13

1.8K 161 2
                                    

"Gre ! Gue mohon bantuin gue, Gre... plisss," Seseorang bersimpuh memohon pada Grace. Ia menyatukan tangan dengan tatapan memohon nan menyedihkan di kaki Grace.

Sementara Grace sedang menikmati setiap tangis dan gonggongan anjing barunya. Ia memejamkan mata, menghirup udara malam mencekam dan menikmati alunan menyedihkan dari Hazna.

"G-gue mohon.... Gue bakal ngelakuin apa aja, Gre. Plisss,,, bantuin gue," Hazna benar benar memohon agar Grace membantunya untuk mendapatkan hak asuh adiknya. Ia bahkan rela mencium kaki Grace demi adiknya.

Disaksikan oleh Reno dan Gustav, Grace tersenyum penuh kemenangan seolah ia telah menantikan saat saat ini. Grace berjongkok menyamakan posisinya dengan Hazna. Tatapan evil mencabik cabik kewarasan Hazna. Didalam tatapan itu, terdapat amarah, dendam dan ambisi yang menggebu gebu.

"Melakukan apapun ?" tanya Grace.

Hazna mengangguk cepat, "G-gue bakal ngelakuin apapun yang lo perintah, Gre..."

Grace tersenyum miring, "Bulan depan persidangan akan menetapkan hak asuh adik lo ke tangan ayah lo, kalo pengacara lo gak bisa ngasih bukti sanggahan,,, ckckck Layla yang malang."

Ekspresi Grace membuat Hazna menggeleng kuat, ia tak mau jika hal itu terjadi. "Plisss,,, gue mohon, Gre! Bantuin gue..."

"Gimana kalo gue minta dalam waktu satu bulan, lo harus membuat Iyan tergila gila sama lo ? Bukankah ini menguntungkan lo ? Hmm,,, minimal HS with him. Izzy bukan ?" Grace memberi penawaran menarik untuk Hazna. Terdengar mudah dan sangat singkat untuk sebuah imbalan pemindahan hak asuh.

Hazna mengepalkan tangannya kuat kuat menahan emosi. Merasa direndahkan dengan permainan Grace. Ia masih tidak menyangka jika Grace akan tega melakukan itu padanya. Namun, keadaannya sedang terdesak dan tidak memiliki pilihan lain.

"Masalah adik lo akan gue beresin sesuai kinerja lo sejauh apa sama Iyan," lanjut Grace berdiri.

Hazna menangis dan berteriak histeris meluapkan tekanan di bahunya. Hidupnya hancur sejak kepergian ibunya. Apakah ia akan lebih menghancurkan hidupnya sendiri ? Ia harus membuat keputusan dengan tepat diantara pilihan yang buntu.

Sedangkan Grace sedang tersenyum puas dan bersenandung senang. Reno dan Gustav di sampingnya hanya menggelengkan kepala. Reno memberikan helm sebelum menyalakan motor. Grace menerimanya dengan masih tersenyum.

"Kita ke taman kota dulu, boleh ?" tanya Reno meminta ijin. Karena ia mengerti ketatnya aturan rumah Grace, ia memastikan dengan bertanya pada Grace.

"Okay, jam 10 harus udah cabut dari taman ya." jawab Grace dibalas anggukan Reno.

"Gustav, lo balik ke markas. Bawa satu anak buat bantu lo antar motor Grace ke taman kota," perintah Reno dibalas anggukan patuh oleh Gustav. Grace melempar kunci motornya ke Gustav dan di tangkap mulus.

Motor Reno melaju dengan kecepatan tinggi menuju taman kota. Di malam minggu ini, jalanan cukup ramai namun Reno mengendarai motornya dengan lihai. Gracepun terlihat menikmati cara Reno membawa motor. Tangannya melingkar di perut Reno membuat Reno tersenyum dalam helm full face nya.

Setibanya di taman, Reno mengajak Grace ke salah satu bangku yang jauh dari manusia manusia yang sedang menikmati waktu malam Minggu dengan pasangan. Grace tertawa senang bersama Reno, mereka merebahkan punggungnya di bangku taman. "Gue gak nyangka rencana kita berhasil," ujar Grace senang.

Reno menatap dalam Grace yang sedang menatapnya kembali dengan penuh keceriaan. Hingga sebuah kalimat tulus Grace membuat hati Reno tidak karuan, "Lo berhasil mengambil alih skenario,Ren. Makasih, lo selalu ada buat gue."

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang