36. Rahasia apa?

739 131 37
                                    

Pokoknya vote komen nya di tunggu:)
.
.

HAPPY READING

Sedari tadi Chimon masih berdiri di samping gerbang sekolahnya. Matanya menatap ke depan menanti kedatangan orangtuanya, walau sudah jelas mereka tak akan datang.

Lelaki manis itu menatap ke arah jam dinding yang ada di pos satpam. 09.15. yang artinya dia sudah menunggu satu jam lebih di sana.

"Chimon?" Panggilan itu membuatnya langsung menoleh.

"Om Newwiee." Balas Chimon ketika melihat Newwiee sudah berdiri di hadapannya sambil membawa dua raport. Milik Nanon dan Frank tentunya.

"Kamu ngapain di sini? Oh iya, gimana hasil nilai kamu? Pasti bagus-bagus kan?" Tanya Newwiee.

Chimon terdiam. Mengetahui nilai? Bagaimana bisa? Raport miliknya saja belum di ambil. Apalagi raport tidak boleh di ambil sendiri. Harus orang tua atau wali.

Ketentuan tersebut juga berlaku pada tahun-tahun sebelumnya. Chimon harus memohon kepada sang guru agar memberikan raport miliknya kepada dirinya sendiri. Ia selalu memberi alasan.

"Mon?" Panggil Newwiee ketika tidak mendapati respon dari teman anaknya itu.

"Ehh iya om, itu raport aku belum di ambil." Jawabnya jujur. Lagi pula berbohong bukan pilihan yang tepat, bukan?

"Lohh kok bisa? Kamu absen berapa emang? Chimon? C, bukannya awal ya?" Tanya Newwiee merasa heran.

"Orang tua aku lagi sibuk om, makanya gak sempet ke sekolah. Jadi raport nya belum di ambil."

Mendengar penuturan tersebut, Newwiee tampak diam sejenak. Seperti berpikir dan mengetahui sesuatu, namun ia enggan menjawab.

"Pa? Ngapain di sini? Ayah udah nungguin di depan loh." Tiba-tiba Frank datang menghampiri mereka di ikuti Nanon di belakangnya. Sontak mereka berdua menoleh ke sumber suara.

Nanon menatap Chimon dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Begitu pula Chimon, ia menatap ke arah Nanon dengan raut wajah sedikit terkejut.

"Kalian pulang dulu sama ayah kalian. Papa masih ada urusan di sekolah sama Chimon." Jawab Newwiee membuat mereka mengernyitkan alisnya bingung.

"Om say-"

"Ayo Chimon, kita ke kelas kamu dulu." Ajak Newwiee menggendeng tangan mungil Chimon agar berjalan di sampingnya. "Oh iya, bilangin ke ayah, nanti papa pulangnya agak telat." Tambah Newwiee ke kedua anaknya.

***
"Ini, saya bangga sama kamu Chimon." Ucap Newwiee yang baru saja keluar dari ruang kelas Chimon sambil menyodorkan sebuah raport.

"Peringkat satu pararel sejak semester pertama." Tambah Newwiee tersenyum hangat dan bangga.

Chimon ikut tersenyum atas penuturan Newwiee. "Makasih om. Kalo gak ada Om Newwiee, sudah di pastikan raportnya gabisa aku ambil lagi."

"Tidak masalah. Saya sudah menganggap kamu seperti anak saya sendiri."

"Emm . . . Chimon, boleh om nanya sesuatu ke kamu?" Tanya Newwiee sedikit ragu.

"Boleh, Om Newwiee mau nanya apa? Chimon pasti jawab."

"Jangan di sini, ayo ke kafe depan sana."

***
Chimon terdiam di kamarnya. Pandangannya fokus ke arah depan.

Jujur, fakta yang baru saja ia ketahui tadi siang membuatnya tak tenang. Ia begitu tidak menyangka bahwa dunia sesempit ini.

Sedang asik melamun, lelaki manis itupun terlonjak akibat pintu kamarnya yang di buka secara tiba-tiba dengan kasar.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang