Chimon mengerjapkan matanya perlahan. Kepalanya terasa begitu nyeri. Ia berusaha untuk berdiri dari lantai. Semalam itu tertidur di lantai kamarnya.
Lelaki manis itu mengambil curter yang tergeletak di lantai kamarnya. Lantai kamarnya pun di penuhi darah yang sudah kering. "Awh," Ringisnya ketika punggungnya tidak sengaja terkena senderan kasur.
Luka memar yang di berikan ayahnya tadi malam masih membekas. Pukulan rotan yang di berikan ayahnya begitu terasa nikmat. Haha, iya sangat nikmat.
Chimon memandangi pergelangan tangannya yang ada beberapa luka goresan. Bukan, bukan ayahnya yang membuat. Namun dialah sendiri. Melihat darah yang mengalir dari tubuhnya membuat Chimon merasa terobati. Ia tak merasakan sakit, malah rasa puas yang menjalar ke tubuhnya.
Rasa puas itu hanya bertahan saat ia melukai tangannya. Tak dapat di pungkiri, saat paginya ia akan merasakan tangannya sangat perih.
Chimon mengambil hp nya yang tergeletak di meja. Saat ia membuka kunci, terpampang jelas wajah tampan Nanon yang ia ambil secara diam-diam waktu itu. Melihat wajah Nanon membuat Chimon tersenyum hangat.
Chimon segera bergegas ke kamar mandi. Tak lupa ia mengelap terlebih dahulu bekas darah yang mengering di lantai.
Jam masih menunjukkan pukul 06:03 WIB. Namun Chimon sudah keluar dari rumah. Ia tak ingin mendapatkan sakit hati lagi hari ini. Dari pada mendapat bentakan dan cacian dari keluarganya, lebih baik Chimon menghindar. Untungnya pukulan semalam hanya di berikan di kepala dan punggung. Alhasil ia tidak perlu repot-repot untuk menutupi bekasnya.
Chimon menyapa satpam sekolahnya. Lelaki itu memakirkan sepedanya di bawah pohon yang besar. Chimon berjalan ke arah kelasnya dengan senyum yang mengembang.
Chimon duduk di pojok belakang sendirian. Sebab Love duduk bersama Fiat di depannya.
Chimon mengambil dua kotak susu ovaltine coklat dari tasnya. Susu yang sangat di sukai Nanon. Tadi sebelum ia sampai di sekolah, ia mampir untuk membeli susu tersebut.
Chimon mengambil buku pelajaran untuk ia baca. Jangan lupa jika Chimon termasuk murid yang pandai. Tak berselang lama satu persatu murid di kelasnya berdatangan. Hampir semua murid di kelasnya setiap datang memandang Chimon sinis. Chimon tau, namun ia hanya diam duduk dan masih fokus dengan bukunya.
Ia menutup buku yang ia baca dan melihat jam yang ada di dinding. "Pasti Nanon udah berangkat." Monolognya. Chimon mengambil dua kotak susu itu dan membawanya keluar kelas.
"Eh, Chi mau kemana?" Tanya Love yang baru datang bersama Fiat di sampingnya. "Mau nemuin Nanon." Seusai berbicara Chimon langsung berlari dari sana.
"Masih pagi udah nyari penyakit." Ujar Fiat memandang punggung Chimon yang semakin menjauh. "Dia anaknya keras kepala. Udah gue bilang dari dulu buat nyerah tetep aja ngeyel."
Sedangkan di sisi lain senyum Chimon terus mengembangkan ketika sudah melihat Nanon duduk di kelas bersama teman-temannya.
"Nanon!" Panggil laki-laki manis itu. Mendengar namanya di panggil Nanon pun mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas. Semua murid di kelas Nanon memandang Chimon jijik. Jijik dengan tingkahnya yang selalu mengejar Nanon walau sering mendapat tolakan dan cacian yang pedas.
"Mau apa lagi? Masih pagi gausah bikin mood gue hancur." Nanon menjawab tanpa menoleh ke Chimon. Ia langsung mengubah ekspresinya. Tadi, sebelum Chimon datang ia masih tertawa bersama teman-temannya dan seketika memasang wajah dingin.
"Engga kok, aku cuma mau ngasih kamu ini." Chimon mengangkat dua kotak susu coklat membuat teman-teman Nanon terkikik geli kecuali dua orang. Ia menatap Chimon tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You Nanon Korapat
FanfictionIni tentang Chimon, laki-laki manis yang selalu menampilkan senyumannya walau sering di belas dengan sinis. Ini tentang Chimon, sosok laki-laki yang sedang mengajar cinta seorang Nanon Korapat. Ini tentang Chimon, laki-laki yang selalu mendapati cac...