∆ Happy Reading ∆
Chimon yang sedang mengerjakan tugasnya di kamar terkejut saat mendengar pintu kamarnya dibuka dengan kasar.
Plakk
Satu tamparan mengenai pipi mulusnya. "P-papi kenapa tampar Chi? C-chi salah apa?" Tanya Chimon bergetar. Ia memegangi pipinya yang terasa begitu panas.
"Kamu apakan anak saya hah?!" Marah Off. Bisa di lihat nafasnya tersengal-sengal dan wajahnya memerah menahan emosi.
"K-kak Win? C-chi ga apa-apain abang."
"Dasar bohong! Ini apa buktinya?! Jangan mentang-mentang kita berdua lagi gak ada di rumah kamu bisa ngelukain anak saya sesuka kamu!" Tiba-tiba Gun datang membawa Win di sampingnya.
Chimon menoleh ke arah papa dan kakaknya ini. Dapat di lihat papanya juga memasang wajah marah dan Win yang sedang menangis? Apa maksudnya ini? Kakaknya kenapa?
"Kak Win kenapa nangis?" Tanya Chimon khawatir.
"Hiks lo gausah polos, ini kan gara-gara lo hiks. Lo tadi mukulin gue, lo maki-maki gue karena lo ngerasa iri sama gue." Win berkata sambil menangis.
"KAMU TIDAK BERHAK MENYENTUH ANAK SAYA ASAL KAMU TAU!"
Chimon terdiam mendengar penjelasan Win dan bentakan papi nya. Memukul? Memaki? Chimon tak pernah merasa melakukannya. Bahkan sejak pulang dari kafe tadi ia langsung mengerjakan tugas rumahnya.
"Kak Iwin ngomong apa? A-aku aja belum ketemu kakak dari tadi."
"Kamu ga mau ngaku Chi? Bahkan tadi kakak kesakitan pun, kakak ga bales kamu karena kamu itu adek kakak satu-satunya yang kakak punya sekarang hiks." Balas Win sambil memeluk erat Gun. Lelaki ini sungguh pintar bersandiwara.
"Kamu!" Off menunjuk ke arah ke arah Chimon. Chimon menggelengkan kepalanya, "Engga! Kak Iwin bohong pi, aku ga ngapa-ngapain Kak Iwin aku berani bersumpah demi Tuhan." Chimon memegang tangan Off, dengan segera lelaki itu menyentak kasar tangan Chimon.
"Jangan berani-beraninya kamu mengatakan sumpah demi Tuhan Chimon! Sudah sebanyak apa dosa yang kau lakukan sampe kau masih berani mengatakan sumpah demi Tuhan hah?!" Off menarik kuat rambut Chimon hingga membuat lelaki itu mendangak.
Lelaki manis itu memejamkan matanya sambil menangis. Sakit sekali kepalanya. Ia merasakan rambutnya ingin copot. "Hiks papi ampun, Chi mohon lepasin hiks s-ssakit. Papa tolongin Chi, Kak Win bantuin Chi, hiks sakit." Chimon terus meminta tolong.
Seakan tuli, Off semakin mengeratkan tarikannya. Tangan kanannya ia gunakan untuk mencengkram kuat kedua pipi Chimon. "P-papii s-swakit hiks."
"Ini peringatan terakhir buat kamu. Sekali lagi kamu berani melukai anak saya sedikit saja, saya bisa melakukan lebih." Off melempar tubuh Chimon hingga membentur meja. Chimon meringis kesakitan.
Mereka bertiga pergi dari sana meninggalkan Chimon yang tergeletak di lantai sambil menangis. "Hiks sakit banget hiks."
"K-kenapa Kak Iwin tega banget fitnah aku, hiks."
"Aku juga anak papi sama papa bukan hanya Kak Win."
"Aku gak pernah minta di lahirkan di dunia."
"Chimmy . . . Kak Chi mau nyusul kamu boleh?" Chimon memejamkan matanya. Seketika pandangan menjadi gelap.
Di lain sisi Win sedang duduk di kasurnya. Ia tersenyum senang melihat rencananya berhasil. "Dari pada gue yang kena omel, mending tu anak yang udah kebal. Haha."
Satu jam sebelum kejadian
Win masuk ke dalam rumahnya dengan kondisi baju yang berantakan dan sudut bibir yang bengkak serta terdapat beberapa luka babak belur di wajahnya.
Win berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya di sana. "Ssshhh," Ringisnya ketika ia menggerakkan bibir.
"Sialan emang itu bocah." Win mengelap sudut bibirnya. "Kalo ketahuan papa sama papi bisa mati gue kena omel gara-gara berantem lagi."
Win menatap ke arah pintu kamar Chimon lama. Perlahan ia tersenyum licik. "Gue ada ide."
***
Nanon berjalan ke arah tempat duduknya. Disana sudah ada Harit yang duduk di sebelahnya dan juga para sahabatnya."Lu udah ngerjain tugas kemarin?" Nanon hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Siwat. "Lu nanya si Nanon percuma bego. Mana pernah tu anak ngerjain tugas." Sahut Neo. Nanon hanya menatapnya sekilas lalu duduk.
Tangannya merogoh laci meja dan mendapatkan sebuah coklat disana. Bukan hanya sekali, hampir setiap hari lacinya selalu ada sebatang coklat dengan pita. Siapa lagi kalau bukan Chimon yang meletakkan.
Nanon mengambil coklat itu lalu beranjak dari sana ke loker miliknya. Ia mengambil sebuh kotak yang sudah penuh dengan coklat. Nanon tak pernah sekalipun memakan coklat pemberian Chimon, ia selalu mengumpulkannya ke dalam kotak itu.
"Bonbon!" Panggil Nanon. Seseorang yang berbadan gendut mendekat ke arah Nanon dengan takut. Nanon menyerahkan kotak itu kepadanya, "Nih buat lo. Bagi ke temen lo juga kalo mau." Ujar Nanon.
Memang sudah hal biasa seperti itu. Setiap kotak itu sudah penuh, Nanon akan memberikan coklat-coklat itu kepada Bonbon dan menyuruhnya untuk membagikan.
"Lahh anjirr si Nanon, gue juga mau njirr." Seru Ssing saat melihat Bonbon membawa coklatnya nya. "Gue mau juga lahh anjirr." Timpal Neo. Nanon melirik kedua sahabatnya itu. Ia berjalan dan memberikan uang seratus ribu kepada Ssing. "Nih, beli sendiri." Dengan senang hati Ssing menerima uang itu.
.
.Bel istirahat telah berbunyi, Nanon dan para sahabatnya yang hendak keluar dari kelas terhenti akibat teriakan dari seseorang yang suaranya amat ia kenali.
"Nanon!" Dengan senyumannya Chimon mendekati mereka. Ssing menepuk pundak sahabatnya itu, "Kita duluan, gebetan lu nyamperin noh."
Mereka pun di tinggal berdua. Chimon berdiri di hadapan Nanon dengan senyumannya. Chimon menyodorkan satu kotak kue kering ke arah lelaki itu. "Ini aku beli kue sebagai permintaan maaf aku soal kemarin."
"Gausah." Jawab Nanon dingin. Nanon hendak berjalan namun di cegat oleh Chimon dengan kedua tangannya. Chimon kembali menyodorkan kotak kue itu ke arahnya, "Nanon ambil ini dulu baru boleh pergi."
"Gue gasuka kue."
"Bukannya Nanon paling suka kue ini?" Chimon mengangkat kue itu. Memang benar, Nanon sangat menyukai kue nastar yang di bawakan Chimon itu. Entah bagaimana lelaki manis itu mengetahui apa kesukaannya.
"Bacot. Minggir!"
"Engga boleh, Nanon terima ini dulu."
"Minggir bangsat! Gue mau lewat budeg lo?!"
"Ambil Nanon." Chimon terus menghalangi jalannya. Nanon mengehala nafasnya. Dengan cepat ia mengambil kotak kue yang ada di tangan Chimon. Senyum Chimon terbit.
"Udah gue ambil kan? Puas lo?"
Chimon mengangguk dengan senyuman manisnya, "Iya nanti dim-" Senyuman yang tadi terlihat begitu jelas tergantikan dengan wajah terkejdan sedih. Nanon membuang kue itu di tempat sampah di dekatnya. "K-kok di buang?"
Nanon menatap Chimon yang sedang menatap ke tempat sampah dimana ia membuang kue itu.
Nanon mendekatkan tubuhnya ke Chimon, "Lo cuma bilang suruh gue ambil kan? Bukan nyuruh makan? Jadi tadi udah gue ambil, gue ga salah dong?" Ujarnya. Setelah itu ia melewati Chimon begitu saja.
Tak lama ada dua gadis yang menghampiri dirinya yang masih diam di tempat. "Gausah gatel deh lo. Nanon tuh cuma milik gue. Lagian dia bukan gay kaya lo!" Gadis itu mendorong kepala Chimon dengan jari telunjuknya. Setelah itu berjalan melewati Chimon dan dengan sengaja menabrakkan bahunya ke Chimon dengan keras.
"Awh,"
.
.
.To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You Nanon Korapat
FanfictionIni tentang Chimon, laki-laki manis yang selalu menampilkan senyumannya walau sering di belas dengan sinis. Ini tentang Chimon, sosok laki-laki yang sedang mengajar cinta seorang Nanon Korapat. Ini tentang Chimon, laki-laki yang selalu mendapati cac...