"Duh, De. Perut gue sakit." Tubuh Shea sedikit membungkuk, memengangi perutnya dengan telapak tangannya di bungkus oleh sarung tinju dan satu tangan lagi berpegangan pada pembatas ring tinju.
Edreana yang tengah dalam posisi siap untuk menyerang mengerutkan keningnya memandang Shea. "Bahkan gue belum nyerang lo, She." Edreana berjalan menghampiri Shea, yang masih mengaduh karena sakit perut.
"Bukan karena dipukul, She. Sakit perut datang bulan."
"Yaudah, besok-besok aja kita latihan." Edreana membuka sarung tinju yang membungkus tangannya. Namun, di tahan Shea sembari mengelengkan kepalanya, tanda tidak setuju dengan ide Edreana.
"Lo udah excited banget pengen latihan. Jangan batalin karena gue." Shea tersenyum meyakinkan.
"Serius lo nggak apa-apa sendiri?" Shea mengangguk, 'kan kepala dengan yakin. "Lo nggak bakal sendirian, De. Teman gue bentar lagi datang. Nanti gue minta dia nemanin lo," ucap Shea tersenyum penuh arti sebelum kemudian menundukkan tubuhnya agar memudahkan dirinya turun dari atas ring.
"Nggak perlu. Lo tau sendiri gue susah beradaptasi sama orang baru," ucap Edreana dari atas ring dengan pandangan menatap Shea yang sudah berdiri di lantai.
"Lo udah kenal dia kok." Shea tersenyum sok misterius lalu berbalik berjalan menjauhi Edreana. Di dalam hati Shea mengucapkan maaf karena sudah membohongi temannya itu, tapi demi membantu kelancaran hubungan asmara Edreana dan Arsaka tidak masalah.
Di pintu masuk indra penglihatan Shea menangkap sosok cowok berhoodie yang tengah tersenyum ramah seperti biasa dan melambaikan tangannya pada Shea.
Shea balas tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya, menandakan bagian tugasnya sudah terlaksana tanpa masalah. Tanpa mengucapkan sepatah kata keduanya berjalan dengan tujuan masing-masing. Shea berbelok kiri dan Arsaka melangkah memasuki ruang yang baru Shea tinggalkan.
Sudut bibir Arsaka tertarik, membentuk senyuman semakin lebar ketika netranya menangkap sosok Edreana berlatih seorang diri di atas sana. Satu kata yang terlintas di benak Arsaka menggambarkan Edreana. Cantik.
Sungguh, tidak adil! Hanya Arsaka dibuat jatuh hati berkali-kali. Sementara lawannya tidak.
Hari itu Arsaka meminta bantuan Shea untuk mengajak Edreana belanja karena hal itu paling disukai perempuan kebanyakan, bukan? Tapi diluar dugaan kedua cewek itu ternyata memiliki salah satu kebiasaan yang sama ketika weekend.
Perubahan rencana mendadak. Shea baru pagi tadi mengabarkan dirinya jika dia dan Edreana berada di tempat biasa latihan tinju.
"Lo ngapain berdiri di situ?" Suara Edreana membuyarkan lamunan Arsaka. Dengan senyuman yang masih tercipta di bibirnya. Arsaka naik ke atas ring yang sama dengan Edreana.
"Gue baru tau lo suka olahraga tinju." Arsaka membuka tudung hoodie yang menutupi kepalanya.
"Kita nggak sedekat itu untuk gue berbagi apa yang gue suka dan nggak gue suka sama lo." Ucapan Edreana dengan nada supersinis sama sekali tidak membuat Arsaka tersinggung. Cowok itu malah tertawa pelan. Edreana bahkan tidak tahu dibagian mana ucapannya terdengar lucu. Sepertinya cowok itu memang sinting.
"Karena itu, Edrea. Kenapa kita nggak dekat aja?"
Mengabaikan pertanyaan Arsaka. Edreana berbalik bertanya. "Lo teman yang dibilang Shea?" Yang di balas anggukan kepala oleh Arsaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Teen FictionEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...