ARSAKA : Revenge || Part 19 - Jadian?

27 10 0
                                    

"Lo udah nemuin pemilik kalung itu, De?"

Kini Edreana dan Panji berada di cafe tempat Panji bekerja di meja pojok. Cowok tersebut sudah menyelesaikan shift-nya karena itu Edreana bisa berbicara dengan Panji tanpa perlu khawatir menganggu pekerjaan pemuda itu.

Edreana mengelengkan kepalanya sebagai respon. "Bahkan gue belum menemukan petunjuk apapun, kak." Edreana terdengar putus asa.

"Apa kita harus nyerah aja?" tanya Panji hati-hati. "Gue juga nggak menemukan apapun, De selama bertahun-tahun. Enggak ada petunjuk satupun."

Sekali lagi, Edreana mengeleng cepat. "Nggak, kak. Gue nggak akan nyerah," tegas Edreana. Tangan Edreana terkepal kuat di atas meja. "Orang ngebuat Elvan pergi dari gue masih berkeliaran bebas. Gimana mungkin gue biarin gitu aja, kak? Mereka harus membayarnya!"

"Gue tau, Dea gue tau. Tapi—"

"Mereka harus menerima pembalasan, kak! Gue nggak akan bisa mati dengan tenang sebelum membalas dendam Kak Elvan."

Panji menghembuskan napas pelan lalu mensejajarkan pandangannya dengan netra hitam Edreana yang tampak berkaca-kaca dengan tatapan melunak. Meraih kepalan tangan Edreana, mengengamnya erat menyalurkan energi positif.

"Ya, Dea. Mereka harus membayarnya. Gue tau itu, Edreana. Gue nggak mau lo terlalu memaksakan diri dan malah berakhir menyakiti diri lo sendiri. Gue yakin Elvan di atas sana juga bakal sedih ngelihat lo kayak gini."

"Pasti kita akan menemukan mereka. Mungkin sekarang belum karena kita banyak kekurangan petunjuk. Jadi, pelan-pelan aja, ya?" pinta Panji lembut. "Lo juga punya kehidupan lo sendiri, De. Gue nggak mau pembalasan dendam ini bakal ngehancurin hidup lo."

Panji tersenyum tipis ketika Edreana  mengangguk, menerima saran yang ia berikan. Pemuda itu menjauhkan tangannya dari punggung tangan Edreana.

"Nji, bisa bantuin gue nggak?" tanya cowok seumuran Panji datang, menghampiri meja mereka tegesa-gesa. Raut wajahnya tampak gelisah dan khawatir.

"Shift gue udah selesai," balas Panji malas sembari melipat kedua tangannya di depan dada menatap temannya itu dengan pandangan tak suka.

"Nji, ini pelanggan tetap kita loh. Mereka mesan udah seminggu yang lalu. Udah dikonfir juga tadi siang, tapi gue yang lupa bilang antar sama si Ata. Mana Ata udah pergi. Nggak angkat telepon gue juga. Acara sejam lagi, Nji. Tolong anterin, ya? Nanti gue tambahin deh gaji lo," bujuk cowok itu lagi.

"Sorry, gue nggak tertarik." Panji beralih menatap Edreana. "Dea, kita pindah ke cafe—"

"Lo yang namanya Edreana, ya? Lo tau nggak kalau Panji sering bolos kerja sama kuliah cuman buat nemuin—"

"Oke, fine!" Panji berdiri dari duduknya dengan pandangan menatap temannya itu dengan tatapan penuh peringatan.

"Nah gitu dong," seru Pemuda dengan apron kecoklatan tersebut antusias. "Kunci mobil lo mana? Biar anak-anak gue minta tolong bawa ke mobil lo."

"Di sita bokap gue, anjing." Panji tidak tahu temannya itu pura-pura tolol atau bodoh atau keduanya memang benar. Padahal sudah jelas-jelas ia sudah cukup lama meninggalkan semua kemewahan yang diberikan Papanya.

"Oh, iya." Pemuda itu cengengesan. "Kalau enggak mana mau seorang Tuan Muda Panji mau kerja sama gue, 'kan?"

"Nggak usah banyak bacot. Pakai motor aja bisa?"

ARSAKA : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang