Symmetry of the circle

1.4K 116 4
                                    

Ditengah lapangan sekolah, Rachel berkegiatan bersama anak anak OSIS untuk menyiapkan acara graduation kakak kelas. Kini ia memenuhi kedua tangannya dengan barang barang dekorasi panggung. Hingga seseorang membantunya untuk membawa beberapa tumpuk kardus yang menghalangi pandangannya.

"Sini gue bantu bawa," Grace mengambil alih beberapa kardus dari tangan Rachel.

Rachel tersenyum hangat melihat pacarnya selalu membantunya sejak tadi. "Terima kasih," ucap Rachel.

"Lain kali jangan banyak banyak bawanya. Nanti kalo jatuh gimana karena gak bisa lihat jalan," nasehatnya.

"Ya gimana dong, biar cepat pulang." balas Rachel.

Grace meletakkan kardus dengan hati hati, lalu tatapannya beralih pada Rachel. Ia menahan tangan Rachel yang hendak mengambil kardus berisi barang barang dekorasi.

"Biar aku aja, kamu yang pasang dekorasinya aja ya." pinta Grace. Ia menjadi tidak tega melihat Rachel kecapekan selain ia yang menyebabkan.

"Tinggal satu aja, gak apa apa ih."

Grace masih tetap menahan Rachel, ia memberitahu, "Kamu itu cuma boleh capek kalo aku ijinin doang. Selebihnya gak boleh. Diem disini !" kata Grace tegas.

Rachel tak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Ia menyadari jika cara Grace peduli padanya sangat berbeda dari yang ia harapkan, tapi hatinya selalu bisa dibuat berbunga.

Rachel memutuskan untuk rehat sejenak, ia duduk di panggung yang hanya selututnya. Menjadi panitia acara graduation mengharuskannya pulang telat dan berkeringat. Tak lama kemudian teman teman yang lainnya ikut beristirahat di sebelah Rachel.

"Anjir, gini amat jadi babu OSIS." celetuk Berlin merebahkan tubuhnya di atas panggung.

Anisa dan Seva ikut mengambil kertas untuk menjadi kipas manual. Mereka terlihat lelah karena sibuk mendekorasi panggung, menyiapkan perlengkapan untuk hari h besok.

"Iya ihh, milih divisi apa aja eh masuknya di perkap semua. Hadeuh," keluh Seva disetujui oleh teman teman yang lain.

"Mana si Grace ? Sialan banget nyuruh gue disini, gue mending kerja anjir daripada kek ginian. Capek iya gaji kagak." ujar Citra mengeluh, ia meletakkan dengan kasar kursi kursi yang ia tata.

Tiba tiba Grace datang dan mendengarnya. Ia berkata, "Mau berapa duit ?"

Reflek Citra langsung sumringah. Ia tersenyum lebar menampilkan deretan giginya. "Canda, Gre. Kalo dikasih mau kok," candanya.

"Tiger child, kasih gue minum dong. Es teh depan sekolah juga gak apa apa deh, haus nih kita. Ya kan guys ?" kata Anisa.

Grace menghela nafas, ia menyerahkan selembar uang merah. "Nih, siapa yang mau beli ?"

Semuanya refleks berbinar dan antusias karena dahaganya akan terbayar. "Cit, Cit, ambil Cit !" ujar David.

"Pada es teh semua nih ?" tanya Citra.

"Gue es teh. Mending samain aja dari pada lo ribet pesennya,"

"Setuju,"

Selepas kepergian Citra yang membeli es teh, tiba tiba Vanya dan teman temannya melewati anak anak IPA 2 tersebut dengan angkuhnya. Namun sayangnya, Seva menghalangi jalan sang biang kerok bersama Anisa yang tengah duduk santai menghilangkan gerah. Alangkah sialnya Seva yang kena semprot Vanya.

"Bisa minggir gak ? Gue mau lewat," pekik Vanya mengusik Seva dan Anisa.

"Mata lo buta ? Jalan selebar padang mahsyar gini bisa buat lewat lo. Lagian gue sama Seva duluan duduk disini, ogah minggir gue." tolak Anisa dengan geram karena diusik.

Skor+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang