"Sekarang bisa lo jelasin semuanya ke gue?"
Arsaka menatap ke arah cowok yang memiliki wajah sama persis seperti dirinya yang tengah duduk di sofa dengan kaki di naikan ke atas meja rendah di hadapannya. Arsaka dengan sabar menunggu cowok itu yang tak kunjung membuka suara menjawab pertanyaannya.
Di apartemen berukuran sedang milik Arsaka itu untuk beberapa saat hanya di dominasi keheningan. Arsaka benar-benar tidak tahan. Bisa-bisanya Alluca dan Edreana tahan dengan situasi macam ini.
Setelah kembali dari pemakaman Panji Arsaka langsung mengajak Edreana ke apartemennya. Tempat Alluca berada. Dia ingin penjelasan Alluca dan penjelasan Edreana bagaimana bisa mengenal lebih dulu dari pada dirinya!
"Alluca! Gue nggak lagi becanda. Kenapa lo mirip gue? Kenapa tiba-tiba gue punya kembaran? Nggak mungkin, 'kan lo tiba-tiba jatuh dari langit? Edrea, gue nggak lagi mimpi, 'kan?" tanya Arsaka menatap Edreana, memastikan ia tidak bermimpi.
Tangan Edreana bergerak mencubit perut cowok itu. Membuat Arsaka meringis. "Lo nggak mimpi."
"Lo masih belum mau jelasin?" tanya Arsaka mulai merasa kesal.
"Ya, lo kembaran gue."
"Tapi kenapa mommy dan daddy nggak pernah cerita tentang lo?" tanya Arsaka heran.
"Lo bisa tanya langsung ke mereka."
"Kenapa lo muncul baru sekarang? Selama ini lo dimana?"
"Dari kecil sampai umur 15 tahun gue di Amerika. Gue muncul dihadapan lo udah dari dua tahun yang lalu."
Arsaka menatap Alluca dengan mata memicing. "Jangan-jangan selama ini gue nggak pernah halusinasi, tapi sebenarnya yang muncul di hadapan gue itu lo?"
Alluca tidak membalas. Namun, diam cowok itu menjelaskan jika ucapan Arsaka memang benar. Sikap Alluca sudah menjelaskan sifat siapa yang dia tiru. Persis sekali seperti daddy mereka. Ravardan. Dingin keduanya bukan tidak peduli, hanya saja mereka tidak bisa mengungkapkan kepedulian mereka melalui ucapan.
"Syukurlah gue nggak gila atau punya kepribadian ganda seperti yang gue kira selama ini." Arsaka tersenyum lega. "Terima kasih, Alluca. Cuman lo yang tau kalau kita kembar dan gue nggak tau apa-apa, tapi lo menyelesaikan semua permasalahan di hidup gue."
"Jangan besar kepala. Gue ngelakuin semua itu karena kesalahan yang gue buat saat nyamar jadi lo. Ngebuat teman-teman lo jadi membenci lo."
"Sekarang gue makin yakin kalau lo memang anak daddy," ejek Arsaka. "Tunggu-tunggu." Teringat akan sesuatu Arsaka menatap Alluca dan Edreana bergantian. "Kalian gimana bisa kenal? Kalian nggak ngehianatin gue di belakang, 'kan?"
"Lo pikir gue cewek murahan?" sinis Edreana.
"Gimana kalian bisa kenal?" desak Arsaka lagi.
"Awalnya mungkin gue nggak tau kalau dia kembaran lo. Seingat gue pertama ketemu Alluca itu pas ngehajar Valco. Dan gue sadar lo dan dia beda dari warna mata kalian dan tato di punggung Alluca."
"Edrea, gimana lo bisa tau dipungung Alluca ada tato?"
Edreana mendengus kesal. "Gue sama sekali nggak minta Alluca buka baju kayak gue pengen buktikan di punggung lo ada tato atau nggak. Dia yang buka sendiri."
"Jadi, yang lo bilang saat itu bukan mimpi?" tanya Arsaka memastikan.
Edreana mengangguk. "Dan punggung Alluca beneran luka dan lo ngobatinnya?" Lagi-lagi Edreana mengangguk mengiyakan.
"Gue sama sekali nggak tertarik sama cewek gajelas lo itu. Kalau itu yang lo khawatirkan." Ucapan Alluca membuat Arsaka dan Edreana menoleh.
"Lo pikir gue tertarik sama cowok iblis macam lo?" tanya Edreana sengit. Sok kegantengan banget cowok sialan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAKA : Revenge
Teen FictionEdreana Bellova Abraham, awalnya menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan kakaknya untuk memudahkan mencari dalang dibalik kematian seseorang yang telah meninggalkannya. Namun, sosok cowok yang merupakan sahabat kakak...