Edreana tahu dirinya terlalu gegabah. Ia tanpa memikirkan keputusan yang dia ambil akan berdampak tidak hanya pada dirinya, tapi juga pada Arsaka. Edreana tahu dirinya salah.
Memanfaatkan rasa suka Arsaka padanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Namun, bukan kah itu yang diinginkan Arsaka? Tapi, jika Arsaka tulus dan Edreana hanya ingin mengali informasi saja dari Arsaka. Tentu hal tersebut tidak adil untuk Arsaka.
"Kenapa lo bengong sih?"
Kini Edreana tengah duduk di kursi depan mini market bersama Arsaka. Cowok itu mengatakan dirinya sibuk, tapi karena mendengar dua kata dari Edreana tadi pagi. Cowok dengan hoodie tersebut membatalkan semua rencananya dan memilih menghabiskan waktu dengan Edreana.
"Gue nggak tau alasan lo ngajak gue pacaran apa, Edrea. Tapi gue cukup tau ada tujuan di balik itu." Arsaka tersenyum kecil ketika menangkap raut terkejut di wajah Edreana. "Gue sama sekali nggak mempermasalahkan itu. Dan selama itu juga gue bakal manfaatin waktu untuk buat nyaman sama gue."
Edreana tidak tahu harus berkata apa pada cowok di hadapannya ini.
"Lo nggak perlu ngerasa nggak enak," sambung Arsaka dengan senyuman menenangkan.
"Seseorang bilang ke gue. Apa yang gue cari ada di lo, Arsaka." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Edreana. "Dan gue pengen lihat yang orang bilang itu memang ada atau nggak."
"Oh, ya?" Arsaka manggut-manggut. "Gue jadi penasaran siapa orang itu."
"Jangankan lo, gue aja penasaran," gumam Edreana pada dirinya.
"Apa yang cari, Edrea? Mungkin gue bisa bantu lo."
"Pembunuh."
Dahi Arsaka mengernyit. "Pembunuh?" ulang Arsaka.
"Ya. Pembunuh. Orang ngehilangin nyawa seseorang yang berharga di hidup gue."
"Kenapa lo cari dia?"
"Balas dendam."
Arsaka tidak banyak tahu tentang kehidupan Edreana selama bersekolah di Pelita Putri. Namun, beberapa hal yang cukup besar terjadi di sana dan memengaruhi kehidupan Edreana sekarang. Tatapan penuh amarah dan kebencian itu untuk pertama kalinya Arsaka lihat di manik Edreana.
"Balas dendam? Dengan lo ngebunuh orang itu juga?"
Edreana menatap tepat di manik Arsaka yang masih sama, menenangkan. Namun, kali ini tidak mampu memadamkan api yang menyala dalam dirinya.
"Mau gue iya. Tapi gue nggak bisa ngerusak hidup gue cuman karena bajingan itu."
"Tapi, Edrea dengan kebencian kayak gini aja lo udah ngerusak hidup lo. Memangnya apa yang lo dapatkan setelah balas dendam?"
Edreana tidak langsung menjawab, membuat Arsaka melanjutkan ucapannya, "ngebuat orang yang pergi dari lo hidup lagi?"
"Dia memang nggak akan hidup lagi. Tapi lo nggak tau seberapa menderita karena kepergian dia. Sementara orang itu bebas berkeliaran. Menurut lo gue bakal biarin dia bebas gitu aja?" tanya Edreana terdengar marah.
"Gue tau, Edrea. Negara kita masih punya hukum. Gue harap setelah lo nemuin dia serahkan sama pihak berwajib. Jangan bertindak yang bakal buat lo nyesal seumur hidup."
Edreana menghembuskan napas berat. "Sorry, gue jadi kebawa emosi."
Arsaka mengangguk. "Gue bakal bantu lo semampu gue."
"Thanks." Edreana terdiam beberapa detik, sebelum bertanya kepada Arsaka. "Lo kayaknya banyak tau tentang gue. Nggak adil rasanya gue nggak tau apapun tentang lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Teen FictionEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...