ARSAKA : Revenge || Part 26 - Ulang Tahun SMAGANA

19 10 0
                                    

Dalam rangka peringatan acara perayaan ulang tahun SMA Gardaruna yang ke-53 tahun berjalan lancar dan meriah. Nyaris semua tamu yang di undang hadir.

Kompetisi yang paling di tunggu-tunggu siswa-siswi SMA Gardaruna dan murid sekolah lain. Di liput media dan banyak di sponsor perusahaan-perusahaan terkenal membuat acara tersebut makin besar. Hampir semua sekolah yang di undang berpartisipasi mengirim tim basket terbaik mereka mengikuti kompetisi tersebut.

Sekolah-sekolah yang di undang mengirim tim basket terbaik mereka mengikuti turnamen basket yang di adakan antar SMA sekota. Kompetisi yang paling di tunggu-tunggu siswa-siswi akhirnya terlaksana hari ini. Penonton yang memenuhi tribun tidak hanya murid-murid SMA Gardaruna, tapi juga murid SMA dari sekolah lain. Sengaja meluangkan waktu mereka menonton pertandingan basket tersebut.

Pertandingan pertama di mulai dengan Alpha Team— tim basket SMA Gardaruna sebagai tuan rumah melawan tim SMA Wisteria yang terkenal rival kuat SMA Gardaruna sebagai pembukaan, yang di sambut sorakan heboh para penonton di kursi penonton.

Di sisi lain, anggota cheerleader yang tengah bersiap-siap untuk tampil mengurungkan niat mereka karena kedatangan seseorang. Semua anggota tampak terdiam, membuat Edreana menatap heran mereka.

"Queen Evelyn?"

"Anjirr, dia udah balik?"

"Yaiyalah balik. Pasti buat nyemagatin Arsaka kayak tahun lalu."

"Jangan gitulah. Arsaka udah punya cewek. Mana pawangnya nggak main-main."

"Gue sih setuju-setuju aja Arsaka sama Edreana."

"Gue juga! Arsaka sebaik itu masa sama ibu tiri kayak Evelyn."

"Emang sih Evelyn agak kejam, suka ngebully, perfectionis. Tapi dia juga cocok sama Arsaka. Nggak cuman cantik, tapi juga multitalenta dan berprestasi."

"Wajar aja dia sombong sama semua kemampuan dan yang dia miliki."

"Edreana bagusnya apa coba? Selain cantik sama anak pemilik yayasan. Enggak ada prestasinya."

"Wajar aja belum keliatan prestasinya dia, 'kan masih terbilang baru di sini."

"Mana tau, 'kan di sekolah lama dia banyak prestasinya."

"Pokoknya gue tim Evelyn. Pasti Arsaka yang superbaik bakal bisa  ngerubah Evelyn jadi lebih baik juga."

"Evelyn udah dari kelas sepuluh suka Arsaka. Masa tergantikan gitu aja sama orang baru?"

"Iya juga, ya. Dulu Allara sekarang Edreana. Kasian banget Evelyn."

"Makin glowing dia, woi!"

"Gue aja yang cewek ngiri liat dia."

"Gimana reaksi Evelyn tau Arsaka udah punya cewek, ya?"

"Bakal seru kayaknya. Lawan Evelyn kali ini selevel."

"Ada acara jambak-jambakan nggak, ya?"

Sekarang Edreana paham apa, yang membuat anggota cheerleader terdiam. Sosok cewek cantik yang tengah melangkah dengan anggun ke arah mereka lah sumbernya.

Cewek itu berhenti di hadapan Edreana— tepatnya di depan Putri dengan wajah angkuh. "Lo bilang kurang anggota, 'kan?" tanyanya pada Putri.

"Gue kekurangan anggota seminggu yang lalu. Sekarang gue nggak butuh anggota lagi," ucap Putri tenang.

"Jangan melewati batas lo, Putri," geram Evelyn. "Lo lupa siapa yang ngasih posisi pemimpin cheerleader untuk lo?" tanyanya dengan suara pelan sengaja untuk mengancam Putri. Namun, masih bisa Edreana dengar karena berada tepat di samping Putri.

