ARSAKA : Revenge || Part 22 - Permintaan Seorang Teman

20 10 0
                                    

Arsaka menghentikan mobil sport bewarna putih itu di halaman kediaman keluarga Geovander. Cowok itu melangkah keluar dari mobil itu menuju undakan yang menghubungkan dengan teras. Cowok itu berjalan memasuki rumah yang tampak sudah sepi karena sudah cukup malam.

"Daddy sama Mommy belum pulang, Bik?" tanya Arsaka ketika netranya menangkap sosok Bi Imah yang hendak ke belakang. Namun, karena pertanyaan Arsaka Bi Imah berbalik untuk memandang Arsaka.

"Nyonya udah, Den. Tapi, kalau Bapak belum," jelas Bi Imah. "Aden, mau makan dulu? Biar Bibi panasin makanannya.

Arsaka mengeleng sembari tersenyum. "Makasih, Bik. Nanti aja aku mau ke atas dulu."

Arsaka berjalan dengan langkah-langkah panjang menaiki anak tangga menuju kamarnya, yang terletak di lantai dua untuk membersihkan tubuh dan menganti pakaiannya. Namun, baru beberapa langkah Arsaka berjalan di lantai dua cowok itu berhenti ketika penglihatan menangkap kamar yang tak terlalu jauh dari tangga terbuka, biasanya kamar itu terkunci.

Geisha mengatakan jika itu kamar Arsaka dan Jessalyn ketika mereka masih bayi. Kamar itu tidak pernah di buka kecuali satu kali dalam satu tahun di tanggal dan bulan yang sama. Arsaka mengeluarkan ponselnya, memastikan tanggal berapa sekarang. Benar saja tanggal sama dengan tahun lalu ia menemukan Mommynya berdiam diri berjam-jam di ruangan itu.

Arsaka kembali menyimpan ponselnya. Berjalan mendekat pada pintu yang terbuka setengah. Arsaka mendengar suara isakan tangisan Mommynya yang terdengar pilu,  membuat Arsaka melangkah pelan memasuki ruangan itu dengan perasaan sesak menyerang relung hatinya.

Di kamar yang tidak terlalu besar itu, Geisha berdiri di antara dua box bayi, yang mirip hanya berbeda warna. Wanita itu tampak duduk bersimpuh di lantai dingin itu dengan isakan tangis semakin keras. Melihat wanita yang ia sayangi seperti membuat Arsaka ikut merasakan hancur.

Arsaka tidak tahu apa yang membuat Mommynya menangis seperti itu. Bahkan Arsaka berulang-ulang kali menanyakan hal itu pada daddynya, tapi Ravardan mengatakan padanya jika belum waktu ia mengetahuinya.

Arsaka berjalan mendekati Geisha, lalu berjongkok di samping wanita itu. Jemari Arsaka terulur meraih wajah Mommynya dan menghapus jejak-jejak air mata Geisha. Arsaka merasakan keterkejutan wanita itu menyadari keberadaannya.

Arsaka tersenyum lembut pada wanita yang melahirkannya lalu menariknya dalam dekapannya. "Arsa nggak tau mommy kenapa, tapi mommy nggak boleh sedih sendiri. Ada aku, daddy sama Jessalyn, yang bakal selalu ada di sisi mommy." Seperti yang di lakukan daddynya di tahun sebelum-belumnya, memeluk dan membisikan kalimat pemenang. Arsaka melakukan hal sama mengantikan tugas daddynya.

Wanita itu melepaskan pelukannya, menatap Arsaka dengan seulas senyuman. Mengusap pipi Arsaka dengan sayang. "Anak mommy udah besar, ya?"

Arsaka balas tersenyum mengusap punggung tangan Geisha yang berada di wajahnya. "Apa aku yang udah buat mommy sedih, ya?"

Masih dengan senyumannya, Geisha mengeleng. "Nggak, sayang. Kamu nggak pernah buat mommy sedih."

"Atau daddy?" tanya Arsaka tidak yakin. Pasalnya, Arsaka tahu sebesar apa perasaan Daddynya itu pada Mommynya. Amat sangat besar. Tidak bisa Arsaka jelaskan dengan kata-kata. Arsaka tidak pernah menyaksikan keduanya bertengkar hebat. Jika pun ada kesalahpahaman hanya Geisha yang marah, Ravardan hanya diam menerima semua amarah wanita itu.

ARSAKA : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang