1. Telat

2.3K 192 6
                                    

Laki-laki mungil yang kini sudah berseragam putih abu-abu dengan bergegas turun dari kamarnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB. Sebentar lagi bel sekolah berbunyi. Chimon turun dari tangga mendapati Gun-papa yang sedang membereskan sisa makanan. Chimon terlahir di tengah keluarga yang spesial. Kedua orangtuanya laki-laki. Papanya-orang yang melahirkannya.

Ia sama sekali tidak masalah berada di tengah-tengah hubungan keluarga gay. Ia sangat bersyukur dan sangat menyayangi keluarganya.

"Papa," Panggil laki-laki itu ke arah laki-laki yang berwajah tampan dan cantik sekaligus, ia masih sibuk dengan kegiatannya. "Chi berangkat dulu ya? Chi ga sarapan ya pa, udah telat." Laki-laki itu tampak ingin memegang tangan perempuan paruh bawa di hadapannya ini sebelum perempuan itu menyingkirkan tangannya dan beranjak pergi.

Ia memandang tubuh papanya yang berjalan ke arah wastafel kemudian memandang telapak tangannya yang mengambang di udara. "Hufftt, Chimon berangkat dulu ya." Ujarnya lalu sedikit berlari keluar rumah.

Dia Chimon, Chimon Wachirawit Adulkitiporn. Ah bukan! Maksudnya Chimon Wachirawit. Ia dilarang menggunakan nama marga keluarganya.

Chimon, remaja laki- laki yang memiliki postur tubuh mungil dan wajah yang begitu manis dan imut. Sosok laki-laki yang selalu memamerkan senyumannya yang manis.

Kini Chimon menempati bangku kelas 11 SMA. Chimon berada di kelas 11 IPA 1. Selain wajahnya yang manis, otak laki-laki ini pun tak perlu diragukan. Chimon ahli di setiap mata pelajaran apalagi matematika.

Kembali ke cerita, Chimon mengayuh sepedanya ke sekolah. Ia mengayuh dengan cepat tak mau jika ia terlambat.

Laki-laki mungil itu berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup. "Aih Pak Joko bukain dong. Chimon kan baru satu kali telatnya." Protesnya. Sedari tadi ia merengek ke satpam dan tetap mendapati jawaban yang sama. "Ini sudah peraturannya dek."

Chimon mengembungkan pipinya lucu. Apalagi hari ini ada mata pelajaran Pak Cipto, guru Fisika yang terkenal killer itu.

Chimon mengedarkan pandangannya. Matanya melotot saat melihat siswa satu sekolahnya yang sama-sama telat. "Eh itu Nanon." Ujarnya pelan.

Chimon menuntun sepedanya dan ia titipkan di warung depan sekolah dan dengan segera menghampiri Nanon yang sedang berjalan ke arah belakang sekolah. "Nanon," Panggil Chimon ketika melihat lelaki yang baru saja ia panggil akan memanjat tembok.

Siswa yang di ketahui bernama Nanon itu pun menoleh ke arah Chimon malas. "Nanon telat juga ya? Eh Nanon ngapain manjat-manjat nanti jatuh." Chimon menarik-narik kaki nanon dari bawah. Kini posisinya Nanon sudah duduk di atas tembok pagar, tinggal membalikkan tubuhnya dan melompat maka ia berhasil masuk ke area sekolah.

"Jangan di tarik anjing!" Umpat Nanon. Tarikan Chimon lumayan kencang hingga membuat Nanon tak seimbang. Jika dirinya tidak berpegangan kuat, bisa di pastikan akan jatuh.

"Eh maaf, chi gak sengaja."

"Hei Nanon! Apa yang akan kamu lakukan hah?!" Teriak Bu Ladda yang akan menghampiri mereka.

'Mampus.' Umpatnya dalam hati. Ia memandang sinis ke arah Chimon yang juga terkejut mendengar suara Bu Ladda. "Kamu mau bolos?!" Bu Ladda belum menyadari adanya Chimon di balik tembok.

"Iya bu." Jawab Nanon dengan santai. Chimon yang mendengarnya membulatkan matanya. "Hah? Bolos?"

"Siapa itu?" Tanya Bu Ladda. Nanon terkekeh pelan. "Chimon Wachirawit kelas 11 IPA 1." Bukan, bukan Chimon yang menjawab. Nanon lah yang menjawab.

"Chimon? Kamu mengajak dia bolos?"

"Engga bu, malah Chimon yang ngajak saya buat bolos."

"Hah? Kok?!" Chimon terkejut. Apa-apaan ini.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang