Arsaka menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman tipis ketika netranya menangkap sosok Edreana yang tengah berbicara dengan Valencia- adik Valeshia. Cowok berhoodie hitam itu berdiri dengan kedua tangannya berada dalam saku celana abu-abunya dengan tatapan tidak lepas dari Edreana, menunggu cewek itu selesai berbicara.
Tujuan Arsaka pada awalnya markas the Devils, tapi karena menemukan Edreana di tengah perjalanannya. Rasanya ada yang kurang jika lewat begitu saja tanpa mengganggu cewek itu terlebih dahulu.
Arsaka melangkah untuk menghampiri Edreana yang tengah melambai-lambaikan tangannya pada adik kelasnya yang melangkah menjauh.
"Ngelihat senyuman lo gue sadar. Kalau bahagia itu nggak sesulit yang gue pikirkan." Ucapan Arsaka barusan. Membuat senyuman Edreana pudar, cewek itu menoleh untuk menatap Arsaka dengan tatapan tanpa ekspresi.
"Lo ngomong sama gue?"
"Pakai nanya lagi. Iyalah," kekeh Arsaka sembari mengacak-acak brutal puncak kepala Edreana.
"Mau gue patahin tangan lo, brengsek?" tanya Edreana tidak senang.
Arsaka menjauhkan tangannya dari kepala Edreana. "Galak banget, tapi gue suka."
"Dasar nggak jelas."
Edreana berjalan meninggalkan Arsaka. Edreana merasa Arsaka makin menjadi-jadi merecoki hidupnya. Edreana tidak tahu apa yang di inginkan cowok itu darinya.
Edreana terkejut ketika tangannya tiba-tiba di tarik dengan kuat hingga membuat tubuh Edreana berbalik dan kepalanya menghantam dada Arsaka. Dengan jarak sedekat itu Edreana mencium wangi parfum yang di pakai Arsaka.
Wangi tersebut mengingatkan Edreana pada seseorang yang telah pergi jauh meninggalkannya.
"Lo marah sama gue, Edrea?" Pertanyaan yang diajukan Arsaka mengembalikan Edreana pada realita. Menyadari jaraknya dengan Arsaka hanya beberapa cm Edreana mendorong tubuh cowok itu menjauh darinya.
"Mau lo itu apa sih?" tanya Edreana emosi. Ingatannya tentang Elvan membuat emosinya tidak stabil.
"Mau gue? Lo, Edrea."
⚡
Arsaka menutup lokernya setelah selesai memasukkan semua barang yang tidak dia butuhkan untuk latihan basket. Cowok itu menatap dalam diam Kevlar yang juga tampak menaruh barang-barang di loker tepat di samping lokernya. Jarak mereka tidak sampai satu meter, tapi rasanya sangat sulit untuk Arsaka menjangkau sahabatnya tersebut.
Arsaka tersenyum miris. Sahabat? Mungkin hanya dirinya saja yang menganggap hubungan mereka masih sama seperti dulu. Sahabat. Bagi Kevlar dia hanya teman di masa lalu dan tidak ada artinya di kehidupannya yang sekarang.
"Sampai kapan lo mau kayak gini, Kev?" tanya Arsaka pada akhirnya.
Kevlar hanya diam tak menjawab sama sekali, seolah-olah pertanyaan Arsaka barusan hanya angin lalu. Cowok itu melangkahkan kaki hendak meninggalkan area loker. Namun, Arsaka kembali bersuara. Membuat langkahnya terhenti.
"Apa kita nggak bisa kembali kayak dulu lagi?" tanya Arsaka lirih.
Kevlar membalikkan tubuhnya untuk menatap Arsaka. Cowok itu memandang Arsaka tak senang. "Lo terlalu lama mengenang masa lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Novela JuvenilEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...