"Kaaaaakk. Kak Arsa."
Arsaka yang tengah duduk di kursi belajarnya sembari menyandarkan punggungnya kesandaran kursi, menoleh ke arah sumber suara. Di pintu masuk kamarnya tersebut tampak kepala adiknya dengan badan di sembunyikan di balik dinding.
Arsaka bukan anak tunggal. Ia memiliki adik perempuan dua tahun lebih muda darinya. Definisi Jessalyn Piesesha Geovander untuk Arsaka, menyebalkan, cengeng, manja, merepotkan dan Arsaka tidak menyukai hal tersebut. Kedua orang tuanya terlalu memanjakan Jessalyn membuat anak perempuan yang masih duduk di bangku menengah pertama tersebut seenaknya.
Arsaka menyayangi Jessalyn, tentu saja. Sangat, ia sangat menyayangi Jessalyn hanya saja caranya menunjukkan kasih sayangnya sedikit ekstrem.
Arsaka tidak mau Jessalyn bersikap semaunya. Memang sekarang Jessalyn memiliki segalanya. Orang tua dan kakak yang siap maju gerda pertama jika seseorang menyakiti gadis itu. Namun, jika orang tua dan kakaknya sudah tidak lagi bersamanya bagaimana gadis kecil nan super manja itu bertahan? Sungguh, Arsaka tidak bisa membayangkan kehidupan Jessalyn.
Karena itu Arsaka akan membuat Jessalyn hidup tanpa bergantung pada dirinya dengan caranya sendiri.
"Kenapa?"
"Temanin Jessa beli es krim dong," pinta Jessalyn.
"Sama Pak Alam aja. Gue capek."
"Jessa maunya sama kakak! Nggak mau sama Pak Alam."
"Yaudah, nggak usah makan es krim," balas Arsaka cuek.
"Yaudah! Kado ini buat Jessa berarti." Jessalyn tersenyum lebar memperlihatkan kotak berbentuk kubus bewarna biru langit tersebut kepada Arsaka. Membuat Arsaka terkejut dan dengan cepat bangkit dari duduknya— secepatnya ia kini sudah berada di hadapan Jessalyn.
"Lo apa-apaan sih?" tanya Arsaka tidak senang. "Ngambil barang orang sembarangan."
"Jessa kira kakak nggak suka," ujarnya dengan kepala menunduk. "Kakak nggak pernah buka hadiahnya. Padahal udah lama banget di atas meja belajar kakak. Makanya Jessa ambil. Biasanya kakak nggak marah Jessa ngambil kado-kado kakak."
"Pengecualian untuk ini. Lo nggak boleh ambil!"
Tanpa mengatakan apapun lagi Arsaka melangkah memasuki kamarnya sembari membanting pintu, menimbulkan suara cukup nyaring, mengejutkan Jessalyn.
Gadis itu mengusap dadanya. Kakaknya benar-benar menyebalkan! Apa dia tidak bisa memperlakukan dirinya seperti dia memperlakukan orang lain?
Kakaknya itu baik, sangat baik malah. Tapi tidak kepada dirinya. Dengan perasaan kesal Jessalyn berjalan menjauhi kamar kakaknya tersebut.
Di tempatnya Arsaka duduk dalam diam memandangi kotak bewarna biru tersebut. Kado tersebut di berikan Allara sebelum kepergiannya. Memang benar yang di katakan Jessalyn, Arsaka tidak pernah lagi menyentuh kotak tersebut setelah ia letakan di atas meja belajarnya.
Yang dia lakukan selalu sama, duduk diam dengan pandangan menatap kotak tersebut seperti saat ini tanpa keinginan sama sekali untuk membuka kotak tersebut.
"Maafin gue, Ra. Maaf."
[ FLASHBACK ON ]
"Bukannya sekarang ulang tahun Allara, Co?" tanya Kenzio sekaligus mengingatkan Valco. Membuat anggota GALAXION menatap Valco yang tampak biasa-biasa saja.
"Ya, emang." balas Valco cuek.
"Lo gimana sih anjir jadi pacar?" tanya Arrio gemas sendiri ingin menjitak kepala Valco agar sedikit peka dan pintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Teen FictionEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...