Arsaka tidak tahu dimana sekarang ia berada. Tempat itu terasa mengerikan dan menakutkan. Tidak ada apapun di sana hanya kegelapan menemani Arsaka. Arsaka berjalan menelusuri tempat itu tanpa penerangan cahaya sedikit pun dan tidak ada siapapun hanya dirinya seorang.
Arsaka menghentikan langkahnya ketika isakan tangisan seorang perempuan terdengar. Tidak jauh dari tempat Arsaka berdiri sosok perempuan terlihat.
"Allara?" panggil Arsaka pada sosok gadis di balut gaun bewarna putih selutut dengan posisi membelakangi dirinya. Dengan langkah-langkah ragu Arsaka mendekati cewek itu dan menyentuh bahunya. Membuat cewek itu berbalik untuk memandang Arsaka.
Arsaka terkejut luar biasa melihat sosok Allara berlumuran darah seperti saat Arsaka menemukan Allara setelah kecelakaan yang menimpa gadis itu.
"Arsaka, lo jahat!" hardik Allara penuh kebencian dan amarah memandang Arsaka.
"Allara."
"Kenapa lo biarin gue pergi?"
"KENAPA?" Nada-nada sendu dan sedihnya kini berubah menjadi lengkingan yang mengerikan.
"Revan juga pergi." Allara melangkah mendekat.
"Semua itu gara-gara lo, Arsaka," tudingnya lagi.
"Lo ngecewain gue, Arsaka!"
Arsaka mengeleng keras sembari menatap Allara dengan sorot penuh penyesalan. Berbeda dengan Allara yang menatapnya penuh kekecewaan dan kebencian.
"Nggak, Allara. Gue... gue..."
Arsaka terbangun dari tidurnya dengan napas terenggah-enggah dan dahinya penuh dengankeringat. Cowok itu mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi mimpi buruk. Bukan hal yang baru dalam hidup Arsaka. Akan tetapi, penyesalan yang tidak berujung ini. Membuat jiwa Arsaka serasa mati perlahan-lahan.
Malam itu Arsaka tidak tidur di rumah. Ia memilih menginap di apartemen miliknya yang di berikan oleh Aldrich- kakek dari pihak ayah. Mengatakan kebohongan kecil kepada kedua orang tuanya jika ia sekarang menginap di rumah Samudra. Arsaka berbohong bukan untuk hal yang buruk, Arsaka hanya tidak mau kedua orang tuanya mengkhawatirkan dirinya yang jauh dari kata baik-baik saja.
Selepas berbicara dengan Kevlar di depan loker. Membuat Arsaka sulit sekali mengendalikan diri. Arsaka tidak mau seorang pun tahu jika ia tidak baik-baik saja- sekalipun orang terdekatnya. Arsaka tidak mau membebani mereka dengan masalahnya.
Di dalam kamar dengan penerangan temaram itu Arsaka meraba-raba nakas, mencari ponselnya. Arsaka ingin tahu berapa jam ia sanggup terlelap. Cowok itu memandang sudut bagian atas sebelah kiri layar benda pipih tersebut. 00.40 wib.
Arsaka menghembuskan napas berat. Hanya setengah jam kurang lebih ia bisa memejamkan mata. Cowok itu bangkit dari tempat tidurnya, menghidupkan lampu kamar tersebut. Membuat ruang yang tertata cukup rapi tersebut terang benderang.
Kebiasaan buruk Arsaka, mengurung diri berjam-jam hingga kadang berhari-hari di tempat itu. Hanya dengan cara begitu Arsaka merasa dirinya akan kembali membaik. Ya, Arsaka bisa mengatasi dirinya sendiri tanpa melibatkan dan merepotkan orang lain.
Arsaka menatap dinding yang penuh dengan frame foto bersama keluarga dan sahabatnya. Pandangannya jatuh pada potret anggota GALAXION dengan formasi lengkap. Gambar itu di ambil dua bulan setelah GALAXION resmi di bentuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Fiksi RemajaEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...