"Pagi, Ay."
Edreana mengerutkan keningnya memandang Arsaka yang tengah berdiri di sisi mobilnya yang terparkir di halaman kediaman keluarganya. Arsaka memang sudah menghubungi Edreana jika cowok itu akan menjemput Edreana pagi ini.
Apa cowok itu berpura-pura bodoh atau bagaimana? Dia muncul di hadapan Edreana dengan tampang tidak berdosa dan senyuman menyebalkan seperti yang sudah-sudah.
Terakhir ia berbicara dan bertemu dengan Arsaka saat Edreana dengan frustasinya ia menanyakan letak kesalahannya. Cowok itu mengatakan Edreana tidak salah. Namun, cowok itu tidak menemuinya setelah itu bahkan Edreana mendatangi rumah cowok itu, tapi Arsaka tidak ada di kediamannya. Begitu informasi yang di berikan ART cowok itu.
Edreana mengeleng tidak percaya. Setelah membuat dirinya tidak mendapatkan informasi kemana cowok itu pergi dan menutup semua akses Edreana menghubungi cowok itu kini dia berdiri di hadapan Edreana tanpa rasa bersalah. Seolah-olah tidak ada yang terjadi.
"Ay?"
"Iya, Ay. Ayang." Arsaka tersenyum manis.
"Cuman itu yang mau lo bilang setelah ngilang dan nggak kasih kabar ke gue?"
"Gue jelasin, tapi masuk dulu."
Edreana berdecak, namun cewek itu mengikuti ucapan Arsaka. Cewek itu berjalan memutari bagian depan kap mobil. Duduk manis di kursi penumpang bagian depan tepat di samping Arsaka, yang duduk di belakang kemudi.
"Gue minta maaf, Edrea karena ngilang dan nggak kasih lo kabar. Gue beneran minta maaf," ucap Arsaka penuh penyesalan. "Gue perlu waktu untuk mikirin permintaan seseorang."
"Permintaan?" Edreana menoleh menatap Arsaka yang sudah duduk di belakang kemudi dengan pandangan bingung.
Arsaka mengangguk. "Permintaan itu berhubungan sama lo, Edrea. Gue nggak bisa memutuskan sendiri karena lo milik diri lo sendiri. Lo yang berhak memutuskan, Edrea."
"Permintaan siapa? Dan apa hubungannya sama gue?"
Arsaka memutar tubuhnya agar menghadap Edreana dengan pandangan menatap Edreana lekat. "Permintaan seorang teman. Dia bilang dia suka sama lo dan minta gue jauhin lo, Edrea."
"Artinya, lo harus milih gue atau teman lo?"
Lagi. Arsaka mengangguk. Helaan napasnya terasa berat, seakan-akan tersiksa. "Lo dan teman gue sama berharganya untuk gue, Edrea. Dan gue nggak bisa milih."
"Lo nggak harus milih antara gue dan teman lo," ujar Edreana. Kali ini tidak ada raut datar di wajahnya, bahkan cewek tersenyum tipis— sangat tipis. Jika Arsaka tidak memperhatikannya dengan seksama ia tidak akan sadar jika Edreana tersenyum. "Bilang ke teman lo. Gue milik lo, sekalipun lo ngelepasin gue. Gue nggak akan mau jadi milik dia karena gue udah milih lo."
Seulas senyuman menghiasi bibir Arsaka, tanpa berpikir panjang Arsaka menarik Edreana dalam pelukannya. "Gue berharap hubungan kita baik-baik sampai akhir, Edrea. Memiliki lo sementara ngebuat gue serakah pengen memiliki selama-lamanya."
Edreana tidak merespon, terlalu terkejut dengan gerakan Arsaka dan itu berefek pada jantung Edreana. Berdebar keras dari yang seharusnya.
"Kapan kita mau ke sekolah?" Edreana menjauhkan diri dari Arsaka. Cewek itu menatap lurus ke depan dengan pandangan datar.
Arsaka terkekeh pelan sembari menghidupkan mesin mobilnya. "Lo udah sarapan?" tanya Arsaka bersamaan dengan mobil bewarna merah keluar dari gerbang kediaman Abraham.
"Udah."
"Untuk date pertama kapan lo ada waktu? Gue harus kasih kesan baik biar lo selalu ingat gue," tanya Arsaka menatap Edreana beberapa detik sembari satu tangan mengengam tangan Edreana dan satu lagi mengendalikan kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Teen FictionEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...