"Siapa anggota baru itu?" tanyanya menatap anggota cheerleader satu persatu.

"Gue," ucap Edreana datar.

"Oh, lo." Evelyn menatap Edreana dari ujung kaki hingga rambut dengan pandangan meremehkan. "Lo bisa keluar. Cheer club nggak ngebutuhin cewek kayak lo."

Edreana mengangguk. "Gue akan keluar dengan syarat—"

"Lo butuh duit?" tanyanya dengan nada mengejek. "Sebutin aja berapa yang lo mau."

"Evelyn," panggil Putri. Sengaja Putri memotong pembicaraan keduanya. Ia tahu betul siapa Edreana dan seperti apa kepribadian gadis itu. Meminta Edreana keluar begitu saja setelah meluangkan waktunya untuk latihan keras agar serasi dengan anggota cheerleader sama sekali tidak adil untuk Edreana.

"Kali ini ni gue bakal ngelewatin batasan, Ev. Saat ini masih gue pemimpin cheer jadi tolong lo jangan ikut campur. Gue nggak peduli setelah ini lo ngeluarin gue dari tim cheer atau bahkan bully gue. Gue nggak takut, Ev karena kali ini gue udah ngelakuin hal benar."

"Putri, lo nantang gue?"

Percakapan itu tidak berlanjut karena tim cheerleader sudah di panggil untuk segera tampil. Membuat anggota cheerleader meninggalkan Evelyn.



*




"Ngapain lo di sini?"

Arsaka yang tengah duduk di kursi yang di sediakan panitia untuk pemain bersama Alpha Team menoleh memandang temannya yang ramah itu bertanya begitu ketus pada beberapa orang yang baru saja datang menghampiri mereka.

Arsaka berdiri memandang sosok Kevlar bersama inti GALAXION berdiri tepat di hadapannya. Namun, pandangan pemuda itu jatuh pada Kenzio yang memandang tak bersahabat dengan wajah tak kalah sengit.

"Gue orang yang menepati janji."

"Seperti kesepakatan kita waktu itu. Gue dan teman-teman gue akan jadi pemain cadangan—"

"Nggak perlu," ucap Kenzio memotong cepat. Cowok itu melangkah maju, menempatkan Arsaka di belakang tubuhnya. "Lo kira Alpha Team kekurangan anggota? Lo tau, 'kan Alpha Team termasuk yang terbaik? Mending lo siapin makanan dan minuman buat Alpha Team aja." Kenzio tersenyum miring dengan tatapan merendahkan.

"Nggak usah ladenin dia, Kev. Urusan lo sama ketuanya. Bukan sama anggota," ucap Miko menengahi. Membuat Kevlar mengurungkan niatnya membalas ucapan Kenzio.

"Lo nggak di ajak. Nggak usah banyak bacot," sinis Javas.

A

nggota the Devils minus Samudra memandang Kenzio kasihan yang di serang semua inti GALAXION. Membuat Daffa ikut melangkah maju. "Gini aja. Karena sekarang Alpha Team dalam formasi lengkap dan lo semua nggak di butuhin seperti yang disarankan Kenzio aja. Lo bantu-bantu nyiapin minuman sama makanan untuk Alpha Team."

"Lo kira gue babu, bangsat?" tanya Arrio tidak senang. "Jangan ngelunjak lo pada."

"Santai dong, bos. Gitu doang ngamuk," sahut Eran malas. "Sesekali kalian berbuat baik nyumbangin tenaga apa salahnya. Ye, nggak, Ar?" tanya Eran menatap Arsaka penuh peringatan.

Tidak hanya Eran yang menatap Arsaka seperti itu. Namun, semua anggota the Devils. Seolah-olah lewat tatapan itu mereka berkata, kalau lo tolak. Gue mutilasi lo!

Arsaka menghembuskan napas berat sebelum kemudian mengangguk. "Terserah kalian aja."

"Terima aja, Kev. Kita udah terlanjur janji, 'kan?"

ARSAKA : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang