17. Tugas Ekonomi

746 138 10
                                    

∆ HAPPY READING ∆

Setelah pulang sekolah, Chimon langsung menuju ke rumah sakit. Ia berjalan dengan tenang ke arah ruangan dokter yang biasa merawatnya.

Tok tok tok

"Masuk," Setelah mendapat ijin, ia langsung masuk ke dalam ruangannya. "Permisi dok," Ujarnya ramah.

Arm yang sedang mengetik di laptopnya pun menoleh. Melihat bahwa Chimon yang datang, ia langsung menutup laptopnya dan menyuruhnya agar duduk.

"Em, ada perlu apa ya dok?" Tanya Chimon bingung. Arm menghembuskan nafasnya pelan, "Kamu lupa sekarang kamu ada jadwal cuci darah?"

Deg

Lelaki mungil itu terdiam. Ah bisa-bisanya dia lupa. Jika ia ingat, mana mungkin ia datang ke rumah sakit hari ini.

"Em . . . Maaf dok, saya sudah ga mau cuci darah lagi." Jawab lelaki mungil itu sambil menunduk.

"Kenapa? Kamu tidak mau sembuh, Chimon?"

Chimon menggelengkan kepalanya. "B-bukan seperti itu."

"Lalu? Jika masalah biaya yang membuatmu tidak mau melakukan cuci darah, kamu tenang saja. Saya bisa membiayai nya. Kamu lupa? Saya pernah bilang kalo saya sudah menganggap kamu seperti anak saya sendiri."

Chimon menunduk. Ia menggenggam erat celana sekolahnya. "B-bukan itu . . ."

"Tidak usah banyak alasan, ayo ikut saya." Arm membawanya ke tempat biasa ia melakukan cuci darah. Chimon hanya menurut. Jujur ia juga sudah menganggap Arm seperti ayahnya sendiri. Bagaimana tidak, Arm selalu baik kepadanya layaknya seorang anak sendiri.

.
.

"Lain kali jangan membolos cuci darah lagi. Kalau tidak, saya akan kasih tau penyakit kamu ke teman-temanmu."

"Iya dok."

"Mon, bolehkah saya bertanya?"

"Tanya apa ya dok?"

"A. Marga kamu Adulkittiporn bukan? Off dan Gun merupakan kedua orangtuamu. Jangan berbohong, jawab jujur."

Lelaki mungil itu terdiam. Bagaimana bisa Arm mengetahuinya. "B-bukan dok. Saya hanya anak dari majikannya." Chimon menggenggam jari-jari tangannya kuat. Saat berbohong dirinya selalu melakukan hal itu.

Arm menggeleng. Ia meletakkan foto keluarga yang amat Chimon kenali. Di sana terdapat Off, Gun, Win, Chimmy dan dirinya.

Foto itu di ambil waktu keluarga mereka merayakan ulangtahun Chimon Dan Chimmy yang ke 5 tahun. Chimon sangat mengingat hal itu. Kenangan manis yang tak akan pernah bisa di ulang.

"Saya baru ingat, anak Off itu ada tiga. Win, kamu, dan yang satunya adalah saudara kembar kamu yang sudah meninggal. Benar bukan?" Kata Arm dengan wajah penuh selidik. Chimon tidak berani menatap ke arahnya.

"Kenapa diam? Kenapa kamu merahasiakan identitas kamu yang sebenarnya, Chimon? Dan kenapa waktu itu Off berkata bahwa kamu-"

"Maaf dok, ini urusan pribadi saya. Dan saya pikir dokter tidak ada hak untuk mengetahuinya. Saya permisi." Ujar Chimon sambil berdiri dan hendak pergi. Sungguh, ia sangat bingung harus menjawab pertanyaan Arm bagaimana.

"Tunggu! Maaf saya sudah lancang menanyakan masalah pribadi kamu. Ini hasil tes waktu itu. Kemarin saya lupa memberikannya." Arm menyodorkan sebuah map ke arahnya. Chimon mengambilnya dan membacanya perlahan.

"Ini . . ."

"Sudah stadium 3." Jelas Arm. Chimon tersenyum kecut. Seharusnya ia tidak terkejut mengetahui hal itu. Lagi pula hal ini pasti akan terjadi.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang