"Turun. Udah sampai."
Arsaka, Edreana dan Jessalyn kini tengah berada di depan kediaman keluarga Edreana. Tentunya, Edreana mau satu mobil dengannya tidak mudah. Arsaka memaksa cewek itu dan sedikit bantuan dari Jessalyn dan Eran yang masih berada di cafe tersebut, yang bertugas membawa motor Edreana.
Jessalyn bertugas membujuk Edreana dan meyakinkan Panji agar dibiarkan mengantar Edreana. Edreana tidak mudah menuruti paksaan. Arsaka harus mengatur strategi untuk menundukkan macan betina galak itu agar tak menggigit dirinya.
Lihat saja seperti sekarang Arsaka dibuat seperti sopir. Tidak ada di antara dua perempuan itu yang mau duduk di sampingnya, keduanya memilih duduk di jok belakang sembari berbicara tanpa mengajak Arsaka.
Mereka benar-benar mengabaikan Arsaka, menganggap Arsaka hanya angin lalu. Dan tunggu, sejak kapan Edreana akrab dengan adiknya yang super cerewet itu?
"Yuk, kak turun udah sampai," ajak Jessalyn sembari membuka pintu mobil disampingnya.
"Loh, Kak Daffa ngapain di rumah Kak Dea?" tanya Jessalyn heran sembari berjalan menghampiri Daffa yang tengah berdiri di teras rumah dengan tangan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Ini rumah gue, asu."
"Jadi kakak-nya Kak Dea itu Kak Daffa?" tanya Jessalyn menatap keduanya bergantian dengan raut bingung.
Arsaka berdecak, "kan udah gue bilang tadi."
"Mana tau aku Kak Daffa yang ini."
"Apaan maksud lo ngomong Kak Daffa yang ini?" tanya Daffa tidak senang sembari menekan perkataannya.
Jessalyn menghampiri Edreana, memeluk lengan cewek tersebut. Jessalyn mendongak untuk menatap Edreana yang lebih tinggi darinya. "Pasti Kak Dea tertekan banget punya kakak modelan Kak Daffa, ya?" tanya Jessalyn dengan ibanya. Membuat Daffa ingin menengelam Jessalyn di rawa-rawa. Bocah nyebelin!
"Udah galak, tukang marah-marah, suka ngomong kasar lagi. Makanya Kak Dea takut ngomong kangen sama dia, ya?"
Pertanyaan yang terlontar dari bibir Jessalyn untuk Edreana nyaris membuat Daffa meledak, namun satu kata membuat rasa kesalnya lenyap begitu saja pada bocah tersebut. Kangen.
Arsaka yang menangkap keterdiaman Daffa tersenyum kecil. Cowok itu menarik lengan Jessalyn untuk membawa gadis itu memasuki rumah besar tersebut tanpa repot-repot menunggu dipersilahkan masuk oleh tuan rumah.
"Lo ikut gue. Biarin mereka nyelesaiin masalah mereka. Lo nggak perlu ikut campur lagi," bisik Arsaka pelan, meninggalkan Edreana dan Daffa di teras rumah itu.
Daffa mengumpat. Arsaka brengsek! Kenapa sialan itu harus pergi disaat seperti ini. Apa yang harus Daffa katakan? Daffa benci terjebak dalam suasana canggung apalagi dengan Edreana.
"Di telpon nggak diangkat, di-WA juga nggak dibalas. Terus buat apa hp lo bawa kemana-mana?"
Daffa merutuki ucapan sinis yang keluar dari mulutnya. Bukan itu yang ingin Daffa katakan, tapi kenapa hati dan pikirannya terus saja berperang hingga ia mengucapkan kata yang mungkin menyakiti Edreana.
Edreana tak membalas sama sekali ucapan Daffa. Cewek itu berjalan memasuki kediamannya, menyusul Arsaka dan Jessalyn. Namun, ucapan Daffa menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Roman pour AdolescentsEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...