama kali ia bertemu. Namun, dari segi fisik keduanya memang mirip. Hanya saja Jennifer lebih tinggi dari Grace. Tapi tetap saja tidak ada yang lebih pendek jika dibandingkan dengan dirinya.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang